Lewat Seminar Nasional Politik Pembangunan Pertanian, Petani Muda Diajak Melek Smart Farming

Kamis, 24 Februari 2022 – 23:07 WIB
Seminar nasional bertajuk Politik Pembangunan Pertanian di Indonesia : Quo Vadis, yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Jakarta, Kamis (24/2). Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Peran strategis sektor pertanian sebagai mesin penggerak perekonomian Indonesia di tahun 2021 perlu dipertahankan dan ditingkatkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2022.

Berbagai upaya pun dilakukan oleh Kementan untuk meningkatkan pembangunan pertanian.

BACA JUGA: Pelatihan Agrobisnis Smart Farming untuk Mendukung Pertanian Modern

Melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDMP) Kementan hadir dalam seminar nasional bertajuk Politik Pembangunan Pertanian di Indonesia : Quo Vadis, yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Jakarta, Kamis (24/2).

Dalam seminar ini dibahas arah politik pembangunan di Indonesia dari berbagai sisi, termasuk pembuat dan pelaksana kebijakan, asosiasi serta pelaku usaha pertanian.

BACA JUGA: Perang Dunia 3 Rusia vs Ukraina, Belarusia Ikut Menyerang

Sebagaimana disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, sektor pertanian Indonesia harus siap menghadapi gempuran era Revolusi Industri 4.0, maka dari itu perlu dukungan dari segi teknologi digital guna mendorong efisiensi produktivitas pertanian.

“Pembangunan pertanian ke depan harus siap menghadapi era Revolusi Industri 4.0 dan akan semakin mengandalkan para petani muda dengan teknologi digital, untuk mendorong proses produksi pertanian agar dapat lebih efisien, tepat sasaran, tepat guna, berdaya saing, serta ramah lingkungan,” ujar Syahrul.

BACA JUGA: Penampilan M Kece Saat Jalani Sidang Tuntutan Kasus Penistaan Agama, Lihat Tuh

Menurutnya, salah satu faktor penting yang mendukung tercapainya pembangunan pertanian yang inovatif dan berdaya saing tersebut ialah kualitas sumber daya manusia (SDM).

Oleh karena itu, seminar ini memberikan wawasan kepada peserta mengenai kondisi terkini politik pertanian di Indonesia.

Rektor UMJ Ma’ mun Murod dalam sambutannya mengatakan problem pertanian di Indonesia cukup banyak.

"Negara kita adalah agraris yang seharusnya masyarakat kita bangga dengan petani. Ke depannya pertanian dapat berperan sebagai sumbangsih aktif kepada masyarakat dan kita harus memperhatikan produk pertanian serta pengemasannya," tegasnya.

Menjawab tantangan tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mewakili Menteri Pertanian menjelaskan bagaimana ekspor pertanian pada saat ini menjadi andalan dibandingkan hasil domestik.

Meskipun Covid-19 muncul, bidang pertanian tetap eksis. "Apa pun yang terjadi, kita harus tetap bertani. Untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian ini, Kementerian Pertanian membuat kebijakan untuk menentukan kesejahteraan pangan agar pertanian dapat maju, mandiri, serta modern," jelasnya.

BACA JUGA: Perang Dunia 3 Baru Dimulai, Infrastruktur Militer Ukraina Hancur Lebur Dibombardir Rusia

Salah satu upaya untuk memecahkan kendala terkait lemahnya produktivitas pertanian, ialah dengan diterapkannya smart farming.

Smart farming atau pertanian cerdas, berfokus pada pemanfaatan produk biotechnology, dan produk berkualitas hasil tinggi, termasuk bibit dan benih.

“Pertanian diawali dari benih dan bibit, kalau keduanya berkualitas, pertanian pasti ada di tangan kita. Jangan gunakan bibit yang jelek karena hasilnya pasti jelek, baru dilanjutkan dengan teknologi budi daya lain,” ujar Dedi Nursyamsi, dalam seminar tersebut.

Barulah berikutnya pemanfaatan mesin-mesin pertanian, yang dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi sehingga proses produksi bisa lebih cepat.

Terakhir, yakni pemanfaatan Internet of Think (IoT), guna efektivitas waktu.

“Sekarang semua bisa diotomatisasi melalui IoT, seperti pengolahan tanah menggunakan traktor kendali jarak jauh,” sambung Dedi.

Beberapa contoh pemanfaatan smart farming ini telah diaplikasikan di sejumlah politeknik pertanian di Indonesia, misalnya metode hidroponik Water Culture System, dan NFT System (Nutrient Film Technique) oleh Polbangtan Medan, dan budi daya hidroponik dengan Smart Green House di Polbangtan Bogor.

Hadir pula sejumlah narasumber, seperti Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi, Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia Bayu Krisnamurthi, serta Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian yang juga owner Mitra Tani Parahyangan Sandi Octa Susila.

Pada kesempatan yang sama dilaksanakan lauching Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta secara simbolis oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Tak kalah pentingnya dilakukan penandatanganan MOU antara BPPSDMP Kementan dengan UMJ, sebagai bentuk kerja sama kedua pihak terkait pengembangan profesionalisme sumber daya manusia pertanian melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. (rhs/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler