jpnn.com, BOGOR - Berbagai upaya dilakukan Kementerian Pertanian untuk mengimbangi perkembangan teknologi dan mewujudkan pertanian maju, mandiri, serta modern.
SDM pertanian diharapkan mampu menguasai teknologi dan menciptakan berbagai inovasi, terutama dari kalangan milenial.
BACA JUGA: Ternyata, Ini Alasan Taisei Marukawa jadi Cadangan Lawan Persiraja
“Kemajuan pertanian harus didukung generasi milenial dengan semangat inovasi tinggi, melakukan cara-cara baru sebagai ciri yang maju, mandiri, dan modern,” kata Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan pelatihan smart farming, yang dibuka pada tanggal 19 Februari 2022 di Polbangtan Bogor.
BACA JUGA: Pembobol Rekening Nasabah Bank Wanita Berparas Cantik, Perhatikan
Pelatihan tersebut akan berlangsung selama delapan hari bertempat di PPMKP Ciawi. Peserta berasal dari empat provinsi lokasi Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS), sebanyak 40 orang.
“Smart farming merupakan bagian dari berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang pertanian, terutama di era internet dan berkurangnya lahan pertanian. Sehingga smart farming harus menjadi alternatif dalam berusaha tani ke depan,” kata Kepala Badan PPSDMP Dedi Nursyamsi dalam pembukaan pelatihan smart farming.
BACA JUGA: Kementan Tingkatkan Produksi Pertanian sebagai Bantalan Ekonomi Nasional
Pelatihan modern dengan teknologi smart farming merupakan sistem yang terdapat keterkaitan erat antar subsistem, mulai dari hulu hingga hilir, yang didukung oleh tenaga kerja dan lembaga pendukung unggulan.
Smart farming didefinisikan sebagai sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kualitas dan kuantitas, memberikan efisiensi biaya dan waktu produksi, serta mitigasi iklim melalui penggunaan sumber daya alam secara bijak.
“Kegiatan pelatihan agribisnis smart farming merupakan upaya membangun ekosistem pemberdayaan milenial melalui pembinaan dan pengembangan ekosistem pertanian digital (IoT) dari hulu ke hilir, serta meningkatkan inklusi keuangan,” ujar Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Idha Widi Arsanti.
Setelah pelatihan selama 8 hari selesai, peserta akan kembali ke daerah untuk praktik di lokasi usaha masing-masing selama dua bulan, yang kemudian akan dilanjutkan dengan pelatihan secara online selama enam hari.
Selama pelatihan, peserta akan mendapatkan pembelajaran dari fasilitator yang berasal dari unsur widyaiswara, dosen, guru, praktisi, perusahaan swasta, hingga perbankan. (rhs/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti