jpnn.com, JAKARTA - Untuk memperkuat SDM, Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan pengetahuan baru kepada petani.
Pengetahuan tersebut diberikan dalam Sekolah Lapang (SL) Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP).
BACA JUGA: Warga Sempat Melihat SS di CCTV Sebelum Gantung Diri Sambil Live TikTok, Begini
SL IPDMIP menyebarkan pengetahuan baru bagi petani di Desa Rancasanggal, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten. Khususnya, petani di Daerah Irigasi (DI) Cikuray dan Cinenten.
Kegiatan Sekolah Lapang (SL) dipandu oleh penyuluh pertanian di Kecamatan Cinangka dan juga pendamping IPDMIP, serta petugas pengendalian OPT juga turut serta dalam kegiatan sekolah lapang terutama untuk materi hama dan penyakit.
BACA JUGA: Muhammad Kece Dihajar Irjen Napoleon, Jenderal Polisi Ini Turun Tangan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan materi sekolah lapang yang disampaikan meliputi banyak hal.
"Mulai dari persemaian, pengolahan lahan, pola tanam, pengairan, pengendalian hama sampai dan pascapanen," katanya.
BACA JUGA: Tingkatkan Kesejahteraan Petani, Kementan Dorong Program PLEK
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi berharap melalui sekolah lapang terjadi peningkatan kemampuan dan kesadaran petani.
"Utamanya dalam memanfaatkan lahan usataha taninya secara produktif, berani meningkatkan kepercayaan diri dalam mengadopsi praktek-praktek budidaya dan pengelolaan usaha tani yang lebih baik, seperti yang sudah diajarkan," katanya.
Kegiatan SL ini berjalan dengan antusias di mana peserta memerhatikan dengan saksama tahapan-tahapan kegiatan yang dipraktikkan hingga akhir kegiatan.
"Dengan SL ini, petani harus bisa mempraktikkan secara langsung dan dalam jangka panjang diharapkan bisa menularkan ilmu yang didapat di kegiatan Sekolah Lapang ini kepada petani lainnya maupun generasi penerus," kata Dedi lagi.
Menariknya, beberapa petani peserta Sekolah Lapang (SL) di Desa Rancanggal sudah ada yang mau untuk menerapkan ilmu yang diberikan selama kegiatan sekolah lapang ini, salah satunya yakni pola tanam jajar legowo di lahan sawah milik mereka sendiri.
"Testimoni yang kerap disampaikan oleh para petani, bahwa dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo hasil panen yang mereka dapatkan lebih banyak jika dibandingkan dengan hasil panen sebelumnya yang tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo," ujarnya.
Dalam pertemuan terakhir sekolah lapang kali ini, baik di Daerah Irigasi (DI) Cikuray maupun Cinenten, peserta diajak memainkan sebuah game terkait dinamika kelompok.
Dengan diberikan beberapa aturan main dan dibentuk kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu misi. Keseruan dan teriakan kemenangan kian terdengar dari kelompok yang pertama kali berhasil menyelesaikan misi.
"Inti dan maksud dari permainan yang diberikan adalah bahwasannya, untuk mencapai suatu tujuan secara efisien diperlukan strategi tertentu, perlu adanya komunikasi dan kerjasama diantara anggota kelompok agar tujuan dapat tercapai dan dirasakan oleh setiap anggota," ujar Dedi.
Pesan lain yang ada dalam permainan ini sebaiknya dalam suatu kelompok tidak begitu saja membiarkan orang lain (di luar kelompok), mengatur cara kerja mereka.
Kelompok diharapkan tetap berpegang teguh pada prinsip yang sudah mereka buat sendiri, di antaranya saling kompak, saling tolong-menolong, saling mengayomi dan banyak saling yang dibangun untuk menjaga peningkatan produktivitas usaha tani bersama maupun menjaga rasa kekeluargaan yang sudah ada. (rhs/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti