jpnn.com, TRIPOLI - Libya kembali bergolak. Selama empat hari ini pasukan pemberontak yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar mengerahkan pasukan menuju Tripoli. Tujuannya satu, menggulingkan pemerintahan PM Fayez Sarraj.
Minggu (7/4) ibu kota sudah terkepung. Setidaknya 32 nyawa melayang dan sekitar 50 orang lainnya mengalami luka-luka. Korban berasal dari dua kubu yang bersengketa dan penduduk sipil.
BACA JUGA: Gandeng Rusia, Dinasti Gadaffi Pengin Kembali Kuasai Libya
Government of National Accord (GNA) yang dipimpin Sarraj tak mau menyerah begitu saja. Terlebih, GNA adalah pemerintahan yang didukung PBB. Pasukan pro-GNA melakukan serangan balasan yang diberi nama Volcano of Anger.
"Operasi ini bertujuan membersihkan semua kota di Libya dari penyerang dan pasukan yang tidak sah," ujar Juru Bicara Pasukan Pro-GNA Kolonel Mohamed Gnounou seperti dilansir AFP.
BACA JUGA: Ditelantarkan, Imigran Gelap Mati Lemas di Dalam Kontainer
Yang dimaksud dengan pasukan tidak sah adalah Libyan National Army (LNA) yang dipimpin Haftar. Sejak Libya bergolak pada 2011 dan Muammar Khadafi berhasil digulingkan, pemerintahan negara tersebut terbagi. GNA menguasai Tripoli dan wilayah sekitarnya, sedangkan LNA memiliki pemerintahan yang berkuasa di sisi timur.
Februari lalu kedua pihak bertemu dan sepakat untuk berdamai dan menggelar pemilu nasional. Namun, tidak disangka, LNA justru menyerang wilayah kekuasaan pemerintahan yang sah. Situasi yang terus memburuk mengakibatkan AS menarik pasukannya yang ditempatkan di negara tersebut.
BACA JUGA: Korut Tak Mau Bernasib Seperti Libya
Seruan gencatan senjata juga digaungkan pasukan PBB di Libya (UNSMIL). Mereka meminta kedua kubu di area Wadi Rabi, Al-Kayekh, Gasr Ben Ghachir, dan Al-Aziziya tenang selama 2 jam. Selang waktu tersebut dipakai untuk mengevakuasi korban luka dan penduduk sipil yang terjebak di pertempuran. (sha/c5/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Astaga, Bom Mobil Tewaskan 22 Jamaah Salat Subuh
Redaktur & Reporter : Adil