jpnn.com - LIEM SIOE LIONG boleh dibilang naga rantau paling sohor di Indonesia. Konco erat Presiden Soeharto ini pernah masuk daftar manusia superkaya di dunia.
Pembaca yang budiman, merayakan Imlek 2567 ini, sekadar beromantisme, kami sajikan serial Tapak Naga Rantau untuk Anda, serial khusus Liem Sioe Liong…
BACA JUGA: Bir dan Dinginnya Sejarah Es Batu di Indonesia
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
Anak muda berumur 22 tahun itu berdiri tegap di dermaga kayu pelabuhan Hai Kou, Futsing, Propinsi Fukien, Cina Selatan.
BACA JUGA: Ketika Borobudur Dituduh Berhala Terbesar dan Daoed Dituding Kafir
Sejauh mata memandang, dia menerawang Laut Cina Selatan.
Perang sudah setahun berkecamuk, sejak balatentara Jepang mulia menyerbu Cina, 22 Juli 1937.
BACA JUGA: Tafsir Al Quran! Antara Borobudur, Nabi Sulaiman dan Ratu Penyembah Matahari
Beroleh permenungan di pelabuhan kayu itu, dia memutuskan pergi menumpang kapal Belanda dari Pelabuhan Amoy menuju Jawa.
Selamat tinggal desa Ngu Na, kecamatan Hai Kou, Futsing, propinsi Fukien…
Selamat tinggal Cina Selatan…
Selamat tinggal kampung halaman…
Selamat tinggal kecamuk perang…
Inilah kisah Liem Sioe Liong, taipan nomor wahid di zaman Orde Baru.
Anak Rantau
Almanak masih bertarekh 1938 ketika Liem tiba di Kudus, Jawa Tengah.
Orang Fukien merupakan perantau Cina paling banyak di Jawa. Menyebar di kota-kota Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dan orang-orang Futsing (bagian Fukien), orang kampungnya Liem, telah pula membentuk organisasi Futsing Hwee.
Futsing Hwee bernaung di bawah payung Siang Boe, organ para saudagar dari Negeri Naga di Tanah Jawa.
Menurut Eddy Soetriyono, penulis buku Liem Sioe Liong (terbit 1989), Liem bergabung dengan organisasi tersebut.
Di sinilah titik tolak Liem Sioe Liong.
Orang Dekat Bung Karno
Siang Boe ada di pihak Republik ketika perang revolusi kemerdekaan Indonesia meletus, 1945-1949.
Suatu hari, Siang Boe "menerima kiriman seorang tokoh dari Jakarta," tulis Eddy merujuk cerita langsung dari Om Liem--demikian pemilik nama Indonesia Soedono Salim itu karib disapa.
Pimpinan Siang Boe mempercayakan Liem Sioe Liong, anggota Futsing Hwee menjaga tokoh yang sedang diincar intel Belanda.
Liem pun menjalankan tugasnya dengan baik. Belakangan baru diketahui, tokoh Muhammadiyah itu bernama Hasan Din, ayah Fatmawati, mertua Bung Karno.
Orang dekat Bung Karno inilah yang kemudian mengenalkannya kepada beberapa pimpinan tentara.
Sejak itu, "hoki tak lagi berlari menjauhi Liem Sioe Liong," ungkap Eddy. --bersambung (wow/jpnn)
Baca: Liem Sioe Liong Sang Penyelundup
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tafsir Al Quran! Borobudur Istana Ratu Balqis yang Hilang
Redaktur : Tim Redaksi