jpnn.com - LIEM SIOE LIONG muda tak menyia-nyiakan perkawanannya dengan Hasan Din, ayah Fatmawati, mertua Bung Karno. Bagi Liem, ini peluang bisnis.
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Liem Sioe Liong dan Orang Dekat Bung Karno
Hasan Din lah yang memperkenalkannya dengan sejumlah pimpinan tentara di Kudus, Jawa Tengah.
Berkat campur tangan Hasan Din pula, tentara Republik memercayai Liem Soe Liong untuk memasok kebutuhan mereka.
BACA JUGA: Bir dan Dinginnya Sejarah Es Batu di Indonesia
"Dengan modal yang dipinjamnya dari teman-teman yang juga bersimpati terhadap perjuangan rakyat Indonesia, Liem Sioe Liong pu dengan tekun mulai menjalankan usaha barunya," tulis Eddy Soetriyono dalam buku Liem Sioe Liong.
Perang revolusi mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1945-1949) masih berkecamuk.
BACA JUGA: Ketika Borobudur Dituduh Berhala Terbesar dan Daoed Dituding Kafir
Memasok kebutuhan tentara di masa pemerintahan masih labil dan kekurangan dana, ibarat orang pasang taruhan.
"Dalam ketenangan yang telah menjadi wataknya, otak Sioe Liong ternyata terus berputar mencari celah lain," papar Eddy.
Berkat hubungan baiknya dengan tentara yang menguasai Kudus, Liem tampil menjadi pemasok cengkih, komoditi vital industri rokok kretek.
Liem menyelundupkan cengkih dari Maluku, Sumatera, dan Sulawesi Utara lewat Singapura untuk dibawa ke Jawa melalui jalur-jalur strategis ke Kudus, yang dikenal sebagai kota kretek.
"Dengan mengelakkan garis-garis wilayah demarkasi, Liem Sioe Liong segera mengeduk laba yang besar dari kegiatan menyelundupkan cengkih itu," demikian dicuplik langsung dari Liem Sioe Liong.
Dari sinilah pangkal mula modalnya membumbung, dan terus menerus dilipat.
Jumpa Pak Harto
Perang kemerdekaan usai menyusul kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949.
Liem kian aktif memasok kebutuhan tentara. Tak hanya di Kudus, bahkan hingga Semarang.
"Saya kenal Pak Harto baru tahun 50-an di Semarang. Ketika saya pertama bertemu dengannya, beliau belum jadi panglima Diponegoro. Walaupun saya aktif memasok Kodamnya, saya tak ingat benar apa pangkatnya waktu itu. Mungkin kolonel," tutur Liem, sebagaimana dikisahkan Eddy.
Pada 1952, Liem pindah ke Jakarta.
Banyak bisnis yang dilakoninya, antara lain mengampuh bank BCA bersama mertua Bung Karno, Hasan Din.
Uniknya, ketika rezim baru saja berganti dari Soekarno ke Soeharto, Liem mendirikan PT Waringin Kencana, pada 7 Maret 1968.
Sudwikatmono, saudara sepupu Presiden Soeharto didapuk menjadi direktur utama.
Selain Liem dan Sudwikatmono, dua nama lain di perusahaan ini Liem Oen Kian alias Lin Wen Chiang alias Djuhar Sutanto, teman sekampung Liem dari Fukien dan Ibrahim Risjad.
Mereka berempat dijuluki Gang of Four.
Bagi Liem Sioe Liong, PT Waringin Kencana ini merupakan awal usaha patungannya yang besar.
Lagi-lagi ibarat orang pasang taruhan, Liem memasang di "lobang yang tepat".
Menteri Perdagangan Orde Baru, Sumitro Djojohadikusumo memberikannya bagian monopoli impor cengkih dari Zanzibar dan Madagaskar, di samping kepada PT Mercu Buana milik Probosutedjo, saudara Presiden Soeharto.
Bisnis Liem kian melejit di zaman Orde Baru. Sampai-sampai dia bisa bilang...
Dulu (zaman Orde Lama) dagang susah. Orang banyak bicara. Dan ketika Orde Baru tiba, saya ambil keputusan apa yang harus dilakukan sebagai orang dagang.
Bersama Gang of Four-nya, bisnis anak rantau dari Negeri Naga itu pun menggurita. Karib kental Presiden Soeharto itu jadi orang terkaya. --bersambung (wow/jpnn)
Baca: Liem Sioe Liong dan Orang Dekat Bung Karno
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tafsir Al Quran! Antara Borobudur, Nabi Sulaiman dan Ratu Penyembah Matahari
Redaktur : Tim Redaksi