jpnn.com, JAKARTA - Lifting rata-rata minyak bumi di Indonesia hingga 25 Juli 2018 mencapai 748,62 ribu barel minyak per hari (mbopd).
Angka itu hanya 93,7 persen jika dibandingkan dengan target dalam APBN 2018 yang dipatok 800 mbopd.
BACA JUGA: Lifting Minyak Meleset Dari Target
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher menyatakan, hal itu dipicu produksi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) pada awal tahun yang lebih rendah dari asumsi produksi saat pembahasan APBN.
’’Terdapat kendala teknis pada fasilitas produksi dan penyaluran di beberapa lapangan,’’ ujar Wisnu, Kamis (26/7).
BACA JUGA: Komisi VII Dorong Terobosan Tingkatkan Lifting Migas
Bahkan, lifting minyak hanya tercatat 658,31 mbopd pada 25 Juli. Sementara itu, rata-rata lifting minyak bumi pada Juli mencapai 588,37 mbopd.
Kondisi tersebut membuat pemerintah memproyeksikan lifting minyak bumi hingga akhir tahun hanya 97,1 persen dari target atau 775 mbopd.
BACA JUGA: SKK Migas Terus Tingkatkan Lifting Minyak
Hingga akhir semester pertama, lifting dua blok migas terbesar di Indonesia, yaitu Rokan dan Mahakam, belum sesuai target.
Lifting minyak bumi Blok Rokan hanya mencapai 207,148 ribu bopd atau 97 persen dari target dalam APBN 213,551 ribu bopd.
Lifting blok migas terbesar itu diproyeksikan hanya 205,952 ribu bopd atau 96,4 persen dari target hingga akhir 2018.
Lifting Blok Mahakam pun hanya 70,031 ribu bopd atau 81,6 persen dari target dalam APBN 85,869 ribu bopd.
Meski demikian, lifting minyak bumi di Blok Cepu yang dikelola Mobil Cepu Ltd mampu mencapai 102,4 persen dari target yang ditetapkan atau 209,922 ribu bopd. (vir/c18/oki)
Redaktur : Tim Redaksi