Ligaya Ita Tumbelaka sudah 16 tahun bekerja keras agar populasi harimau Sumatera terhindar dari degradasi yang tajamBekerja seorang diri, dia mendedikasikan waktu untuk mencatat silsilah binatang dengan nama Latin Panthera Tigris Sumatrae itu.
TRI MUJOKO BAYUAJI, Bogor
PAGI sekitar pukul 07.00, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, diliputi kabut
BACA JUGA: Solar Hijau, Bahan Bakar Alternatif Buatan Dr Hafnan setelah Penelitian Enam Tahun (2-Habis)
Alam desa yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat, itu masih asriBACA JUGA: Solar Hijau, Bahan Bakar Alternatif Buatan Dr Hafnan setelah Penelitian Enam Tahun (1)
Lalu, di pintu gerbang ada beton menjulang berbentuk dua gading raksasa menyilang yang jadi landmark TSIMeski sinar matahari belum berpendar sempurna, petugas sudah terlihat sibuk
BACA JUGA: Dana Ratusan Juta Menguap, Perorangan Korban Investasi Pertanyakan Nasib
Di depan loket masuk TSI, beberapa petugas membersihkan lokasi dari daun-daun yang berguguranTruk-truk dengan warna khas loreng hijau putih hilir mudik keluar masuk kawasan konservasi’’Selamat pagi, Mas,’’ ujar Dr drh Ligaya Ita Tumbelaka SpMP menyapa Jawa Pos dengan napas agak terengah-engahSetiap Jumat, wanita itu memang selalu berada di TSITugasnya, mengontrol satwa yang menjadi tanggung jawabnya: harimau SumateraLokasi konservasi bisa dia tempuh dengan kendaraan sekitar 10 menit’’Saya turun lagi ke sini sambil lari-lariLumayan, olahraga pagi,’’ ujar wanita 48 tahun tersebut sambil mengajak menuju kantornya.
Profesi Ligaya di TSI adalah sebagai studbook keeper harimau SumateraDi Indonesia, istilah studbook keeper atau pencatat silsilah mungkin masih awam di telingaNamun, pencatatan silsilah itu memberikan kontribusi penting, terutama dalam pelestarian mamalia loreng yang populasinya makin terancam punah
Ligaya adalah satu-satunya pencatat silsilah harimau yang masih bertahanDia bekerja sejak 1992Yakni, saat TSI bekerja sama dengan Conservation Breeding Specialist Group (CBSG) membuat program menyusun silsilah hewan dilindungi di IndonesiaCBSG merupakan perkumpulan lembaga konservasi dunia yang memiliki misi membantu negara-negara dalam melestarikan hewan langka.
Kebetulan, TSI memiliki kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB)TSI mencari dokter hewan dari IPB yang memiliki kapasitas untuk melakukan pekerjaan baru itu’’Saya yang ditunjuk,’’ kata dokter hewan yang sejatinya spesialis primata (kera) tersebut
Menariknya, saat itu Ligaya malah belum tahu tentang profesi apa yang akan dijalani tersebut’’Saya tidak tahu apa tugas studbookYang saya tahu adalah saya dokter hewan, saya tahu reproduksi, saya mampu mencatat, dan saya paham komputer,’’ ujarnya lantas tertawa.
Memulai sesuatu saat orang lain belum tahu menjadi tantangan tersendiri bagi LigayaSatu syarat yang dia pegang adalah harus mendapatkan data riil harimau Sumatera berdasar laporan pandangan mata dan verifikasi’’Semua memang harus dicatatNamun, yang terlihat saja yang wajib dicatat,’’ jelasnya.
Dia lantas memulai dengan berkoordinasi dengan seluruh lembaga konservasi dan kebun binatang di seluruh IndonesiaMetode pencatatannya pun sederhanaDia memulai dari data harimau yang ada saat itu untuk kemudian menariknya ke belakang secara historis’’Saya harus tahu dari mana harimau itu datang, mana orang tuanya, dan mengapa ia sampai ada di lembaga konservasi tersebut,’’ ungkapnya.
Ternyata, tidak semua harimau di kebun binatang bisa didapatkan datanyaPencatatan yang dilakukan sejumlah kebun binatang ternyata tak sempurnaTidak jarang, Ligaya mendapati harimau yang tidak memiliki latar belakang apa pun’’Ada yang masuk kebun binatang dengan legalKalau legal, ada berita acaranyaNah, yang bermasalah itu yang tidak ada datanya,’’ ujarnya tanpa mau menyebutkan kebun binatang yang mana.
Meski menemui jalan buntu, pencatatan tidak bisa berhenti begitu sajaDia lantas memanfaatkan data-data di media massaMisalnya, berita penangkapan harimau yang akhirnya ditempatkan di konservasi’’Tapi, kalau tidak ada, kami juga gunakan sampel untuk menelusuri asal-muasal melalui tes laboratorium (DNA),’’ ungkapnya.
Seperti apa tes tersebut? Seperti halnya tes DNA yang dilakukan pada manusia, Ligaya memeriksa marker (tanda-tanda) kemiripan struktur gen harimau satu dengan yang lainSetiap kelompok harimau satu dengan yang lain memiliki gen yang spesifikCBSG dalam hal ini memiliki bank gen untuk menelusuri keturunan harimau tersebut’’Yang kami gunakan sebagai sampel adalah darahNamun, dulu kami juga menggunakan kulit berikut bulu-bulunya,’’ katanyaDulu, analisis DNA itu didanai oleh CBSGSaat ini, IPB memiliki laboratorium mandiri untuk memeriksa struktur gen tersebut.
Tidak cukup di situFungsi studbook ternyata tidak sekadar mencatat silsilahLigaya menyebut studbook sebagai acuan dasar untuk melakukan pelestarian dengan cara yang benarDari studbook, setiap pihak dipastikan bisa mengetahui jumlah dan generasi harimauSelain itu, dari studbook, bisa diketahui mana keturunan harimau Sumatera yang produktif maupun sebaliknya.
Dari situ, pengelolaan harimau dimulaiKetika bereproduksi, harimau Sumatera harus dikontrolSetiap kelompok dibatasi untuk melakukan perkawinan dalam satu gen yang samaDalam hal ini mengawasi perkawinan harimau Sumatera dengan koefisien inbreeding’’Istilahnya kami lakukan kawin silang,’’ jelasnya.
Perkawinan silang itu bukan tanpa alasanSebab, setiap harimau yang kawin pasti ’’menularkan’’ gen kepada keturunannyaJika perkawinan dilakukan pada gen yang sama, lama-kelamaan gen tersebut akan menjadi represif (melawan)’’Kalau sudah represif, akan terlihat, fisiknya kurang bagus, daya tahan hidup jauh dari ideal, akhirnya berujung kepada kepunahan,’’ jelasnyaSetidaknya, masa hidup seekor harimau berkisar 20–25 tahun.
Namun, ternyata reproduksi silang juga tidak bisa dilakukan sembaranganPerkawinan tersebut tetap harus dikontrolUntuk setiap satu kelompok gen yang sama, setidaknya perkawinan dilakukan dalam kurun 30 tahunSetelah itu, barulah ada penggabungan kelompok satu dengan yang lainHal tersebut dilakukan demi menjaga keragaman genetik harimau Sumatera’’Dengan metode seperti itu, setidaknya keragaman genetik ini bisa dipertahankan selama 100 tahun,’’ tegasnya.
Usaha Ligaya terbukti tidak sia-siaDengan kondisi deforestrasi alam di Sumatera, harimau Sumatera hingga 2008 tidak mengalami penurunan tajamDi luar habitat, sensus Agustus 2007 menyebutkan jumlah harimau Sumatera yang tersebar di lembaga konservasi dan kebun binatang mencapai 200 ekor
Jumlah harimau di habitat asli mereka di Riau dan Aceh diperkirakan 400 ekorJumlah itu tidak jauh berbeda dari populasi harimau Sumatera saat dimulai studbook pada 1992
Setelah 16 tahun menjadi studbook, Ligaya mengaku setia menjalani profesi tersebutMeski pekerjaannya sebagai dosen dan salah seorang direktur diploma III di IPB semakin padat, ada motivasi yang membuat dirinya masih bertahan’’Saya mengambil ini karena suka belajar,’’ ujarnya.
Bukan hanya ituLigaya juga memiliki motivasi tersendiri untuk mempelajari harimauSeperti halnya kebanyakan orang, dia awalnya memiliki pandangan yang sangat awam dalam menilai harimau’’Bagaimana ya? Menurut saya, harimau itu such a great animal, karismatis, keren, hehe...,’’ ungkap istri Michael Padmanaba tersebut(el)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Andi Mappaganti, Jakarta Awal-Akhri Karir Birokrasi
Redaktur : Tim Redaksi