jpnn.com - CIAMIS – Polisi mengamankan atribut ISIS dari rumah Komarudin, warga Dusun Bantar Desa Sukaraja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis, Jumat (22/1) malam. Atribut ISIS tersebut diduga milik Ahmad Sapi’i dan istrinya, Een Jaenah, yang tidak diketahui keberadaannya.
Kapolsek Cikoneng Kompol Sukardi menyatakan saat ini barang bukti berupa bendera dan baju diamankan dulu ke Polres Ciamis. Pihak keluarga Komarudin juga akan dimintai keterangan.
BACA JUGA: Menteri Yuddy Punya Permintaan Serius untuk Gubernur Banten
Kasat Reskrim Polres Ciamis AKP Roland Olaf Ferdinand menyatakan tidak bisa memberikan kterangan lebih banyak karena masih melakukan penyeidikan. “Barang bukti hasil penggeledahan di rumah yang diamankan hanya buku-buku saja,” kata dia.
Kepala Dusun Bantar Desa Sukaraja Asep Saepuloh (54) mengaku menaruh kecurigaan terhadap Ahmad Sapi’i (45), mertua Komarudin, sekitar tiga bulan ke belakang. Karena, saat silaturahmi rumah pasangan suami istri Komarudin (60) dan Ani (50), Asep melihat bendera warna hitam bertuliskan Arab.
BACA JUGA: Kader PDIP Mengaku Dihajar Sekelompok Preman di Kalteng
Di rumah itu pula, Asep bertemu dengan Ahmad. Ahmad mengaku baru pindah dari Indramayu. Anaknya juga ingin sekolah di Bantar. “Saya katakan bila ingin pindah harus ada surat pindahnya dari Indramayu,” kenang Asep tadi malam.
Asep sempat menanyakan bendera hitam bertuliskan haruf Arab yang menempel di tembok tengah rumah. Asep juga menyarankan bendera tersebut dicopot. Ahmad mengaku sebagai simpatisan ISIS. “Saya saat itu polos belum tahu ke arah ISIS, namun kecurigaan ada,” jelas Asep.
BACA JUGA: AS Cemaskan Warganya di Freeport Papua
Lantas, Asep berkoordinasi dengan Babinsa dari Koramil Cikoneng Koptu Gunawan. Nah, seminggu sebelum ledakan bom di MH Thamrin, Jakarta, Ahmad menghilang dari Dusun Bantar. Sementara istrinya bernama Een Jaenah (40) serta empat anaknya ada di rumah Komarudin.
Jumat (22/1) sekitar pukul 16.00 —saat mengurus masalah PNPM di Desa Sukaraja— Asep mendapat telepon dari babinsa. Babinsa mengaku sedang bersama Kaur Umum Desa Sukaraja Iwan Herwandi. Babinsa juga meminta Asep segera datang ke rumah Komarudin yang ditinggali Ahmad.
“Saat ditanya-tanya mengenai bendera, Komarudin menyerahkanya kepada kami,” paparnya.
Namun, Komarudin menyatakan tidak tahu mengenai keberadaan menantu dan anaknya. Tapi, Een sempat pamitan mau menjemput anaknya yang paling besar di Kecamatan Cisaga. Hingga tadi malam, Een belum pulang. “Di rumah ini adalah anaknya yang tiga sama mertuanya saja, Ahmad Sapi’i dan istrinya tidak ada,” kadus.
Asep mengatakan Ahmad bukan kelahiran Bantar. Namun sewaktu bujangan —sekitar 15 tahun ke belakang— pernah mesantren di Kampung Bantar. Akhirnya, Ahmad menikahi Een. Sejak menikah, Een dibawa ke Indramayu.
“Tahu-tahu dia itu pulang lagi sudah tiga bulan ke belakang tinggal di mertuanya. Keseharian di kampung sini penggali sumur bor,” paparnya.
Secara terpisah, Nanang Sukmana (32) menerangkan adiknya, Een Jaenah (40) memang menikah dengan Ahmad Sapi’i. Sudah hampir 15 tahun. Sejak menikah, Een dibawa Ahmad ke Kampung Karang Baru RT/W 03/02 Desa/Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu.
“Punya bengkel di sana. Namun tiga bulan ke belakang pulang dan katanya akan tinggal di Kampung Bantar,” paparnya. Namun seminggu ke belakang, menurut dia, Ahmad tidak ada lagi di rumah. Entah ke mana. Een dan anak-anaknya masih ada di rumah.
Nanang mengaku tidak begitu paham mengenai bendera milik Ahmad yang ada di rumah bapaknya. “Makanya saya kaget saat ini ramai-ramai masyarakat bahwa adik ipar itu masuk jaringan ISIS,” jelas dia.
Selama tiga bulan di Dusun Bantar, kata dia, Ahmad bekerja sebagai tukang sumur bor. Dulu, Ahmad suka mengajar anak-anak mengaji. Memang ada perbedaan bila ngobrol masalah agama, nadanya agak tinggi. Namun tidak begitu ditanggapi. (isr/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Betapa Susahnya Mendeteksi Kuli Panggul Asing di Pasar-pasar Surabaya
Redaktur : Tim Redaksi