jpnn.com - SURABAYA - Sebanyak 12 telur komodo menetas secara bertahap di Kebun Binatang Surabaya (KBS), sejak 21 Februari sampai 7 Maret.
Kendati disambut gembira, pertambahan satwa itu bisa menjadi masalah. Yakni, terbatasnya kandang yang dimiliki KBS.
BACA JUGA: Astagaââ¬Â¦ Mengaku ISIS Ancam Bunuh Presiden Jokowi, Begini Isi Terornya
Bayi-bayi mungil komodo tersebut lahir dari satu induk yang bertelur sejak 23 Juli 2014. Sebenarnya, ada 29 telur. Tetapi, hanya 12 butir yang bisa menetas.
Rukin, penjaga komodo, menuturkan bahwa bayi-bayi komodo itu lahir dengan kondisi bagus. Tidak ada satupun yang cacat. ’’Langsung saya beri makan daging dan telur setiap Sabtu dan Rabu,’’ ujarnya saat ditemui kemarin.
BACA JUGA: Ini Persamaan Antara Nikah Siri Online dan Kumpul Kebo
Dia menjelaskan, selama sepuluh tahun dirinya bertugas, tingkat kelahiran satwa bernama latin varanus komodensis tersebut memang tinggi. Lebih dari setengah telur yang ditetaskan di ruangan khusus bisa lahir dengan selamat.
’’Saya pernah menetaskan 45 telur di antara 54 butir. Bahkan, pernah juga dari 18 telur bisa menetas 17 komodo kecil,’’ ungkapnya.
BACA JUGA: Ini Penilaian Tantowi soal Pemerintahan Jokowi
Saat ini dia juga masih menangani 17 komodo yang berusia setahun. Komodo itu ditempatkan di kandang besi di area nursery. Semestinya, komodo tersebut segera dipindah ke kandang terbuka agar sesuai dengan habitat aslinya.
Selain itu, komodo yang baru berusia 10–20 hari tersebut harus segera dipindah ke kandang yang lebih besar. Saat ini mereka hanya ditempatkan di dua kandang kaca berukuran 2 x 1 meter.
Rencananya, dia memindahkan komodo itu ke kandang besi yang saat ini ditempati 17 komodo berusia setahun. ’’Setidaknya usia tiga bulan harus sudah dipindah. Kalau tidak begitu, bisa sakit dan akhirnya mati,’’ tuturnya.
Namun, pemindahan komodo ke kandang yang lebih besar tersebut juga bukan perkara mudah. Sebab, saat ini sudah ada 53 komodo dewasa di kandang peraga. Mereka menempati lima kandang berukuran total 700 meter persegi.
Direktur Operasional Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS Aschta Nita Boestani Tajudin mengakui, kehadiran komodo itu bisa menjadi rahmat sekaligus persoalan tersendiri bagi KBS. Sebab, tentu bayi-bayi komodo mungil tersebut perlu tempat khusus segera. ’’Sementara itu, kami memiliki keterbatasan kandang,’’ ucapnya.
Lagi-lagi persoalannya adalah aset KBS yang belum jelas. Direksi PDTS KBS tidak bisa leluasa mengutak-atik aset di atas tanah KBS sebelum status kepemilikan itu jelas. Hingga kini, pemkot pun belum memberi kejelasan soal status tersebut.
Dia menyatakan, jumlah komodo saat ini memang terlalu banyak. Idealnya, KBS hanya perlu dua pasang komodo dengan kualitas yang paling bagus. ’’Empat saja sudah cukup,’’ katanya.
Lulusan Edinburgh University, Inggris, itu mengungkapkan, dengan kondisi yang serba sulit seperti itu, direksi PDTS KBS sebenarnya ingin menghentikan dulu perkembangbiakan satwa.
Sebab, populasi yang tidak terkontrol bisa berbahaya bagi kelangsungan hidup hewan-hewan tersebut. ’’Selain komodo, yang rajin beranak pinak itu bekantan dan jalak bali,’’ jelasnya.(jun/c17/oni)
BACA ARTIKEL LAINNYA... YLBHI Curiga Revisi PP Remisi Bermuatan Politis
Redaktur : Tim Redaksi