jpnn.com - SOLSEL - Sudah sepekan Gunung Kerinci menyeburkan abu vulkanik di sekitar permukaan kawah gunung. Jumat ( 15/4) ketinggin abu vulkanik 800 meter.
Meskipun begitu, status gunung yang terletak antara Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi dan Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumbar itu masih pada level siaga dua.
BACA JUGA: Jangan Lupakan Aksera!
Namun, para pecinta alam atau warga luar daerah yang masih berdatangan untuk melakukan aktivitas pendakian ke Gunung Kerinci, tetap tidak diperbolehkan. Larangan tersebut, demi memberikan rasa aman serta keselamatan para pendaki.
"Kondisi saat ini, Gunung Kerinci masih menyemburkan abu vulkanik. Mulai dari ketinggian 600 meter hingga 800 meter. Pecinta alam atau warga dilarang melakukan aktivitas pendakian. Karena dapat membahayakan keselamatan, bila terkena abu panas itu,"ungkap Sekretaris BPBD Solok Selatan, Sumardianto kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group), Jumat (15/4) di Padangaro.
BACA JUGA: Kasus Pernikahan Sejenis: 4 Orang Jadi Tersangka
Direktur Instituion Concervation Society (ICS) Solok Selatan, Salpa Yandri menegaskan, dengan adanya intensitas penyemburan abu vulkanik dalam sepekan di Gunung Kerinci, tentu dapat mempengaruhi keberadaan satwa liar di sekitar lereng gunung.
Sehingga perlu juga dikhawatirkan oleh warga yang berladang di sekitar kaki gunung berapi tertinggi di Indonesia ini, karena kecenderungan binatang akan turun ke kaki gunung.
BACA JUGA: Innalillahi, Karyawan Meregang Nyawa Terjepit Mesin Conveyor
"Kecenderungan sifat binatang akan turun ke kaki gunung atau ke permukiman warga. Bila adanya intensitas gunung berupa semburan abu vulkanik atau letusan gunung. Maka perlu adanya kehati-hatian warga dan segera laporkan, bila itu terjadi,"ungkap Salpa Yandri.
Satwa liar yang ada di Gunung Kerinci beragam jenisnya, selain puluhan jenis burung. Di gunung dengan ketinggian 3.805 KM dari permukaan laut juga terdapat harimau sumatera, anjing hutan, beruang madu, kera, monyet, ular, kijang, rusa, trenggiling, landak dan masih banyak lagi spesies lainnya.
Namun dengan terganggunya keberadaan akan permukiman dan ladang warga di sekitar kaki gunung, sehingga memutus koridor gajah sumatera yang biasanya juga terdapat di sekitar gunung.
"Meski koridor gajah sudah terputus, bisa jadi masih ada spesies ini di sekitar Gunung Kerinci. Kewaspadaan warga terhadap hewan buas lainnya penting dilakukan, ketika beraktivitas di sekitar kaki gunung," tukasnya.
Sebab keberadaan Gunung Kerinci di kelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan habitat harimau sumatra dan badak sumatra. Gunung ini tercacat mengalami intensitas setiap tahunnya, berupa terjadinya erupsi vulkanik. Sehingga radius bahaya yang ditetapkan Pos Pemantau Gunung Kerinci yakni 3 KM dari kaki gunung.
Dengan karakteristik wilayah bergelombang didominasi perbukitan yang sebagian besarnya ditutupi hutan lebat yang alami, tentu menjadi tempat bagi satwa liar yang ada di pegunungan tertinggi di Sumatera itu.
"Kalau ada binatang yang turun, segera laporkan ke LSM ICS, TNKS dan Pemkab Solsel. Bila mendekati rumah jangan diganggu, dan dilarang membunuhnya. Karena hewan yang ada disekitar Gunung Kerinci di lindungi negara,"bebernya. (tno/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sadis, Kepergok Mencuri, ABG Ini Kapak Korbannya
Redaktur : Tim Redaksi