jpnn.com - MADIUN – Gembar-gembor ngomong pembangunan infrastruktur, tapi jembatan ambrol tidak mendapatkan perhatian pemerintah.
Ya, jembatan Pule di Desa Ketandan, Kecamatan Dagangan, Madiun, ambrol tapi dicueki pemda setempat.
BACA JUGA: Kawanan Orang Utan Ganggu Warga, Masyarakat Diminta Ngalah
Meski sudah dilaporkan, tidak ada perhatian dari pemerintah kabupaten. Karena itu, warga berinisiatif membangun jembatan darurat dari bambu. Jembatan sesekitu dibuat tidak jauh dari lokasi jembatan yang ambrol.
’’Robohnya jembatan ini jelas sangat merepotkan. Sebab, setiap hari kami harus putar arah hingga 3 kilometer. Sambil menunggu dibangun lagi, warga kerja bakti buat jembatan sesek terlebih dahulu,’’ kata Winarno, warga RT 1, RW 1, Dusun Pule, Desa Ketandan, Kecamatan Dagangan, Minggu (5/4).
BACA JUGA: Ditinggal Sang Ustaz Pengajian, Pasien Gantung Diri
Ada sekitar seratus warga yang membangun jembatan darurat sebagai ganti ambrolnya jembatan penghubung Desa Sareng, Kecamatan Geger, dengan Desa Ketandan, Kecamatan Dagangan, tersebut.
Karena bahannya hanya dari bambu, diperkirakan jembatan itu tidak bertahan lama. ’’Mungkin hanya bertahan hingga tiga bulan ke depan,’’ imbuhnya.
BACA JUGA: Cara Cerdik Penyelundup 3,5 Ton Daging Babi yang Memanfaatkan Jengkol
Pekerjaan sengaja dikebut supaya warga bisa segera menggunakan jembatan darurat itu. ’’Jembatan ini murni swadaya dan gotong royong warga supaya bisa menyeberang sungai dengan lancar,’’ jelasnya.
Mantan Kades Ketandan Kusairi menyatakan, robohnya jembatan di Pule, Ketandan, itu kian menambah panjang daftar jembatan roboh atau rusak di desanya. Sebab, sebelumnya, beberapa jembatan di Dusun Nguren, Tunggul, Ketandan, dan Pule, Ketandan, roboh satu per satu.
Bahkan, kini jembatan yang masih berfungsi dengan baik tinggal satu unit, yakni di Dusun Sidorejo. ’’Itu pun amping (pegangan)-nya sudah hilang dan bawahnya juga mulai tergerus longsor,’’ terangnya.
Menurut Kusairi, banyaknya jembatan yang roboh di desanya itu disebabkan faktor usia. Usia setiap jembatan tersebut sudah lebih dari 40 tahun karena rata-rata dibangun pada 1970-an.
’’Kami berharap pemkab segera memberikan respons perbaikan secepatnya. Perbaikannya tidak hanya di jembatan Pule, Ketandan, tetapi juga jembatan-jembatan lainnya,’’ ujarnya.
Kepala BPBD Kabupaten Madiun Edi Harianto menjelaskan, kerugian lantaran robohnya jembatan Pule, Ketandan, ditaksir lebih dari Rp 100 juta. Pasca robohnya jembatan tersebut, warga setempat bisa menggunakan jembatan Deles sebagai alternatif. Jembatan itu berjarak sekitar 750 meter menuju timur dari jembatan yang roboh.
Namun, jembatan alternatif di Desa Sareng, Kecamatan Geger, tersebut tidak sebesar jembatan Pule. ’’Hanya bisa dilewati sepeda motor. Kendaraan roda empat harus berputar ke barat menuju Dolopo,’’ jelasnya. (fin/yup/JPNN/c23/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BIN Pastikan Daerah Ini Aman dari ISIS
Redaktur : Tim Redaksi