Jangan membayangkan negara maju seperti Australia tidak memiliki problem perkotaan seperti tunawisma. Di bulan Juli setiap tahunnya, ribuan tunawisma memadati Balai Kota Sydney untuk mendapatkan bantuan. Wartawan ABC John Donegan menemui enam orang di antaranya.
Julieanne (37 tahun)
BACA JUGA: Pelatih Kuda di Australia Didenda Karena Beri Narkoba ke Kudanya
Julieanne tidur di kawasan George Street.
BACA JUGA: Ingin Gabung Milisi Kurdi Melawan ISIS, Seorang Warga Australia Ditangkap
"Saya menjadi gelandangan gara-gara menjadi korban pencurian identitas," kata Julieanne.
Ia sehari-harinya bisa ditemui di kawasan George Street hingga World Square. "Saya biasanya tidur di sekitar sini," ucapnya.
BACA JUGA: Parkiran Mobil di Pinggir Jalan Kota Melbourne Diusulkan Jadi Jalur Sepeda
Setelah menggelandang sekian lama, tahun lalu Julieanne berhasil menyewa rumah dan tinggal di sana selama lima bulan.
"Tapi mereka menaikkan harga sewa dan saya pun kembali ke jalan," jelasnya.
Ia mengaku sudah menghadapi begitu banyak masalah dan mengalami depresi. "Inilah titik terendah dalam hidup saya," katanya.
Julieanne mengatakan hidup di jalanan sangatlah berisiko. Karena itu, "Kalau saya dapat rumah tinggal, saya akan segera cari kerja," katanya.
John (33) dan Malachi (7)
John dan Malachi.
"Sudah enam bulan saya hidup menggelandang," kata John.
"Anak saya biasanya datang menemani saya. Dia tinggal di penginapan bersama ibunya. Namun kini semakin sulit," katanya.
Untungnya, kata John, ia masih diperbolehkan menemui anaknya itu dan menghabiskan waktui bersama selama beberapa jam.
"Saya berasal dari Moree tempat saya bekerja di perkebunan kapas," jelasnya. "Saya datang ke kota karena mengira dukungan bagi penderita gangguan mental lebih baik".
John mengaku menderita schizophrenia dan OCD, dan mengaku benar mendapat banyak bantuan.
"Saya juga berusaha mendapatkan tempat tinggal tetap namun belum tersedia," katanya. Akibatnya, ia kini tidur di bawah jembatan atau di dekat tempat sampah.
"Saya mendapat tunjangan disabilitas namun tentu saja jumlahnya tidak mencukupi," ucap John.
Laurence (47)
Laurence mengaku kesulitan mendapatkan pekerjaan.
"Saya telah hidup menggelandang selama hampir 10 bulan," ucap Laurence.
Ia mengaku menjadi gelandangan akibat kedua orangtuanya meninggal dunia.
"Saya tidur di mobil bersama teman. Kini ia mendapat tunjangan dan tempat tinggal jadi tinggal saya yang kini tidur di jok belakang mobil," jelasnya.
Laurence mengaku pernah bekerja sebagai sebagai operator forklift namun kehilangan pekerjaannya dan tidak berhasil mendapatkan pekerjaan lainya setelah itu.
Gavin (42)
Gavin tidur di siang hari dan menggelandang di malam hari.
"Saya tinggal di Sydney selama 21 tahun dan kebanyakan di antaranya hidup di jalanan," ujar Gavin.
"Saya lebih suka berkeliling. Jarang sekali saya menetap di satu tempat lebih dari satu minggu," katanya.
Gavin mengaku lebih suka tidur di siang hari karena lebih aman. Sementara pada malam hari ia biasanya berkeliling.
"Saya takut kalau tidur malam dan cuaca musim dingin juga tidak mendukung," paparnya.
Owen (45)
Owen selalu berupaya mencari tempat tidur tersembunyi.
"Sudah sekian lama saya hidup menggelandang seperti ini, dan selalu berusaha mencari tempat tidur yang tersembunyi dan lebih aman," ujar Owen.
"Saya juga pernah tinggal di sejumlah penginapan," ujarnya.
Ia mengaku datang ke Balai Kota untuk mendapatkan bantuan. "Rasanya seperti natalan. Saya mendapat pakaian dan makanan hari ini," katanya.
Gavin mengatakan ia tidak pernah merayakan natalan yang sebenarnya sejak hidup menggelandang.
Hilary (50-an)
Hilary tak terpisahkan dari Sydney Street Choir.
Ia mengaku tidak bisa terpisahkan dengan kelompok paduan suara yang ia sebut sebagai Sydney Street Choir.
"Anggotanya terdiri atas enam perempuan dari berbagai latar belakang," kata Hilary.
Kelompok ini, katanya, menerima dia apa adanya meskipun dia gelandangan.
"Saya sudah menganggapnya sebagai keluarga," kata Hilary. "Dan saya mencintainya."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepala SMA Negeri di Sydney Diminta Laporkan Kegiatan Radikal