Lila Umami menang karena keteguhannya untuk tak memakai vetsin dan hanya menggunakan bahan-bahan segar
-------------------------
AGUNG PUTU I., Jakarta, dan M
BACA JUGA: Ke Einstein Haus, Tempat Albert Einstein Melahirkan Teori Relativitas
IQBAL, Probolinggo-------------------------
ISYARAT itu sebenarnya sudah disampaikan oleh chef terkenal William Wongso
BACA JUGA: Joko Widodo, Wali Kota Solo yang Penggemar Berat Musik Rock
Tetapi, Lila yang mewakili Jawa Timur di event yang dihelat sebagai rangkaian ASEAN Fair untuk pembukaan KTT ASEAN +3 (Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok) tersebut, rupanya, tak memahami isyarat tersebut
BACA JUGA: Si Nenek TKW Dikasari Majikan Arab yang Memerintah pakai Kaki
Lila tak berani berharap mulukBagi dia, menjadi juara harapan saja sudah luar biasaMaklum, sebagai pengusaha katering kelas rumahan, di lomba tersebut dia harus berhadapan dengan wakil 18 provinsi yang rata-rata berasal dari rumah makan besar atau hotel mewah
Namun, hingga juara harapan selesai dibacakan oleh William, nama Lila Catering sama sekali tak adaBegitu juga setelah peraih peringkat pertama dan kedua diumumkanLila pun gelisah
Tinggal peraih peringkat pertama yang belum disebutkanLila sudah kehilangan harapanNamun, apa yang sama sekali tak terbayangkan oleh perempuan yang memulai usaha katering pada 1987 itu terjadi: Lila Catering terpilih sebagai juara pertama
"Saya seperti setengah sadarKaki langsung nggreweli (gemetar, Red)," kata perempuan yang kini berdomisili di Desa Kedung Dalem, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, tersebut"Semua juri juga kaget kalau yang menang ternyata katering rumahan," imbuh Lila yang berhak atas hadiah uang pembinaan Rp 10 juta dari Kementerian Perdagangan plus piagam atas prestasinya itu
Keberhasilan di Bali tersebut memang benar-benar datang dari bawah, dari sebuah kerja keras yang dimulai 23 tahun silamPemicunya pun sangat sederhana, yang jamak dihadapi ibu rumah tangga di mana saja: keinginan menambah uang belanja plus dana pendidikan anak
Maklum, suami Lila ketika itu, Rudi Alfanani, hanya bekerja sebagai tenaga lepas di Pabrik Gula (PG) PajarakanGajinya kala itu tidak cukup untuk kebutuhan keluargaBerbekal keahlian memasak, Lila mulai berjualan nasi dengan berkeliling di kampung asalnya, Desa Sukokerto, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo
Sambil berjualan, Lila mulai bertanya kepada sejumlah tetangga tentang jumlah uang yang mereka habiskan untuk memasak per hariBermula dari survei sederhana itu, Lila menawarkan jasa rantangan.
Gayung bersambutAda lima ibu rumah tangga yang menggunakan jasa Lila memasak nasi untuk kebutuhan setiap hariDari tiap-tiap rumah tangga itu, Lila menerima Rp 3 ribu sehari untuk biaya masakUang itulah yang dia kelola agar bisa mencukupi kebutuhan sekaligus keluarganya bisa nunut makan gratis.
Usahanya terus berkembang hingga memiliki tiga warungNamun, dia tak sanggup mengurusi warung sekaligus usaha rantanganAkhirnya, warung ditutup serta dia berfokus menyuplai makanan untuk kalangan keluarga dan kantoran.
Jalan hidup Lila penuh gejolakPada 2003, dia berpisah dengan suaminya, Rudi AlfananiSaat keluar dari rumah, dua buah hati hasil pernikahannya hendak ikut dengannyaNamun, Lila menolakLila meminta agar dua putrinya itu tinggal bersama sang mantan suami sampai dirinya sukses"Saya keluar dari rumah nggowo awak tok (tidak membawa apa-apa, Red)," ungkap dia.
Lila kemudian memulai usaha katering pada 2005Dia menyuplai makanan untuk instansi-instansi di ProbolinggoSebagian besar pesta pernikahan dia garapLila harus bekerja ekstrakerasPernah salah seorang sopirnya terlambat datangAkhirnya, mau tidak mau dia menyopiri sendiri truk yang mengangkut perlengkapan prasmanan
Lila juga menjalankan usahanya dengan etika bisnis yang ketatDia tidak mau mengambil untung terlalu besarYang penting, untung tipis, tetapi berkelanjutan"Kalau acaranya sudah sukses, baru boleh dibayarAlhamdulillah, tidak ada yang nakalanSemuanya beres, bahkan semakin banyak yang order," katanya.
Pada 2009, Lila akhirnya menikah untuk kali kedua dengan Joko WiyonoPernikahan tersebut seperti melengkapi hidupnyaJoko yang beranak satu itu merupakan seniman Probolinggo yang memahami seni dekorasiLila mengurusi masakan, Joko menangani dekorasi.
"Saya bersyukur atas semua ituSaya orang ndeso, cuma bisa masak dari kukusan sama botok, kok ya bisa menang," ucap Lila, yang ketika ditemui akhir pekan lalu didampingi Kasi Pelayanan Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo Andjar Noermala
Di Bali, Lila mengandalkan masakan dari hasil laut khas ProbolinggoYaitu, botok lorjuk, peyek kupang, urap-urap kupang, sate komo, dan botok mutiara bromoUntuk masakan pendukung, Lila menyajikan opor ikan hiu, bebek goreng, rujak kebalan, sambal pencit, dan sambal keluakSedangkan untuk minuman, Lila membuat pokak, sinom, dan bongko menthuk
Dari semua masakan itu, sambal keluak benar-benar membuat kaget William"Saya bilang ke Pak William Wongso, caranya gampangCabai rawit dibakar, kemudian diulek dengan kluwek (keluak), dikasih garam, sudah," ucap dia"Itu dimakan dengan bebek goreng buat dicocol," imbuhnya.
Selain William, juri lain terdiri atas Bondan Winarno, Vindex Tengker, Hein von Holsen (Australia), dan Henet de Neefe (Belanda)Mereka mendasarkan penilaian atas tiga segiSalah satunya, otentisitas atau masakan dan minuman yang disajikan adalah produk unggulan daerahDua segi lain adalah cita rasa dan cara penyajian makananOtentisitas dan cita rasa memiliki persentase penilaian 40 persen masing-masingSedangkan bobot cara penyajian sebesar 20 persen saja
"Sebelum berangkat ke Nusa Dua, sudah ada geladi bersihMencicipi masakan yang akan dilombakan di panti PKK," kata Andjar, mengawali cerita.
Selain persiapan yang matang itu, Lila menuturkan bahwa rahasia menjadi juara sebenarnya cukup sederhanaSelama meniti karir di dunia kuliner, dia sangat antivetsinKalau ingin masakan gurih, harus rela menggerus rempah-rempah untuk menajamkan rasa.
Itulah kenapa, begitu masakannya dicecap lidah para juri, rasa yang keluar adalah rasa asliDi antara beberapa peserta lain, ada yang menggunakan jalan pintas dengan membubuhkan vetsin pada masakanNamun, lidah para juri tidak bisa ditipu"Ini yang kami cari, rasanya maknyus," kata Lila, menirukan Bondan saat merasakan masakannya.
Rahasia lain kemenangan Lila adalah bahan-bahan yang segarDia tidak mau saat hari H penilaian, semua masakan hanya dihangatkan karena dimasak pada hari sebelumnyaSemua bahan-bahan masakan dibawa langsung dari ProbolinggoMulai udang untuk bumbu-bumbu, rempah-rempah, hingga ikan hiu yang akan dijadikan opor
Karena ngotot memasak pada hari H, Lila harus bekerja ekstrakerasTepat setelah salat Subuh, duta kuliner Probolinggo tersebut mengajak lima orang kru yang dibawa dari kampung halaman mulai memasakSemua proses memasak itu rampung pada pukul 10.00Selain memaksimalkan rasa, mereka harus mengatur dekorasi kuliner.
Untuk bisa sampai di Bali, Lila memulainya dengan mengikuti lomba memasak se-eks Karesidenan ProbolinggoDia meraih peringkat ketigaLalu, bersama peraih peringkat pertama dan kedua, dia berlomba di tingkat Jawa Timur dan menang sehingga berhak mewakili provinsi ke level nasional.
Kini Lila tinggal menikmati buah dari kerja kerasnyaSelain usaha katering yang terus menggurita, dia memiliki sejumlah propertiAntara lain, tujuh unit rumah yang dia kontrakkan dan beberapa rumah kosDia berharap, masa tuanya bisa dihabiskan dengan berkumpul bersama keluarga dalam kebebasan finansial.
Dengan mantan suaminya pun, Lila sangat baikBahkan, dia ikut mengurusi ayah dari dua anaknya ituKadang sang mantan suami ikut membantu mengantarkan katering"Saya harus tetap ngopeniDia juga bagian hidup saya," katanya(*/c11/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengunjungi Hotel Sapi, Penjualan Ternak dengan Sistem SPG Cowgirls
Redaktur : Tim Redaksi