Si Nenek TKW Dikasari Majikan Arab yang Memerintah pakai Kaki

Rabu, 02 November 2011 – 20:37 WIB
Rohmah binti Abdul Wahab ketika menunggu pendataan di Terminal TKI, Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Foto : nicha/jpnn

Mendapatkan perlakuan kasar layaknya hewan dan hina  oleh para majikan merupakan suatu siksaan batin bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) overstayer di Arab SaudiMereka  selalu mengimpikan kesempatan bisa pulang ke tanah air

BACA JUGA: Mengunjungi Hotel Sapi, Penjualan Ternak dengan Sistem SPG Cowgirls

Ketika kesempatan itu datang, mereka pun langsung mendaftarkan diri untuk bisa diangkut gratis ke tanah air.
---------------------------------
NICHA RATNASARI- JPNN
---------------------------------
Terminal Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Bandara Internasional Soekarno – Hatta ,Cengkareng , Tangerang, Banteng pada Selasa (1/11) siang, nampak dipadati  ribuan TKI yang baru saja mendarat dari Arab Saudi
Para TKI yang sebagian besar wanita tersebut merupakan TKI overstayer dan illegal yang dipulangkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), menggandeng Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Di lobby terminal kedatangan TKI sudah terlihat para TKI duduk lesehan di lantai dan sedang sibuk mengisi lembaran isian tentang data pribadi para TKI

BACA JUGA: Mohammad Baedowy, dari Auditor Bank menjadi Pengusaha Sampah yang Sukses

Menariknya, ada salah seorang TKI wanita yang sudah berusia lanjut dan bernama Rohmah binti Abdul Wahab.

Ketika didatangi, Rohmah - sapaan nenek berusia 56 tahun itu- langsung meminta tolong untuk dibantu mengisi dan menuliskan data-data dirinya di lembar isian tersebut
“Dik, tolong isikan data-data saya ini bisa? Saya tidak bisa baca dan menulis

BACA JUGA: Henricus Yulianto, Mantan Koki Pribadi Keluarga Muammar Kadhafi

Tolong dibacakan ya pertanyaannya,nanti saya jawab dan kemudian adik tulis jawaban saya di situ,” ujarnya.

Benar saja, lembar isian tersebut tidak beda jauh dengan sebuah curriculum vitae yang digunakan untuk melamar pekerjaanDari mulai nama, tempat tanggal lahir, alamat lengkap,  hingga besarnya penghasilan terakhirRohmah dengan lancar menjawab seluruh pertanyaan yang saya bacakan.

Sembari menjawab pertanyaan, Rohmah yang mengenakan kerudung hitam berbordir bunga kuning dan pakaian gamis hitam menceritakan kisahnya selama bekerja di Jeddah, Arab Saudi

Rohmah adalah seorang janda dengan 6 orang anak dan beberapa orang cucuSepeninggal suaminya sejak 5 tahun yang lalu, Rohmah nekad memutuskan bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) di Arab SaudiUsahanya untuk bisa menginjakkan kaki di Arab Saudi juga tidak mudahIa harus berkali-kali ditolak oleh agen TKI yang resmi karena terbentur umur yang sudah lanjut usia.

Tak habis akal, Rohmah yang tinggal tinggal di Malang langsung mendatangi H Muhdor asal Madura karena berdasarkan informasi teman-temannya, H Muhdor bisa membantunya berangkat ke Arab Saudi.  “H Muhdor itu awalnya tidak mauTapi mungkin kasihan melihat saya, akhirnya beliau membantu dan menjadi sponsor sayaDia membuatkan saya visa umroh agar saya bisa lolos berangkat ke Arab SaudiAlhamdulillah, saya bisa berangkat,” ujarnya.

Sebelum berangkat, Rohmah dibina di Balai Latihan Kerja (BLK) TKI di Singosari, Jawa TimurPaspor Rohmah juga dibuat di SurabayaAkhirnya, 4 tahun yang lalu Rohmah berangkat ke Arab SaudiSesampainya di Arab Saudi, ia pun langsung mendapatkan majikanSayangnya, majikannya kerap kali berbicara kasar dan perlakuannya yang sangat tidak manusiawi.

“Awal-awal saya di Jeddah, saya hampir setiap bulan harus gonta-ganti majikan karena jahat-jahat dan kasarKalau menunjuk pakai kakiSeenaknya memerintah ini itu dan saya ini jadi seperti robotTapi saya selalu melawan meskipun selalu diancam dilaporkan ke polisiSaya tidak takutKalaupun saya dilaporkan, justru saya senang, pasti kan saya dipulangkan ke Indonesia,” jelas Rohmah.

Keberaniannya yang selalu melawan dan tidak takut ancaman tersebut, akhirnya membuat para majikannya lelah mengancam dirinyaAkan tetapi, untuk masalah gaji, sangat rendah sekaliPada tahun-tahun pertama bekerja, Rohmah hanya menerima 1000-1200 riyal saja atau setara Rp 2,8 jutaa-an per bulanSedangkan 2 tahun terakhir ini dirinya telah menerima 1400 – 1600 riyal atau setara dengan Rp 3,7 juta-an per bulan.

Setiap bulannya, gaji Rohmah harus dipotong beberapa persen untuk membayar H Muhdor selaku sponsornyaH Muhdor , lanjut dia, yang sudah membayar seluruh biaya keberangkatan dirinya ke Arab Saudi sebesar Rp 15 juta, sehingga dirinya harus membayar dengan cara dicicil“Dia tidak mematok besarannya, semua terserah saya dan seikhlasnyaDia baik dan tidak pernah memaksa saya,” imbuhnya.

Sembari duduk lesehan di lobby terminal TKI, Rohmah juga mengatakan, keinginannya menjadi TKI di Arab Saudi karena sudah tidak punya penghasilan sepeninggal suaminyaKeinginannya juga tidak terlalu berlebihanMeskipun keenam anaknya yang sudah berkeluarga memiliki pekerjaan tetap dan penghasilan yang cukup, Rohmah tetap ingin punya uang sendiri yang bisa diberikan ke cucu-cucunya ketika cucu-cucunya meminta uang kepada dirinya.

“Saya kan kepingin, waktu cucu saya minta duit sama mbahnya ini, saya bisa kasihSaya kepingin belikan baju untuk cucu-cucu saya, tetapi tidak mau menyusahkan anak-anak saya,” terangnya sambil meneteskan air mata.

Menurutnya, keenam anaknya tidak pernah menyetujui kepergiannya ke Arab Saudi untuk menjadi TKI, tetapi dia tetap memaksaRohmah yang dulu sempat berjualan nasi dan buah-buahan di pasar, kali ini mengaku tidak akan kembali ke Arab SaudiPadahal, kata dia, majikan yang terakhir ini sudah sangat baik kepada dirinya“Tapi saya tetap ingin pulangSudah cukup perantauan saya di negeri orangSaya mau menemani anak-anak  dan cucu-cucu sayaTidak tahan dengan kerasnya hidup di Arab,” keluhnya.

Ketika ada informasi bahwa Pemerintah Indonesia akan memulangkan para TKI illegal dengan gratis, Rohmah langsung datang ke Safaroh atau Kantor Konsulat Jenderal Indonesia untuk Arab Saudi.  “Saya langsung datang sendiri ke SafarohSaya yang minta pulangKarena kalau pulangnya sekarang tidak dikenakan ongkosTapi kalau pulangnya ketika bebarengan orang pulang haji, pakai biaya sendiri,” paparnya.

Rohmah mengaku, saat ini hanya ada uang Rp 5 juta di rekening tabungannyaNamun, uang hasil kerjanya selama 4 tahun di Arab Saudi sudah dikirimkan ke anak-anaknya dan dibelikan rumah untuk dirinya“Rumah saya yang di Malang sudah dijual dan anak-anak saya semuanya pindah ke Banjarmasin (Kalimantan Selatan)Saya juga sudah dibelikan rumah di sanaIni anak-anak saya belum tahu saya pulang ke IndonesiaSaya mau buat kejutan untuk anak-anak saya,” ungkap Rohmah.

Masih di tempat yang sama, Naimah, TKI wanita berusia 29 tahun asal Pamekasan, Madura juga bersemangat untuk bisa pulang ke Indonesia setelah 13 tahun bekerja di Arab SaudiTak berbeda dengan Rohmah, Naimah mengaku tidak tahan dengan perlakuan kasar yang dilakukan oleh majikannya“Saya sudah ganti majikan berkali-kaliSuka memukul dan kalau bicara kasarKalau menyuruh juga tidak sopan, pakai kakiBeda dengan orang kita (Indonesia),” keluh Naimah.

Selama bekerja di Arab Saudi, Naimah mendapat gaji sebesar 800 – 1300 riyalAkan tetapi, setiap bulannya harus dipotong sebesar 500 riyal atau Rp 1,1 juta untuk mencicil biaya perpanjangan visa umroh sebesar 14 ribu riyal.

Sembari menidurkan putri semata wayangnya di lantai lobby terminal TKI, Naimah mengatakan gajinya tersebut tidak cukup untuk membiayai keluarga kecilnyaAlhasil, sang suami juga harus bekerja sebagai sopir. 

Meskipun sudah bekerja keras untuk menambah penghasilan, Naimah mengaku tidak punya harta apapunBahkan, saat ini dia dan suaminya juga masih belum tahu apa yang akan dilakukan di kampungnya“Saya masih belum tahu mau ngapainSaya nggak punya apa-apaYang penting , saya sekarang sudah bisa pulang dan saya nggak mau balik ke sana (Arab Saudi) lagi,” imbuhnya***

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siantarman Kumpul, Ada Sudi Silalahi, Surya Paloh, Hingga DL Sitorus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler