Bagi kalangan penggemar yang jumlahnya semakin banyak, taksidermi adalah bentuk seni yang sering dilecehkan dan disalahartikan. Berikut lima hal yang tidak Anda ketahui mengenai taksidermi.
Taksidermi kerap dianggap sebagai hobi yang mengerikan, dan hanya merupakan bagian dari ruangan di museum atau upaya melestarikan hewan buruan yang mereka bunuh dalam event pertandingan berburu besar dengan mengawetkannya sebagai piala.
BACA JUGA: Pebalet Australia Juliet Burnett Mencari Akar Budayanya di Keraton Jawa
Namun bagi kalangan penggemarnya yang kini jumlahnya semakin banyak, taksidermi – didefinisikan sebagai semacam perwakilan dari hewan yang sebenarnya – baik dari sisi seni maupun sains.
"Taksidermi saat ini banyak melibatkan unsur seni dibandingkan 30 tahun yang lalu ketika taksidermi hanya sebatas benda statis virtual yang dipajang didinding,” kata pakar taksidermi Gary Pegg.
BACA JUGA: Warga Indonesia di Canberra Rayakan 70 Tahun Kemerdekaan RI
"Ini mencakup tidak hanya kerajinan tapi juga kemampuan artistik."
Berikut adalah lima hal yang mungkin tidak Anda ketahui tahu tentang taksidermi.
BACA JUGA: Media Sosial Ternyata Bantu Korban Gempa Nepal Bertahan Hidup
1. Koleksi sejarah alam
Para pengunjung melihat berbagai taksidermi di Museum Sejarah Alam di Ljubljana, Slovenia. (Reuters: Srdjan Zivulovic)
Taksidermi telah berperan mengawetkan hewan-hewan dari beberapa ekspedisi terbesar di dunia, termasuk burung langka yang ditemukan oleh Kapten James Cook di Australia pada abad ke-18.
Pakar alam dari Inggris Charles Darwin adalah orang yang sangat ahli mengisi kulit binatang, Ia mempelajarinya dari seorang budak yang dibebaskan sehingga Ia bisa membawa pulang spesimen dan memajangnya."Darwin tidak akan pernah bisa naik ke kapal HMS Beagle jika dia bukan seorang taksidermi," kata Melissa Milgrom, penulis buku Still Life: Adventures in taksidermi.
Orang pertama yang menggunakan kata taksidermi adalah seorang pakar alam Perancis Louis Dufresne, yang menemukan taksidermi ada tahun 1803 sebagai buku referensi.
Milgrom menulis: "Taksidermi, menurutnya sangat berbeda dengan pembalseman dan bentuk pengawetan lainnya karena tujuan utama taksidermi adalah keindahan ; yakni untuk menangkap keagungan suatu spesies dengan membuat replika secara apa adanya pada setiap keunikannya dan menampilkannya dalam bentuk pajangan yang nyata.”
Metode pengawetan spesimen oleh Dufresne ini kemudian diadopsi oleh Inggris pada abad ke-19, sebuah periode ketika taksidermi menjadi populer sebagai hiasan di rumah-rumah bangsawan Victoria.2. Proses pembuatan taksidermi
Bagian dari binatang asli ini bisa ditambah dengan bahan non organik untuk membuatnya seperti hidup kembali. (AFP: Robyn Beck)
Pakar taksidermi Gary Pegg mengatakan pengunjung di pabrik taksidermi Pasifik Selatan kerap dikejutkan dengan proses pembuatan taksidermi.
"Sering kali orang memiliki persepsi kalau organ bagian dalam hewan itu masih terdapat didalam tubuh satwa yang diawetkan dan kita kerap menggunakan bahan kimia atau menyuntik spesimen itu dan kemudian hewan itu menjadi kering dan begitu prosesnya,” katanya.
"Ketika kami menjelaskan kalau kami perlu menguliti hewan dan menyusunnya kembali tubuh hewan itu dan kemudian memajangnya ke posisi spesimen, mereka sangat keheranan dengan banyaknya pekerjaan yang dilakukan untuk membuat pajangan hewan awetan ini.”
Pakar taksidermi juga menggunakan teknologi kerajinan tangan untuk menempatkan warna-warna natural dan tekstur yang dapat menghilangkan proses penggelapan,” kata Pegg.
Jadi setiap warna pada bagian yang berdaging seperti burung atau hidung atau di sekitar mata, mereka cenderung memberi pewarnaan kembali dengan tehnik airbrush.
"Semua nilai ekstrim eksternal dari spesimen adalah alami tetap pada umumnya bagian dalam hewan awetan itu dibuat kembali, jadi hanya kulit di bagian luar saja dengan bola matanya,” jelasnya.
Natalie Delaney-John, yang mengajar taksidermi di Studio Rest In Pieces miliknya di Melbourne, mengatakan murid yang paling berminat saja menganggap menguliti hewan itu merupakan tantangan terbesarnya.
“Menyusun kembali hewan itu merupakan masalah yang rumit,“ kata Delaney-John said.
Pegg yakin orang yang menekuni taksidermi pasti memiliki pengetahuan dasar mengenai anatomi dan demi menjaga agar persepsi umum mengenai spesimen itu tepat,” katanya.
"Anda tidak inginkan serigala terlihat seperti sosis anjing dan sebaliknya," katanya.
"Penting untuk mengetahui bagaimana anatomi hewan yang akan diawetkan dan apakah struktur kerangka itu berfungsi agar dapat menghadirkan efek terbaik dari produk jadinya," tambahnya.
"Jika Anda tidak memiliki pengalaman tentang apa yang Anda lakukan maka Anda akan berakhir dengan hasil yang tidak mengecewakan,” ujarnya.
3. Tidak membutuhkan kualifikasi formal
Natalie Delaney-John sudah mendapat bimbingan dari para ahli taksidermi dari Australia dan bagian dunia lainnya. (Grande Dame Productions)
Tidak ada kualifikasi formal yang dibutuhkan untuk menjadi ahli mengisi kulit binatang di Australia.
Pegg mengaku ia berpaling ke minatnya pada taksidermi yang dimulai dengan kecintaannya pada dunia satwa liar Australia sejak remaja, profesi yang membentang lebih dari 30 tahun.
Tapi sebagian besar pengetahuannya diperoleh dari luar negeri karena saat ini belum ada lingkup pelatihan di industri ini.
"Hanya ada sedikit taksidermi yang mendedikasikan seluruh waktunya sebagai taksidermis di Australia.” Kata Pegg.
"Bagi siapa saja yang mau mempelajarinya maka mereka tidak akan bisa melakukan pekerjaan taksidermi komersil karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan komersilnya dan orang yang membuat taksidermi reguler biasanya banyak memiliki proyek sehingga selalu sulit mencari mentor.”
"Beberapa tahun lalu tersedia kursus taksidermi via surat , tapi kemudian akhirnya kursus ini bubar dan semua tergantung pada individual itu untuk mencari sendiri sumber pengetahuan mengenai taksidermi,
Delaney-John mempelajari taksidermi dari Pegg, dimana dia sepakat untuk mengajarnya setelah ia mengirimkan ratusan ribu email,” jelasnya.
“Saya mulai rutin pergi ke tempat Pegg setiap akhir pekan untuk belajar kerajinan tangan yang satu ini. Ada banyak sekali unsur yang dilibatkan, bahkan kini - 3,5 tahun yang lalu – saya hanya tahu sedikti saja dari perdagangan khusus ini,” katanya.
4. Orang akan memberi nama pada taksidermi buatan mereka sendiri
Koleksi taksidermi anjing terbesar di dunia dibuat oleh Baron George Haas di South Moravia, Republik Ceko. (AFP: Radek Mica)
Merujuk pada pernyataan dari Delaney-John, orang suka memberi nama pada binatang yang sudah diawetkan baik itu mamalia maupun burung, ikan dan reptil.
"Yang lucunya, tidak hanya saya, tapi semua orang yang mengikuti kelas itu atau orang yang membeli satu taksidermi itu semua pasti memberikan nama. Saya kira orang banyak yang ingin merasa memiliki ikatan dengan taksidermi mereka," ujarnya.
Delaney-John mengatakan pesona dari taksidermi adalah atas keberadaannya bukan kematiannya, tapi bagian itu dulunya merupakan hewan yang pernah hidup.
"Ketika orang mengatakan saya punya hewan cantik yang sudah mati, maka mereka ingin menghidupkannya kembali," katanya.
"Anda bukannya bermaksud agar hewan ini bisa hidup kembali di alam liar dan agar orang tidak melihat kecantikan dari mahluk ini. Jika saya melihat hewan terbaring di jalanan mati bersimbah darah, saya kira saya tidak akan melihat hewan itu dan berpikir ‘sungguh indah sekali hewan mati ini,” katanya.
"Tapi kita anda akan mendapat sesuatu yang terlewati dan saya kira ada kecantikan yang muncul kembali tidak meski hanya kematian itu sendiri,” jelasnya. 5. Kejuaraan taksidermi dunia
Burung sedang terbang oleh Lowell Shapley memenangkan gelar terbaik di Kejuaraan Dunia Taksidermi 2015 di Springfield, Missouri. (Facebook: The Taxidermy Apprentice)
"Mungkin akan sangat mengejutkan banyak orang begitu mengetahui ada semacam pertandingan Olimpiade yang khusus diikuti oleh para pembuat taksidermi yang berlangsung setiap dua tahun sekali.
Pegg membawa pulang medali emas atas taksidermi kakak tua hitam yang dibuatnya pada tahun 1999 di kejuaraan taksidermi dunia di AS.
"Saya merupakan orang Australia satu-satunya yang pernah memenangkan gelar master dunia, saya membuat Australia diperhitungkan dan itu bagus untuk Australia.
Kreasi Kakaktua hitam oleh Gary Pegg memenangkan juara dunia di tahun 1999.(South Pacific Taxidermy)
Event ini dimulai tahun 1983, dan juga meliputi pertunjukan perdagangan taksidermi terbesar di dunia dan juga puluhan seminar oleh pakar dalam industri taksidermi.
"Sejak saat itu event itu berkembang menjadi kompetisi yang sangat luas yang mampu menarik perhatian 600-700 taksidermi dari 25 negara, dan banyak dari mereka berasal dari kawasan Asia Pacific, dan ini merupakan event yang sangat layak untuk didatangi,” kata Pegg.
Kejuaraan taksidermi tahun ini akan diselenggarakan pada bulan Mei di Springfield, Missouri, dimana para peserta akan bersaing mendapatkan hadiah utama senilai $US42. 000 (sekitar Rp 420 juta).
Cerita mengenai taksidermi ini merupakan bagian dari program #TalkAboutIt. Anda bisa menyaksikan episode lengkapnya kapan saja di situs Australia Plus TV.This story was featured on the #TalkAboutIt program. Catch up on the full episode any time on the Australia Plus TV website. - See more at: http://www.australiaplus.com/international/2015-08-14/talkaboutit-5-things-you-may-not-have-known-about-taxidermy/1481614#sthash.YYmwvcOd.dpuf
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Tangkap Pengedar Narkoba, Australia Dirikan Saluran Telepon Hotline