jpnn.com - JAKARTA - Tingginya angka generasi muda terjerat narkoba ternyata tidak hanya faktor coba-coba dan pertemanan. Namun juga dipengaruhi perkembangan teknologi informasi, budaya dan gaya hidup hedonisme.
Data Badan Narkotika Nasional (BNN) memerlihatkan sekitar lima juta penduduk Indonesia terjerat barang haram tersebut. Jumlah tersebut, kata petinggi BNN dari Direktorat Diseminasi Informasi, Ahmad Soleh, diperkirakan dapat terus bertambah.
BACA JUGA: Kejagung: Kekayaan Udar tak Wajar
"Karena itu perlu penanganan yang optimal. Misalnya gaya hidup hedonisme, perlu ditekankan tidak baik bagi remaja," kata Ahmad Soleh di Jakarta, Senin (22/9).
BNN, menurut Soleh, akan terus berupaya mengajak semua pihak ikut peduli. Caranya dengan menggelar berbagai kampanye, termasuk menggelar forum-forum diskusi. Seperti yang dilakukan dengan sekumpulan remaja di Paguyuban Remaja Nirwana Estate.
BACA JUGA: Anak Atut Ditelisik Soal Aset Tanah Milik Keluarga
"Kerugian yang ditimbulkan narkoba sebenarnya sudah jelas. Karena itu seharusnya stigma masyarakat terhadap narkoba layaknya dipertegas bahwa menggunakan narkoba merupakan hal konyol dan sia-sia," katanya.
Selain dipengaruhi gaya hidup hedonisme, penyebab remaja terjerat narkoba tidak jarang juga disebabkan berkembangnya informasi teknologi. Artinya, mereka dapat dengan mudah mencari tahu apa saja jenis-jenis narkoba dan bahkan bertransaksi meski tidak saling kenal.
BACA JUGA: Priyo Berupaya Giring RUU Pilkada Tak Divoting
Menurut Soleh, perkembangan informasi teknologi justru sebenarnya dapat menjadi alat mempublikasikan bahaya narkoba. Apalagi hampir rata-rata remaja di Indonesia memiliki akun media sosial.
"Pencegahan, pemberantasan dan peredaran gelap narkoba tanggung jawab bagi kita semua. Untuk mewujudkan target menuju Indonesia bebas narkoba tahun 2015, dibutuhkan peran berbagai pihak. Termasuk para remaja," katanya. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pencalonan Setya Novanto sebagai Ketua DPR Dipertanyakan
Redaktur : Tim Redaksi