Lima Pertanyaan Ini Harus Dijawab Lansia Sebelum Suntik Vaksin Covid-19

Selasa, 23 Februari 2021 – 17:05 WIB
Wakil Presiden Ma'ruf Amin melaksanakan vaksinasi Covid-19 untuk lansia di rumah dinas wapres Jakarta, Rabu (17/2/2021). Foto: (Asdep KIP Setwapres)

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah memprioritaskan kelompok lanjut usia (lansia) sebagai salah satu target program lanjutan vaksinasi massal yang telah dilakukan. Upaya ini dinilai tepat, merujuk pada angka kematian yang tinggi akibat Covid-19 pada populasi ini. 

"Dalam penerapan vaksinasi, perlu dilakukan beberapa tahap pemeriksaan dan kondisi riwayat penyakit bawaan," kata dokter Sherrvy Eva Wijayaningrum M. Biomed, Sp. PD. dalam webinar kesehatan, Senin (22/2).

BACA JUGA: Simak, Berikut Dua Mekanisme Pendaftaran Vaksinasi Lansia di DKI Jakarta

Dijelaskannya, vaksin Sinovac tidak bisa diberikan jika calon penerima gagal dalam screening yang dilakukan.

Salah satunya yakni memiliki beberapa penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, kanker, serangan jantung, gagal jantung, nyeri dada, nyeri sendi, asma, strok, ataupun gagal ginjal. Selain itu ada batasan usia penerimanya.

BACA JUGA: Penting! Ini Syarat agar Lansia Boleh Suntik Vaksin Covid-19

Dokter yang bertugas di Siloam Hospitals Jember itu menambahkan, sebelum dilakukan vaksinasi calon penerima vaksin sinovac harus dilakukan beberapa tahap pemeriksaan dan riwayat penyakit sebelumnya.

Untuk individu dengan penyakit kronis diperlukan evaluasi lanjutan apakah kondisi tersebut sudah terkontrol atau tidak. 

“Bila sudah terkontrol, dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu screening kuesioner RAPUH," katanya.

Pertanyaan pertama, resistensi yaitu apakah pernah mengalami kesulitan untuk naik 10 anak tangga dan tanpa istirahat di antaranya. Kedua, Aktivitas yaitu seberapa sering mengalami kelelahan dalam empat minggu terakhir.

Ketiga, penyakit yaitu apakah calon penerima menderita lebih dari empat penyakit berikut hipertensi, diabetes, kanker, penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma, nyeri sendi, stroke dan penyakit ginjal. 

“Keempat, usaha berjalan yaitu apakah calon penerima vaksin mengalami kesulitan berjalan sejauh 100-200 meter. Terakhir, masalah hilang berat badan. Apakah berat badannya turun dibandingkan setahun sebelumnya? Jika nilainya di atas dua, maka individu tersebut belum layak untuk divaksin,” jelasnya.

Pemberian vaksin Sinovac ini adalah jenis vaksin in-aktif (mati), yaitu virus/bakteri yang dimatikan dengan suhu panas atau bahan kimia (radiasi) dan perlu dilakukan pengulangan seperti halnya vaksin flu.

"Namun setelah pemberian vaksin dilakukan maka lansia masih tetap harus dikontrol oleh dokter dengan tetap menjalani aturan protokol kesehatan seperti tetap menggunakan masker, menjaga jarak minimal dua meter, dan selalu menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dengan sabun," tutur dokter Sherrvy.

Vaksin membentuk antibodi sekaligus merupakan suatu zat yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh dari suatu penyakit.

Zat atau senyawa ini merupakan suatu penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Diharapkan virus yang sudah dimatikan itu akan membentuk kekebalan dalam tubuh.

"Namun perlu diingat bahwa vaksinasi tidak menjadikan tubuh kebal terhadap suatu penyakit, akan tetapi membantu kekuatan pertahanan pada tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak divaksin saat terpapar virus," tuturnya. (esy/jpnn)

 

 

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler