Lindungi Usahanya, 1.803 Petani Banyuwangi Sudah Ikut Asuransi

Senin, 19 September 2016 – 19:31 WIB
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat memberikan asuransi kepada para petani. FOTO: ist for jpnn.com

jpnn.com - BANYUWANGI – Sejak diluncurkan pada awal Januari 2016 lalu, sebanyak 1.803 petani di Kabupaten Banyuwangi telah mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas terus mendorong petani mengikuti program ini untuk melindungi usaha taninya. 

Menurut Anas, AUTP akan menjamin kesejahteraan petani karena resiko gagal panen dijamin pemerintah. Asuransi ini harus disosialisasikan kepada seluruh petani secara tepat. Sehingga pelaksanaannya pun tepat sasaran.

BACA JUGA: Buaya Ini Berenang dengan Mulut Terlilit Ban

”Sangat banyak program pemerintah pusat yang sangat bagus, namun implementasinya perlu dukungan pemerintah daerah secara penuh. Misalnya asuransi pertanian ini. Kami di jajaran pemerintah daerah mendukung penuh dengan membantu sosialisasi, mengawal di lapangan agar tepat sasaran, termasuk dengan mengerahkan tenaga dan penyuluh kami di lapangan,” ujar Anas saat menyerahkan secara simbolis asuransi kepada perwakilan petani, Senin (19/9).

Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) adalah program asuransi dari Kementerian Pertanian menggandeng perusahaan asuransi BUMN, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo). 

BACA JUGA: Cieee.. 2 Maling Ini Mesra Banget di Kantor Polisi

Tujuannya, memberikan perlindungan kepada petani jika terjadi gagal panen sebagai akibat banjir, kekeringan, dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). 

Nah, sasaran dari program ini adalah petani pemilik maupun penggarap dengan lahan maksimal seluas 2 hektar. 

BACA JUGA: Lihat Baik-baik, Ini Wajah Penipu Berkedok Sumbangan

Sejatinya, premi yang harus dibayarkan petani adalah Rp 180 ribu per hektar per musim tanam. Namun, ada subsidi 80 persen atau Rp 144 ribu dari pemerintah. 

Jadi sehingga petani hanya membayar Rp 36 ribu per hektar per musim tanam.

"Preminya murah namun manfaatnya sangat besar. Coba bayangkan, mereka cukup membayar Rp 36 ribu per hektar untuk sekali musim tanam. Tapi tentu kita kawal agar angka gagal panen minim, karena tujuan bertani kan produksi komoditas, bukan untuk dapat klaim asuransi,” imbuh Anas disambut tawa para petani.

Pemkab Banyuwangi, lanjut dia, sudah memfasilitasi secara bertahap alat produksi pertanian, pelatihan, sekolah lapang petani, infrastruktur sumberdaya air, dan sebagainya. 

"Memang masih belum ideal karena berbagai keterbatasan, tapi dengan itu mari bersama-sama bekerja keras agar produksi pertanian terus meningkat," ujarnya.

Anas juga mengimbau agar para petani tidak menggunakan jasa orang ketiga untuk mengurus segala keperluan asuransinya. Cukup dilakukan sendiri dengan pendampingan petugas dari Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Banyuwangi dan kelompok taninya. 

"Petani harus mengurusnya sendiri, mulai dari mendaftar hingga mengurus klaimnya nanti. Jangan sampai melibatkan calo untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Makanya, kami terus meminta Distanhutbun untuk melakukan pengawasan, agar semua tepat sasaran,” kata Anas.

Salah seorang petani Banyuwangi yang sudah merasakan manfaat dari asuransi  ini adalah Farid Junaidi. Petani asal Kertosari Banyuwangi ini mengaku baru mengasuransikan satu hektar sawahnya pada 10 Agustus lalu. 

Baru lima belas hari mendaftar, tanaman padinya diserang hama hingga kerusakannya mencapai 75 persen dari lahan tanam yang dia miliki. 

“Saya segera lapor ke PT. Jasindo dan pengamat hama. Mereka langsung survei ke lapangan. Selang beberapa hari, klaim asuransinya langsung ditransfer ke rekening saya. Prosesnya mudah dan cepat,” ujar anggota kelompok tani Dewi Sri 2 Kelurahan Kertosari ini. Klaim yang diterima Farid sebesar Rp 6 juta karena lahan yang diasuransikan sebesar satu hektar.

Farid mengakui ketertarikannya mengikuti program ini lantaran sifat perlindungan dari asuransi ini. "Daripada uang untuk beli rokok, mending saya buat asuransi. Murah, hanya Rp 36 ribu tapi sudah bisa menjamin hasil sawah kita," ujar Farid.

Kepala Distanhutbun Banyuwangi Ikrori Hutando menambahkan Kementerian Pertanian menargetkan jangkauan AUTP pada tahun 2016 di Banyuwangi seluas 9.978 hektar. Adapun realisasi AUTP hingga September 2016 seluas 1.020,53 hektar. “Hingga akhir tahun 2016, kami optimistis target tersebut bisa tercapai. Petani akan terus kami dorong untuk mengikuti progtam ini,” ujar Ikrori.

Dijelaskan Ikrori, realisasi AUTP di Banyuwangi seluas 1.020,53 hektar atau 7,52 persen dari luas tanam padi umur 1-2 bulan saat ini di Banyuwangi yang seluas 13.567 hektar. Luas yang tercover AUTP tersebut meliputi 13 kecamatan dan diikuti sebanyak 1.803 petani dari 75 kelompok tani.

“Total nilai pertanggungan asuransinya Rp. 6.123.205.200. Rinciannya nilai premi subsidi pemerintah Rp. 146.956.924,80 dan nilai premi swadaya yang dibayar petani Rp. 36.739.231,20,” pungkas Ikrori. (mas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Duh, Masih Remaja Sudah Jadi Otak Penyelundupan SS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler