jpnn.com, JAKARTA - PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) fokus menerapkan praktik environmental, social, and governance (ESG).
Salah satunya dalam pengelolaan energi dan sumber daya air di sejumlah aset yang dikelola.
BACA JUGA: Permintaan Rumah Tapak di Tangerang Tertinggi, Bekasi Urutan 2, Lippo Gerak CepatÂ
CEO LPKR John Riady menyampaikan perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi semua, terutama bagi bisnis properti dengan aset fisik dan operasional di Indonesia yang rawan risiko dari perubahan iklim.
"Oleh karena itu, kami menyadari pentingnya peran kami dalam mempercepat transisi global menuju lingkungan yang rendah karbon, seperti pengelolaan energi," jelas John dalam siaran pers, Selasa (27/9).
BACA JUGA: Lippo Karawaci Membukukan Pendapatan Rp 6,81 Triliun, 3 Sektor Ini Jadi AndalanÂ
LPKR mengurangi penggunaan energi melalui berbagai inisiatif, seperti pemeliharaan dan peningkatan rutin sistem bangunan lama, optimalisasi sistem pendingin ruangan, dan menggunakan lampu LED yang lebih hemat energi dan tahan lama.
Di Lippo Village, sistem pemantauan cuaca dan tingkat ketinggian air telah menggunakan tenaga surya.
BACA JUGA: Bergabung dengan UN Global Compact, Lippo Karawaci Dukung Agenda PBBÂ
“LPKR sedang menjajaki penggunaan tenaga surya berskala besar, agar kami bisa mengurangi sebagian konsumsi listrik dan mendukung adopsi energi bersih di Indonesia," tegas John.
Dia memaparkan inisiatif pengelolaan energi juga tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca (GRK), akan tetapi berhasil menghasilkan penghematan pengeluaran biaya energi secara signifikan dan mengurangi biaya operasional.
Sebagai contoh, Aryaduta memiliki Komite Penghematan Energi khusus di setiap hotel. Hal ini membantu Aryaduta dalam mencapai targetnya yaitu jumlah biaya penggunaan energi yang kurang dari 10% total pendapatannya.
John Riady menambahkan, selama bertahun-tahun, LPKR telah melakukan investasi yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mendaur ulang air hujan dan air limbah untuk menambah sumber air serta mengurangi pengambilan air.
LPKR telah membangun beberapa kolam retensi untuk mengumpulkan air hujan dan air limpasan, yang selanjutnya diolah untuk digunakan kembali.
Selain itu, LPKR juga mengolah air limbah untuk digunakan kembali pada kegiatan operasional, seperti irigasi, pembersihan saluran air, menara pendingin, dan toilet flushing.
"Di Lippo Village, semua kebutuhan operasional seperti irigasi dan pembersihan saluran air telah menggunakan air limbah yang diolah," pungkasnya. (esy/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad