Listrik Made In Bantar Gebang

Sabtu, 03 April 2010 – 14:59 WIB
GUNUNGAN SAMPAH yang selama ini hanya menjadi sumber penebar bau tak sedap akan disulap menjadi energi listrik. Bantar Gebang pun akan menjadi salah satu pemasok Listrik ke PLN.
SAMPAH yang selama ini hanya menebar bau busuk  bisa disulap menjadi komoditas luar biasa di TPST (tempat pembuangan sampah terpadu) Bantar Gebang, BekasiSelain dijadikan kompos, limbah itu juga bisa diubah menjadi bahan baku untuk pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa)

BACA JUGA: India Coba Sensus Biometrik

Rencananya, PLTSa itu diresmikan bulan ini
"Sekarang hanya masalah penetapan tanggal dalam rangka penyesuaian agenda gubernur Jabar dan DKI Jakarta

BACA JUGA: Bidik Konsumen Sehat, Kraft Kurangi Garam

Menteri lingkungan hidup juga sudah siap
Jadi, tidak ada lagi masalah," ujar Wali Kota Bekasi Mochtar Mohamad saat dihubungi Jawa Pos Selasa lalu (30/3)

BACA JUGA: Berhenti Merokok, Arteri Membaik

Dirut PT PLN Dahlan Iskan juga dijadwalkan hadir saat peresmian.
  
Agus NSantosa, presiden direktur PT Navigat Organic Energy Indonesia, pengelola PLTSa Bantar Gebang, mengatakan bahwa secara teknis sudah tidak ada masalah pada  PLTSa Bantar GebangNamun, pihaknya perlu berkoordinasi dengan Pemkot Bekasi untuk meresmikannyaSemula, PLTSa terbesar di tanah air itu diresmikan Selasa lalu (30/3), tetapi kemudian diundur.  "Tinggal menunggu hari H-nya saja," katanya.
  
:TERKAIT Menurut Agus, perusahaan yang dia pimpin itu sejak awal memang sangat ingin mengubah limbah buangan tersebut menjadi listrikSebelum PLTSa di Bantar Gebang, pihaknya membuat proyek serupa di BaliKapasitas PLTSa di Bali itu mencapai 9,8 MW (megawatt)"Sayang, tumpukan sampah di Bali kurang.  Tidak sebesar di sini (Bantar Gebang)," tuturnya.
  
Di Bantar Gebang, setiap hari tersedia 4 ribu?6 ribu ton sampah dari Jakarta dan kawasan sekitar.  Awalnya, sampah yang menggunung itu berserakan dan berbauTetapi,  sejak November 2008, Navigat mulai merapikan dan menutupi dengan tanah (cover soil)Hal itu dimaksudkan agar tumpukan sampah yang tingginya sampai lebih dari 20 meter itu tidak longsor
  
Itu juga bagian dari upaya mengurangi kebocoran gas methane yang dihasilkan sampahGas yang mudah terbakar itu menimbulkan bau menyengat di sekitar lokasi pembuangan sampahSebagian tumpukan dilapisi dengan membran (seperti plastik) sehingga tidak ada lagi gas yang keluar"Membran itu juga berfungsi sebagai pelindung agar air tidak masuk ke dalam tumpukan sampah," terang Agus.
  
Gas yang keluar dari sampah itulah,  yang diambil untuk menggerakkan mesin pembangkit listrikTiga teknologi pengolahan sampah menjadi listrik bernilai Rp 700 miliar dipersiapkan agar menghasilkan listrik 26 MWTeknologi pertama adalah landfill gasificationDi dalam tumpukan sampah, dibuat sumur-sumur kecil berdiameter 60 sentimeterSumur tersebut digunakan sebagai perangkap gas yang keluar dari sampah.
  
Di Bantar Gebang terdapat lima tumpukan sampahLuas masing-masing bisa sampai 15 hektareDari setiap tumpukan itu (biasa disebut zona), Navigat baru memfungsikan tumpukan sampah di zona II dan sebagian kecil di zona ITotal sumur yang dibuat di zona II berjumlah 59 buahDari jumlah itu, gas yang dihasilkan mampu menggerakkan dua buah mesin pembangkit berkapasitas masing-masing 1 MW.
  
:POLLING "Saat ini memang baru dua mesin itu yang kami pasangYang lain  masih dalam order dan akan datang bertahap," tutur AgusDia menargetkan pada April nanti datang dua mesin pembangkit produksi GE (General Electric) JermanSelanjutnya, akan datang enam unit hingga akhir tahun nantiJadi, total kapasitas yang dihasilkan mencapai 8 MW.
  
Navigat menargetkan bisa menghasilkan listrik 12 MW dari teknologi landfill gasificationSetelah itu, akan dipersiapkan teknologi lain,  yaitu Thermal Process7 Gasification (mengolah sampah organik kering dengan cara pyrolysis atau pemanasan dalam ruang tertutup atau hampa udara)Potensi gas yang dihasilkan dari teknologi ini 7 MW
  
Lantas, teknologi ketiga yang dipersiapkan adalah anaerobic digestion, yaitu pemilahan sampah organik basah untuk diproses secara biologi, lalu difermentasi untuk menghasilkan gasListrik yang bisa dihasilkan dari teknologi itu 5 MW"Total rencana kami, di TPST Bantar Gebang akan bisa dihasilkan listrik 26 MW," jelas Agus.
  
Direktur Navigat Okky A.WTjandrawinata menambahkan, proyek PLTSa harus diperjuangkan karena berdampak positif bagi alamDi luar negeri, proyek seperti itu mendapat subsidi dari pemerintahJadi, listriknya bisa dijual USD 10/Kwh (kilowatt per hour)Di Indonesia, listrik sampah dihargai Rp 850 per Kwh"Kami maklum karena keuangan negara kita masih seperti ini," katanya.
  
Yang penting, ungkap dia, proyek pembangkit tenaga listrik harus dibuat menjadi usaha bankableArtinya, perbankan harus menilai proyek itu mampu menghasilkan keuntungan sehingga mau membiayai"Pokoknya, kalau bank sudah berani membiayai, itu berarti potensinya bagusInvestor akan berbondong-bondong membangun PLTSaListrik terjamin, target pemerintah tercapai," jelasnya(wir/c1/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pameran Naskah Utuh Einstein


Redaktur : Auri Jaya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler