jpnn.com - Kemahiran literasi keuangan bernilai dan perlu mendapat perhatian tak terkecuali bagi kalangan milenial. Bukan hanya melek soal finansial, tetapi juga mampu mengelola keuangan dengan baik berupa investasi.
Terlebih, di masa pandemi Covid?19 ini, pengelolaan keuangan sangat penting. Tidak hanya itu, milenial harus mampu bertahan hidup. Lalu, mempersiapkan diri dalam menghadapi krisis perekonomian yang mungkin berpotensi lebih besar di masa mendatang.
BACA JUGA: Pusat Investasi Pemerintah Dorong Usaha Kecil Bertahan di Masa Pandemi
Kalangan milenial selaku penerus generasi sangat rentan menerima informasi dari mana pun. Terlepas dari pesatnya informasi dan digitalisasi, milenial juga merupakan generasi kritis yang sering mengutamakan informasi dari pihak ketiga ataupun testimoni dari pihak yang mereka percaya.
Apalagi populasi milenial Indonesia diperkirakan bakal di atas 34 persen dari total populasi pada 2021 mendatang dan mereka akan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.
BACA JUGA: Usung Konsep SOHO Premium, HQuarters Bandung Sasar Milenial
Oleh karena itu, berguna bagi kaum milenial Indonesia mempelajari lebih lanjut mengenai kelebihan dan faedah dari strategi investasi yang terstruktur.
Hasil survei ini menunjukkan 79 persen kaum milenial telah menetapkan anggaran bulanan dan 70 persen dari mereka cenderung mengikuti rencana anggaran tersebut.
Padahal, saat ini jumlah milenial meraih sebesar 24 persen dari total penduduk Indonesia alias setara dengan 64 juta, tetapi masih banyak milenial yang rentan secara finansial.
Tentang itu ditunjukkan dengan rendahnya persiapan dan kepiawaian pengelolaan keuangan. Di antaranya, hanya 10,7 persen dari penghasilan yang ditabung oleh milenial.
Saya rasa butuh lebih banyak upaya mendekatkan platform?platform ini ke generasi milenial, dengan metode yang agak tradisional namun tetap menjunjung unsur?unsur kreatif dan inovatif. Misalnya edukasi dalam Literasi keuangan berguna untuk diperhatikan tak terkecuali bagi kalangan milenial.
Bukan hanya melek soal finansial, namun juga kemudian bisa mengelola dengan baik semacam berinvestasi. Terlebih, di masa pandemi Covid?19 ini yang mengingatkan kalau pengelolaan keuangan begitu bernilai.
Dalam berinvestasi, generasi milenial serta harus paham tentang konsep high risk dan high return. Artinya return yang tinggi secara teori resikonya pula tinggi. Melalui pemahaman ini, harapannya generasi milenial tidak selaku korban fintech ilegal.
Riset dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, kalangan milenial usia 18? 25 tahun hanya memiliki jenjang literasisebesar 32, 1 persen, sedangkan usia 25? 35 tahun memiliki jenjang literasi sebesar 33,5 persen.
Peningkatan belanja konsumen, perkembangan ekonomi digital dan kelompok investor milenial yang pesat diyakini dapat menggerakkan pasar modal setelah pandemi Covid? 19 berlalu.
Di tengah stagnasi aktivitas bursa saham, muncul kelompok investor milenial berjumlah jutaan memasuki arena bursa untuk mencoba meraih keuntungan.
Artinya, pandemi justru mempercepat tren digitalisasi ekonomi. Banyak pelaksana usaha mengubah model bisnis selaras dengan perubahan perilaku konsumen. Maraknya investor milenial ini serta terjadi di bursa saham domestic (BEI), tercermin dari penghimpunan dana di pasar modal per 9 Juli 2021 yang mencapai Rp92,68 triliun dari 84 penawaran umum.
Dalam perencanaan keuangan, tidak cuma menabung terdapat serta solusi lain yang tak kalah menguntungkannya dari sekadar menabung. Penyelesaian yang efektif yaitu berinvestasi. Tidak cuma memilah investasi seperti saham, obligasi, dan reksadana, generasi milenial juga mulai menginvestasikan dana dalam bentuk crypto.
Jumlah investor juga melonjak. Jumlah single investor id per 30 Juni 2021 menembus 5, 6 juta investor maupun naik 44, 42% ketimbang dengan Desember 2020 sebanyak 3, 88 juta investor.
Mereka menatap upaya pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesi bersinergi melanjutkan kebijakan stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional dengan alokasi anggaran PEN 2021 sebesar Rp699, 4 triliun lebih besar dari 2020 yang Rp695,2 triliun.
Meski begitu, seiring perkembangan teknologi di saat ini edukasi soal literasi keuangan dan investasi sudah semakin mudah ditemui.(***)
Redaktur & Reporter : Friederich