jpnn.com, JAKARTA - Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang literasi digital di tahun politik akan menjadi modal terwujudnya pemilu yang demokratis.
Hal ini karena masyarakat dapat berpikir kritis dan memfilter informasi tidak benar yang bertebaran di media sosial.
BACA JUGA: Literasi Digital: Antisipasi Kebocoran Data Pribadi untuk Minimalisir Kekacauan Pemilu
“Kurangnya pemahaman literasi digital dapat merugikan proses pemilu, karena pemilih mungkin aja memilih berdasarkan informasi yang tidak tepat atau bahkan terpengaruh dari propaganda-propaganda digital,” ujar Praktisi Literasi Digital Kabupaten Kediri, Sulis Setianingsih dalam kegiatan Seminar Literasi Digital Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) di Balai Desa Wonorejo, Kediri, belum lama ini.
Dikatakannya pada masa perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat ditambah dengan banyaknya arus informasi yang ada di dunia maya, diperlukan pengetahuan yang cukup masyarakat tentang teknologi.
BACA JUGA: Literasi Digital Jadi Penangkal Hoaks & SARA pada Pemilu 2024
"Jika literasi digital meningkat, akan jadi ujung tombak mewujudkan pemilu yang jujur, adil, dan terpercaya. Ini karena pemilih dapat berpikir secara kritis untuk menganalisis informasi politik yang didapat dari penggunaan teknologi digital," lanjutnya.
Masyarakat pada akhirnya juga dapat berkontribusi dalam memahami konsep demokrasi. Juga hak dan kewajibannya, serta memilih dan memilah informasi terpercaya.
BACA JUGA: Mbak Rerie Dorong Generasi Muda Tingkatkan Literasi Digital untuk Hadapi Era Globalisasi
“Sebagai konstituen jangan hanya memilih saja tetapi harus paham isu-isu politik terhadap calon kandidat dan memiliki sikap kritis,” tambahnya.
Praktisi Etika Digital Ari Wahyudi menambahkan pentingnya literasi digital dalam proses pemilu. Tidak hanya membawa manfaat bagi individu, tetapi juga untuk integritas keseluruhan sistem demokrasi.
“Kita semua harus berperan untuk meningkatkan literasi digital masyarakat, karena literasi digital ini juga menjadi kunci dalam keberhasilan pemilu tahun ini,” jelasnya.
Menurut Ari, partisipasi aktif masyarakat dengan melibatkan diri dalam diskusi publik menjadi salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan literasi digital masyarakat sebagai kunci keberhasilan pemilu.
“Karena tanpa literasi yang baik, apalagi di dunia maya seperti media sosial ini, masyarakat bisa terombang-ambing oleh hoaks atau isu-isu politik yang keliru,” tegasnya.
Sementara, pengurus Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Kota Kediri, Faridatur Rofiah, turut menekankan pentingnya literasi digital sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan pemilu yang jujur, adil, dan terpercaya.
Dengan bekal itu masyarakat dapat lebih waspada dan kritis terhadap konten yang mereka konsumsi, mengurangi resiko penyebaran hoaks selama pemilu.
“Makanya, kalau dapat info tentang pelatihan literasi digital, ikuti aja. Ajak juga teman atau keluarga untuk ikut,” pungkasnya.
Sebagai informasi, kegiatan Seminar Literasi Digital Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) dengan tema “Menggalang Literasi: Mewujudkan Pemilu yang Jujur dan Terpercaya” merupakan rangkaian kegiatan program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).(esy/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad