jpnn.com, JAKARTA - Keamanan digital dalam menghadapi Pemilu 2024 menjadi pembahasan penting dari webinar literasi digital yang digelar Ditjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kamis (25/1).
Wakil Ketua DPR Lodewijk F Paulus menyebut bahwa di era digital saat ini media sosial kian salah digunakan. Musababnya, kini hal tersebut menjadi tempat sarana penyebaran informasi hoaks, SARA, dan lainnya yang menyesatkan masyarakat.
BACA JUGA: Literasi Digital Jadi Penangkal Hoaks & SARA pada Pemilu 2024
Dia berpendapat bahwa informasi hoaks yang kerap didapati masyarakat adalah buah dari mudahnya akses informasi yang didapat di media sosial.
"Perkembangan teknologi ini begitu pesat. Namun, tentunya ada positif dan negatifnya. Maka di tengah mudahnya mendapatkan informasi, maka harus semakin bijak pula untuk mencernanya," kata Lodewijk dalam webinar.
BACA JUGA: Bareskrim Polri: Kasus Kekerasan Seksual Anak Bisa Ditekan dengan Literasi Digital
Terlebih pada saat pemilu, lanjutnya, maka masyarakat pengguna smartphone harus lebih teliti dalam menerima informasi yang kebenarannya belum bisa dipertanggungjawabkan.
Sebab, kata dia, jika informasi hoax dicerna dengan mentah-mentah, maka bukan tidak mungkin bisa terjadi perpecahan.
BACA JUGA: Heboh Video Porno Pelajar Wanita Tulungagung, Polisi Selidiki Penyebarnya
“Jangan mudah terprovokasi dengan judul berita yang diterima. Bersikap kritis terhadap apapun yang didapat, gunakan logika saat mendapat suatu berita yang belum diketahui kebenarannya,” kata Lodewijk.
Praktisi Literasi Digital Dodo Muktiyo mengatakan proses pencernaan informasi hoaks oleh pengguna smartphone bisa terjadi ketika kondisi fisik sedang kelelahan.
"Kondisi ini membuat penerima informasi tidak stabil. Sehingga ketika dalam keadaan lelah, maka berhentilah," kata dia.
Namun, jika pada saat itu tetap memaksakan diri karena ingin mengetahui informasi, maka harus bisa dipastikan siap dan konsentrasi dan tidak hanya percaya pada satu sumber informasi.
"Terlebih pada saat Pemilu ini, jangan mudah terprovokasi narasi-narasi yang menggiring kita ke informasi yang hoax. Kita punya hak untuk memilih dan bebas untuk memilih siapa yang kita anggap baik. Karenanya kita harus dewasa, harus mawas diri dalam menyongsong Pemilu ini," tuturnya.
Di samping itu, Akademisi Yuri Rahmanto mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan data pribadi yang bisa dengan mudah dicuri di tengah kemajuan teknologi saat ini.
"Data pemilu itu jadi incaran serangan cyber, dan itu sangat masif. Ini menjadi bahaya karena dampaknya selain merusak sistem informasi dan pelayanan publik, tetapi juga bocornya data pribadi," kata dia.
Selain data pribadi bocor, Yuri menyebut bahwa hal tersebut juga bisa menjadi bumerang yang berpotensi mengacaukan situasi politik di Indonesia.
"Ini akan menyerang kita juga secara individu dan berpotensi menimbulkan kekacauan politik dan menimbulkan ketidakpercayaan kita terhadap pemilu. Sehingga harus lebih bijak dan harus sadar dengan keamanan digital kita," katanya. (rhs/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Salatiga Acungkan 3 Jari Sambil Bersorak Ganjar-Mahfud Saat Kunjungan Jokowi
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti