jpnn.com, JAKARTA - Dirjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Semuel Abrijani menyampaikan bahwa saat ini sudah masuk di tahun politik.
Oleh karena itu setiap individu harus terus meningkatkan kemampuan literasi digital untuk bisa menciptakan ruang digital positif.
BACA JUGA: Transformasi Digital, Waspadai Kebocoran Data & Penyebaran Hoaks
"Di masa-masa tahun politik, hoaks dan disinformasi bertebaran di ruang digital, maka dari itu literasi digital sangat krusial di era digital ini karena kita bisa mengakses informasi dan memanfaatkan informasi dengan baik dalam ruang digital," tutur Semuel dalam keterangannya dikutip Jumat (30/6).
Diketahui, Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan kegiatan Gali Ilmu Literasi Digital bersama kelompok masyarakat dan komunitas di Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu (25/6).
BACA JUGA: Dukung Kemajuan Literasi Digital, Peruri Serahkan Bantuan Komputer ke Sekolah
Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas literasi digital masyarakat umum dalam menggunakan teknologi digital dengan lebih optimal, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya edukasi literasi digital untuk mewujudkan ekosistem digital yang aman, nyaman, dan produktif.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Timur Sherlita Ratna Dewi Agustin menjelaskan fungsi program Klinik Hoaks dari Diskominfo Jawa Timur sebagai pelayanan bagi masyarakat dalam mencegah berita hoaks.
BACA JUGA: Kemampuan Literasi Digital Guru & Tenaga Pendidik Meningkat, Siswa Makin Cakap
Ini adalah aplikasi yang dikembangkan Pemprov Jatim untuk memberi ruang agar mengetahui atau mengecek apakah berita yang didapatkan itu berita fakta, hoaks, disinformasi atau ujaran kebencian.
"Caranya, kunjungi website Klinik Hoaks Jatim, nanti dalam waktu maksimal 24 jam tim kami akan menjawab dengan mengklarifikasi dari setiap permintaan yang masuk.” jelas Sherlita.
Sementara itu, CEO Next Generation Indonesia, Khemal Andrias memaparkan materi tentang Makin Cakap Digital.
Dia menyampaikan bahwa masyarakat harus memiliki modal yang cukup untuk melawan kejahatan digital seiring bertambahnya konten negatif yang bermunculan di sosial media.
Dikatakannya makin meningkatnya durasi penggunaan sosial media, bisa jadi kejahatan digital juga ikut meningkat. Padahal sumber hoaks yang paling banyak itu adalah sosial media itu sendiri dan itu adalah sesuatu yang harus dilawan bersama.
"Modalnya itu adalah CABE, yaitu dengan menguasai 4 pilar literasi digital yaitu Cakap, Aman, Budaya, dan Etika dalam bermedia digital.” ujar Khemal.
Dalam kesempatan ysama, Pegiat Literasi Digital & Vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati dalam paparan materinya menyampaikan karakteristik netizen Indonesia, masuk ke dalam kategori yang tidak sopan dalam menggunakan sosial media.
Hal itu mengakibatkan terjadinya pergeseran budaya digital dengan budaya yang ada di dunia nyata. Netizen Indonesia itu gampang banget tersinggung, dikit-dikit baper terus suka mengancam.
Itu, kata Devie, bisa jadi tindakan kejahatan yang terjadi di sosial media. Karena hanya dengan sharing kemarahan mereka di sosial media itu lebih menarik perhatian mereka dan bisa menciptakan adanya interaksi.
"Nah, itu sebenernya yang harus banget dihindari, harus menciptakan budaya netizen Indonesia yang ramah bukan yang marah, bukan netizen yang berang, tetapi yang terang.” tutur Devie. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad