jpnn.com, JAKARTA - Literasi keuangan yang rendah membuat investasi bodong di tengah masyarakat meningkat.
Praktik investasi bodong makin banyak seiring dengan kecanggihan dan variasi para pelaku.
BACA JUGA: 3 Tahun Pemerintahan Jokowi, Investasi Tembus Rp 1.494 T
Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya pengetahuan masyarakat tentang perusahaan investasi legal.
Chief Business Officer PT Rifan Financindo Berjangka (RFB) Teddy Prasetya menyatakan, lemahnya literasi keuangan, terutama di bidang investasi, terjadi karena masyarakat Indonesia lebih menyukai segala sesuatu yang instan.
BACA JUGA: Masyarakat Menaruh Harapan Baru Ekonomi Batam pada Lukita
Akibatnya, investasi bodong makin marak dan memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap investasi yang justru legal.
Karena itulah, saat ini Teddy dan pihaknya mulai terus melakukan sosialisasi dan edukasi.
BACA JUGA: Jokowi Undang Investor Niger Berbisnis di Indonesia
Terutama untuk investasi perdagangan berjangka komoditas (PBK) yang selama ini tingkat literasinya sangat minim.
’’Masyarakat memang masih awam dengan investasi ini karena umumnya hanya mengenal saham, obligasi, reksa dana, dan deposito. Apalagi, sekarang ada citra negatif yang melekat di kalangan pelaku perusahaan pialang,’’ ujar Teddy, Selasa (17/10).
Meski demikian, Teddy optimistis potensi industri itu bakal berkembang cepat. Terbukti, jumlah nasabah RFB terus tumbuh setiap tahun. Tahun ini, jumlah nasabah baru RFB naik 37,3 persen.
Sementara itu, Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Stephanus Paulus Lumintang menjelaskan, industri PBK saat ini sudah beroperasi di bawah regulasi yang jelas. (pus/c14/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KEK Jalan Terbaik untuk Masalah Batam
Redaktur & Reporter : Ragil