Lockdown

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 18 Juni 2021 – 09:17 WIB
Presiden Joko Widodo. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Indonesia darurat Covid. Di mana-mana zona merah. Madura yang selama ini "sakti" karena angka penularan rendah, ternyata sekarang meledak menjadi zona merah.

Bangkalan yang berbatasan langsung dengan Surabaya dan hanya dipisahkan oleh Jembatan Suramadu praktis diisolasi dari Surabaya.

BACA JUGA: Menteri Tjahjo Tegaskan Pemerintah Belum Memberlakukan Lockdown

Kabupaten Kudus menjadi zona merah yang sangat mengkawatirkan.

Beberapa kabupaten di sekitar Kudus juga sudah terkena imbas ledakan di Kudus.

BACA JUGA: Susul Komisi I, Komisi VIII Juga Lockdown

DKI Jakarta sudah hampir memasuki kondisi genting. Dalam standar Organisasi Kesehatan Dunia, WHO jika bed occupancy rate, tingkat hunian tempat tidur rumah sakit menyentuh 60 persen, maka kondisi bisa disebut darurat.

Di Jakarta tempat-tempat perawatan pasien sudah membeludak.

BACA JUGA: Bangkalan Genting, Menko Polhukam Mahfud MD Minta Kiai Ikut Turun Tangan

Antrean di lobi wisma atlet memperlihatkan pasien-pasien yang berkerumun menunggu penanganan. Suasana yang sama terjadi di beberapa daerah.

Jika kondisi darurat terjadi maka tidak ada jalan lain untuk mengerem laju penularan kecuali lockdown.

Wacana itu sudah mulai dimunculkan oleh para ahli epidemiologi.

Namun, seperti biasanya, pengambil keputusan pasti maju mundur untuk menerapkan kebijakan lockdown.

Malaysia tanpa ragu kembali menerapkan lockdown bulan lalu untuk menekan ledakan pandemi.

Kuala Lumpur bak kota mati. Kawasan kantor dan mal yang biasanya ramai menjadi lengang. Hanya sektor ekonomi dan jasa tertentu yang dibolehkan beroperasi, itu pun dengan pembatasan jam operasi yang ketat.

Selain itu, restoran-restoran tidak diperbolehkan menyediakan layanan makan di tempat. Jadinya, warga berbondong-bondong mengantre di fasilitas drive-through restoran cepat saji.

Sebagian besar pengunjung mal adalah pengendara pengiriman makanan dan bahan makanan.

Masyarakat hanya boleh bepergian dengan batas radius sepuluh kilometer dari rumah.

Hanya dua orang per rumah tangga yang diizinkan meninggalkan rumah mereka untuk membeli kebutuhan pokok.

Perjalanan antarnegara bagian dan antardistrik juga dicekal. Bisnis penting seperti gerai makanan dan minuman, perbankan, dan e-commerce, diizinkan beroperasi dengan pengaturan pembatasan yang ketat.

Perdana Menteri Muhyiddin Yassin menyebut, lockdown kali ini berlaku sampai pertengahan Juni ini dan masih akan diperpanjang.

Lockdown kali ini adalah kali kedua Malaysia mengadakan penguncian secara nasional. Hal ini dilakukan karena ledakan penularan yang mencapai 9.000 kasus baru dan munculnya varian baru dari India.

Singapura juga melakukan lockdown parsial lagi karena meledaknya penularan komunal akibat munculnya gelombang penularan yang diidentifikasi berasal dari virus corona varian B1617 India, yang sedang mewabah di kawasan Asia.

Jumlah warga yang dapat berkumpul bertatap muka dibatasi maksimal dua orang.

Pengecualian diberikan kepada penghuni satu rumah yang masih dapat keluar lebih dari dua orang, itu pun hanya untuk keperluan esensial seperti berobat atau mengunjungi orang tua.

Setiap rumah juga hanya diizinkan menerima maksimal dua orang tamu sehari. Pusat-pusat makanan seperti restoran, food court, kedai kopi, dan hawker diizinkan tetap beroperasi hanya untuk take-away atau membawa pulang makanan.

Warga dilarang mengonsumsi makanannya di pusat makanan.

Namun, warga masih tetap dapat menyantap hidangannya di tempat-tempat umum seperti taman sepanjang menjaga jarak dan tidak berbicara dengan warga lain.

Seluruh aktivitas perkantoran dihentikan. Perusahaan diwajibkan memberlakukan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah.

Pemerintah juga menutup pusat-pusat olahraga di dalam ruangan atau indoor seperti gym, studio fitness, aula olahraga, kolam renang indoor, dan lapangan squash.

Warga masih dapat berlari, bersepeda, dan berenang di kolam terbuka sepanjang dilakukan sendirian atau dengan satu orang lainnya.

Bioskop tetap beroperasi dengan dibatasi 50 orang untuk penonton yang belum melakukan tes Covid-19 dan 100 orang jika sudah melakukan tes.

Konsumsi makanan dan minuman dilarang dalam bioskop. Angka yang sama juga diberlakukan kepada rumah-rumah ibadah. Pusat-pusat atraksi seperti museum, wahana, dan pertunjukan live harus mengurangi daya tampung pengunjung menjadi maksimal 25 persen.

Toko-toko ritel dan salon tetap dapat beroperasi seperti biasa. Acara resepsi pernikahan harus dibatalkan.

Pemerintah hanya mengizinkan acara pemberkatan pernikahan dengan maksimum 50 orang.

Taksi dan layanan transportasi lain seperti Grab dan Gojek diizinkan hanya menerima maksimal dua penumpang dengan pengeculian kepada konsumen yang tinggal satu rumah.

Singapura saat ini memiliki 13 klaster aktif Covid-19. Bandara Internasional Changi menjadi klaster terbesar dengan total 68 kasus.

Klaster-klaster lain yang tersebar di penjuru negeri pulau itu adalah di Rumah Sakit Tan Tock Seng, sekolah dan pusat kursus.

Ini adalah contoh dari dua negeri jiran yang menerapkan lockdown dengan tegas dan terukur.

Ketika kondisi sudah menyentuh darurat, pilihan harus diambil. Harus ada trade-off, pengorbanan, salah satu antara kepentingan ekonomi dan kepentingan untuk menyelamatkan nyawa manusia.

Selama kebijakan maju mundur ala poco-poco masih tetap diterapkan, hasil penanganan pandemi juga akan maju mundur.

Harus ada kebijakan yang tegas untuk lockdown ketat ala Malaysia atau lockdown partial dengan pengawasan ketat ala Singapura.

Indonesia sudah mulai panik, tetapi masih maju mundur. Menteri Luhut Panjaitan mengatakan bahwa ledakan penularan ini terjadi karena kesalahan berjemaah.

Sudah ada larangan mudik, tetapi tidak diindahkan. Pemerintah sudah habis-habisan meminta masyarakat stay at home, tetapi tidak didengarkan.

Ledakan penularan ini tentu menjadi tanggung jawab tunggal Joko Widodo sebagai navigator negeri ini. Kesalahan ini tidak bisa ditimpakan kepada kita semua seperti kata Luhut.

Joko Widodo harus menjadi penanggung jawab tunggal terhadap kesalahan ini.

Akhirnya memang masyarakat yang dipersalahkan. Memang ada imbauan untuk stay at home.

Namun, bersamaan dengan itu ada pembagian THR dan menteri keuangan meminta supaya masyarakat berbelanja supaya ekonomi jalan.

Lalu ketika Pasar Tanah Abang penuh sesak sampai melebihi kapasitas, masyarakat yang dituding abai terhadap imbauan stay at home.

Memang ada imbauan dan larangan untuk berkumpul dan mengadakan pesta.

Namun, banyak pejabat yang abai dengan mengadakan pesta ulang tahun dan mengadakan hajatan yang dihadiri puluhan ribu.

Krisis kepercayaan kepada pemerintah membuat masyarakat abai terhadap berbagai larangan dan imbauan.

Krisis keteladanan dari pemerintah membuat masyarakat memilih main kucing-kucingan daripada benar-benar taat.

Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Itu kata pepatah lama. Sekarang yang terjadi, guru kencing berdiri murid mengencingi guru. (*)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler