Lockdown Sapi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Minggu, 15 Mei 2022 – 10:27 WIB
Waspadai penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak jelang Iduladha. Ilustrasi Foto: ANTARA/Destyan Sujarwoko

jpnn.com - Pandemi Covid-19 di Indonesia nyaris berakhir. 

Pembatasan wilayah dilakukan secara terbatas di beberapa daerah, tetapi mobilitas warga berlangsung dengan lancar dan bebas. 

BACA JUGA: Waduh! 877 Ekor Sapi di Bangka Belitung Diduga Mengidap Penyakit Mulut dan Kuku

Selama libur Lebaran, puluhan juta orang mudik dan balik menjadi ujian apakah penularan virus akan meledak lagi. 

Sudah hampir dua minggu pasca-arus balik ternyata situasi relatif tenang dan aman.

BACA JUGA: Imbas Wabah PMK, Harga Hewan Ternak di Wilayah Ini Turun Drastis

Warga sudah lupa akan pandemi. Jalan-jalan sudah penuh sesak, tempat-tempat umum sudah dijejali oleh banyak orang. 

Masih terlihat beberapa orang yang memakai masker, tetapi jaga jarak sudah tidak ada lagi. 

BACA JUGA: Ganjar Bentuk Tim Unit Reaksi Cepat Untuk Tangani PMK di Jateng

Bulan-bulan setelah Idulfitri menuju Lebaran haji adalah saatnya ‘’musim kawin’’. 

Banyak orang punya gawe menikahkan anaknya. Orang datang memenuhi undangan dengan penuh suka cita.

Idulfitri kali ini menjadi momen bahagia setelah dua tahun sebelumnya harus dilewatkan tanpa mudik dan tetap harus tinggal di rumah.

Ledakan jumlah pemudik tidak terhindarkan. 

Macet selama mudik dan balik menjadi fenomena yang meluas di mana-mana. 

Meski demikian, semua senang, semua bahagia.

Akan tetapi, momen bahagia ini terganggu oleh munculnya penyakit baru yang menyebar dengan cepat dan tidak kalah ganas dari varian Delta maupun Omicron. 

Kali ini, yang diserang bukan manusia, tetapi hewan ternak, khususnya sapi. 

Penyakit baru ini disebut sebagai PMK, penyakit mulut dan kaki (foot and mouth disease) yang menyerang sapi, kambing, kuda, dan babi. 

Yang diserang adalah  bagian mulut dan kaki yang menjalar dengan sangat cepat dan mengkibatkan kematian dalam waktu singkat.

Penyakit ini menyerang mulut sapi dan bagian kuku sapi. 

Dalam waktu singkat sapi yang terjangkiti penyakit ini akan mengalami pendaharahan pada bagian mulut dan menyebabkan luka yang parah. 

Beberapa waktu kemudian kuku sapi akan terlepas seperti orang terkena penyakit kusta yang parah. 

Sapi pun mati beberapa waktu kemudian.

Wabah ini menyebar luas di Jawa Timur. 

Kali ini, wilayah Surabaya Raya dan sekitarnya menjadi episentrum penyakit itu. 

Pandemi sapi ini diperkirakan akan menjalar ke daerah lain kalau tidak diambil tindakan cepat. 

Pemerintah Jawa Timur bertindak cepat dengan melakukan ‘’lockdown sapi’’. 

Beberapa hari terakhir ini semua sapi di wilayah Surabaya Raya dan Malang tidak boleh keluar ke daerah lain. 

Sebaliknya, tidak ada sapi daeri daerah luar yang diperbolehkan masuk ke wilayah Jawa Timur.

Pandemi sapi menjadi kabar yang mengejutkan bagi warga Jawa Timur yang baru saja merasa lega setelah hampir bebas dari Covid-19. 

Setelah menikmati Lebaran dengan sukacita, warga seharusnya bisa menikmati Iduladha dengan sukacita pula. 

Iduladha diperkirakan akan jatuh pada 9 Juli, dan saatnya warga berpesta dengan melakukan kurban berbagai ternak. 

Akan tetapi, bencana datang menjelang peternak siap memanen laba di Hari Raya Kurban.

Munculnya wabah PMK membuat harapan itu pudar dan padam. 

Para peternak sudah berharap banyak untuk bisa memetik panen pada Iduladha mendatang dengan menjual ternak dengan harga tinggi. 

Setelah dua tahun tertahan akibat Covid-19, tahun ini Iduladha untuk kali pertama diperkirakan akan lebih meriah. 

Akan tetapi, wabah PMK membuat harapan itu pupus.

Sampai sekarang masih dicari apa penyebab penyakit ini. 

Ada kecurigaan bahwa penyakit ini muncul akibat membanjirnya impor daging sapi dari luar negeri. 

Indonesia sudah pernah mengalami penyakit sapi pada 1990 dan sudah bisa mengatasinya dengan baik. 

Indonesia pun dinyatakan bebas dari penyakit ternak seperti sapi gila dan penyakit mulut dan kuku.

Akan tetapi, beberapa wilayah negara Asia masih belum bebas dari varian penyakit ternak. 

Dari negara-negara itulah kemungkinan penyakit itu masuk ke Indonesia. 

Kebijakan impor daging sapi yang beberapa tahun terakhir ini meningkat dituding sebagai penyebab masuknya penyakit ini.

Impor daging sapi tahun ini mencapai 273 ribu ton atau naik 22  persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

Nilai impor daging sapi pun menjadi USD 948 juta atau sekitar Rp13 triliun pada 2021. Jumlah ini naik 35 persen dari tahun sebelumnya.

Mengatasi wabah sapi lockdown dilakukan dengan cepat dan ketat di Jawa Timur. Tentu tidak sama dengan penanganan pandemi Covid-19 yang mengharuskan manusia tinggal di rumah, menjaga jarak, dan memakai masker. Sapi-sapi tidak harus pakai masker dan menjaga jarak. 

Akan tetapi, sapi tetap harus mendapatkan vaksin seperti manusia, satu kali. 

Mungkin nanti kalau penyakit tidak berhenti dan makin meluas akan ada vaksinasi sapi masal sampai dua kali, dan akan juga ada vaksin ketiga alias booster sapi.

Sama dengan manusia, sapi-sapi juga harus disemprot disinfektan. Kandang sapi dibersihkan dan disterilkan dengan semburan anti-virus. Sapi-sapi tidak harus tes antigen atau PCR, tapi tetap harus dicek kesehatannya untuk memastikan bebas dari penyakit.

Penyekatan lalu lintas sapi dilakukan di beberapa daerah yang masih aman dari wabah. 

Seperti halnya arus manusia yang diputar balik ketika terjadi penyekatan, banyak juga sapi-sapi kiriman yang harus diputar balik tidak boleh masuk ke satu daerah.

Pemerintah Jawa Timur menegaskan bahwa penyakit ini tidak menulari dari hewan kepada manusia. 

Sudah ada jaminan dari otoritas kesehatan akan hal itu. Mudah-mudahan publik percaya atas jaminan itu. 

Akan tetapi, bagi publik Jawa Timur, penyakit ini akan sangat memengaruhi konsumsi mereka terhadap daging sapi, terutama bagi yang hobi makan olahan sapi bagian mulut dan kaki.

Salah satu kuliner khas yang sangat digemari masyakarat Jawa Timur adalah rujak cingur. 

Makanan ini terdiri atas berbagai macam sayuran dan bebuahan yang disajikan mentah dengan bumbu petis dan kacang. 

Bersamaan dengan itu disajikan pula ‘’cingur’’ yang diolah dari mulut sapi yang dimasak dalam waktu lama supaya menjadi empuk.

Rujak cingur menjadi kuliner khas Jawa Timur dan khususnya Surabaya dan menjadi salah satu kuliner yang ikonik. 

Kuliner rujak bisa ditemui di berbagai daerah di Jawa Timur, tetapi rujak cingur dari olahan mulut sapi hanya ditemui di Surabaya.

Satu lagi kuliner yang akan terpengaruh oleh wabah yaitu kikil kaki sapi yang menjadi olahan kesukaan warga Jawa Timur. 

Di Jakarta juga sangat populer sup kaki sapi yang diberi kuah santan kental. 

Sangat mungkin penggemar sup kaki dan kikil kaki sapi berpikir ulang untuk mengonsumsinya sekarang.

Wabah PMK akan memukul pedagang rujak cingur dan pedagang kikil sapi. 

Mereka akan kehilangan penghasilan dan tidak tertutup kemungkinan akan kehilangan mata pekerjaan kalau wabah ini meluas. 

Sampai sekarang, perkiraan kerugian akibat penyakit ini sudah mencapap Rp 11 triliun. 

Kerugian ekonomi ini terjadi secara langsung pada sistem produksi peternakan, seperti akan terjadinya penurunan produksi susu, infertilitas, aborsi, kematian, penurunan produktivitas kerja dan penurunan berat badan. 

Hal itu masih ditambah lagi dengan kerugian yang diderita pedagang kuliner olahan mulut dan kuku sapi.

Selain itu, kerugian akibat program pengendalian dan penanggulangan khususnya tindakan pemberantasan, depopulasi, serta hilangnya kesempatan ekspor dan pengaruh bagi industri pariwisata, juga akan timbul.  

Wabah PMK juga akan memengaruhi tenaga kerja di bidang peternakan maupun bidang lain yang terpengaruh oleh wabah.

Para peternak menjerit. Sapi dijual dengan harga bantingan. Sapi yang berukuran besar yang hargannya Rp 25 juta diobral dengan harga Rp 11 juta. 

Sapi yang belum siap potong terpaksa harus dipotong. 

Sapi yang sudah divaksin dengan suntikan anti-biotik sebenarnya tidak boleh langsung dipotong karena tubuh sapi masih belum dinetralisir. 

Akan tetapi, pemotongan dilakukan ketimbang sapi mati sia-sia.

Hari Raya Kurban sudah dekat, banyak pedagang sapi sudah telanjur membeli sapi untuk dijual kembali dengan harapan beroleh untung besar.

Namun, sapi yang siap jual malah terkapar.

Mau untung malah jadi buntung.

Save our farmers. Selamatkan para petani kita! (*)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler