jpnn.com, SURABAYA - Siapa bilang warga susah mencari kerja di Surabaya? Berdasar data dinas tenaga kerja (disnaker), ternyata masih banyak lowongan kerja yang sepi peminat.
Hingga April, ada 1.545 lowongan kerja (loker) di Surabaya. Dari jumlah tersebut, baru 50 persen pencari kerja (pencaker) yang menyatakan berminat.
BACA JUGA: 2000 Pencaker Rebutan 60 Posisi, Ya Begini Jadinya...
Hal itu tentu sangat disayangkan. Sebab, banyak lowongan yang hingga deadline berakhir belum terisi.
Minimnya minat disebabkan perilaku pencaker yang langsung datang door-to-door ke perusahaan.
BACA JUGA: Silakan Buru Ada 2.166 Lowongan Kerja Nih
Seharusnya, hal tersebut tidak perlu dilakukan. Sebab, disnaker sudah menyediakan layanan untuk mencari kerja sesuai bidang yang diinginkan.
''Warga Surabaya tahunya disnaker tempat mengadu kalau ada masalah kerja. Padahal, di sini kita sediakan layanan untuk mencari kerja sampai dia dapat kerja,'' ujar Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Disnaker Surabaya Irna Pawanti.
Berbagai upaya sudah dilakukan disnaker untuk menarik minat warga Surabaya.
Setiap tahun disnaker mengadakan tujuh kali bursa kerja. Lowongan kerja yang ditawarkan pun beragam. Mulai level manajer hingga pramusaji.
''Bulan Maret lalu ada 2.109 lamaran yang ditawarkan. Mei ini ada 1.617 loker,'' tuturnya.
Melimpahnya lowongan kerja di disnaker akhirnya dimanfaatkan warga luar Surabaya.
''Banyak warga Sidoarjo yang datang ke sini untuk memanfaatkan layanan kita,'' ucapnya.
Menurut dia, tidak ada aturan yang melarang warga luar Surabaya untuk memanfaatkan fasilitas Disnaker Surabaya.
Yang terpenting, warga tersebut memiliki kartu kuning dari daerah masing-masing.
''Berdasar konferensi International Labour Organization (ILO), tidak boleh membatasi untuk memanfaatkan fasilitas di disnaker," ungkapnya.
Disnaker pun mengakui, dalam menjaring tenaga kerja di Surabaya, banyak kendala.
Sebab, belum semua usia wajib kerja memiliki kartu angkatan kerja I atau kartu kuning.
Selain itu, etos kerja pencaker Surabaya sering kali tidak sesuai dengan harapan perusahaan.
''Dari sisi kompetensi pendidikan, 100 persen pencaker dari Surabaya bagus. Namun, untuk semangat kerja, mereka masih kalah dengan pencaker dari luar daerah,'' jelasnya.
Untuk poin tersebut, kini sedang diupayakan perbaikan. Disnaker berpandangan, setiap pencaker harus memiliki keunikan dan keunggulan yang tidak dimiliki pencaker lain.
''Minimal harus punya satu kompetensi yang menonjol untuk memenangkan persaingan,'' katanya.
Disnaker juga menyelenggarakan sertifikasi bagi para pencaker.
Harapannya, sertifikasi bisa meningkatkan kualitas dan nilai jual para pencaker.
''Sertifikasi ini tingkatnya nasional, melibatkan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Ini pertama di Indonsia,'' ujarnya. (gal/c20/oni/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia