Lomba Kritik Sastra, Semoga Ruang Publik Indonesia Lebih Banyak Puisi Dibanding Hoaks

Kamis, 05 September 2019 – 21:50 WIB
Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI) akan menyelenggarakan Lomba Kritik Sastra. Foto : dokumen AGBSI for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Sejak Pilkada Jakarta 2017, diteruskan hingga Pilpres 2019, ruang publik Indonesia disebut banyak polusi.

Terlalu banyak hoaks, kemarahan, kebencian, pembelahan politik, dan primordialisme agama di ruang publik.

BACA JUGA: Yuk Ikut Lomba Kritik Sastra di Bulan Bahasa

Hal ini diungkapkan sastrawan Denny JA ketika ditanya soal lomba kritik puisi esai yang diselenggarakan oleh Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI). Lomba itu diumumkan di Pusat Dokumentasi HB Jassin, TIM (4/9-2019).

"Warga negara seolah hanya disibukkan dengan isu kekuasaan. Banyak keluarga, kawan, komunitas yang pecah hanya karena politik," ujar Denny JA.

BACA JUGA: Ada Pertarungan Empat Ideologi Jelang Pilpres 2024

Menurutnya, ruang publik masyarakat Indonesia perlu diperkaya lagi oleh renungan sastra. Denny kemudian mengutip salah satu ungkapan John F Kennedy.

“Ketika politik menyempitkan perhatian manusia, puisi datang meluaskannya kembali. Ketika kekuasaan mengotori jiwa, puisi membersihkan," tuturnya.

BACA JUGA: Prediksi Denny JA soal Pertarungan 4 Ideologi di Pilpres 2024

Mewakili AGBSI, Dian Ratri dan Jajang Priyatna menyampaikan latar belakang mengapa asosiasi itu ingin memeriahkan bulan bahasa dengan lomba kritik sastra.

Menurut Dian Ratri, Oktober menampung momen Hari Sumpah Pemuda, dengan Ikrar “Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia. Sejak tahun 1960an, sudah pula diperingati menjadi Bulan Bahasa.

Tapi bahasa pun perlu terus dimartabatkan. Literasi perlu ditumbuhkan. Minat membaca satra perlu disuburkan.

"Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia mengambil peran menyemarakkan Bulan Bahasa itu dengan lomba kritik sastra. Adapun karya sastra yang dipilih kali ini, empat buku puisi esai karya Denny JA," tutur Dian.

Mengapa karya Denny JA yang dipilih sebagai tema kritik sastra? Dian Ratri mengatakan lima tahun belakangan ini, dunia sastra bergunjang ganjing dengan kontroversi puisi esai karya Denny JA. Terjadi pro dan kontra yang maha hebat.

Namun, buku puisi esai terus diterbitkan. Hingga hari ini sudah terbit lebih dari 80 buku puisi esai.

"Sudah lebih dari 200 penulis dari Aceh hingga Papua menulis puisi esai. Bahkan penyiar Asia Tenggara, dari Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura juga menerbitkan puisi esai. Ini yang membuat puisi esai menjadi topik yang hangat dan kontroversial untuk lomba kritik sastra tahun ini," tambahnya.

Pengumuman lomba kritik puisi esai di HB Jassin juga disemarakkan oleh acara Titian Muhibbah Sastra Malaysia - Indonesia. Banyak penyair Malaysia yang ikut hadir. Diselenggarakan pula diskusi sastra.

Puisi Denny JA soal Papua juga ikut dibacakan di acara itu. Puisi kembali di bawa ke tengah gelanggang merespon isu masyarakat yang sedang bergolak. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Buku Denny JA Merekam Pilpres 2019 yang Unik


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler