Lomba Memasak Nasi Goreng, Ajang Sosialisasi Kompor Induksi

Selasa, 22 Oktober 2019 – 10:26 WIB
Dari kiri: Komedian Mas Indro, dari Rusia Nikita Ivanov, komedian Mbak Yuni, Ketua Umum APJI Irwan Iden Gobel, peserta dari UK Christopher Agass, dari Malaysia Har Man Ahmad, pemain sitkom TOP Bang Kasman. Foto: Ist for JPNN

jpnn.com, TANGERANG SELATAN - Masyarakat perlu mengetahui sejumlah kelebihan menggunakan kompor induksi. Karena itu, Sosialisasi dan cara teknis penggunaan kompor induksi harus dilakukan secara berkala dan konsisten.

Harapannya, masyarakat mau beralih atau memilih kompor induksi (kompor listrik) dibanding penggunaan kompor gas.

BACA JUGA: Kompor Listrik Lebih Aman dan Mudah

Sarana sosialisasi antara lain lewat acara Embassy Cooking Competition in Indonesia Cuisine di ICE – BSD, Tangerang Selatan. Juga acara Friday Innovation Night (FIN) yang diselenggarakan di Yogyakarta, Jawa Tengah.

Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia (PPJI) yang semula bernama Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia (APJI) menyelenggarakan Electric PPJI Food Festival, dalam rangkaian kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34 di ICE – BSD.

BACA JUGA: AP II Wajibkan Restoran di Bandara Soetta Gunakan Kompor Listrik

Kegiatan Electric PPJI Food Festival diselenggarakannya Embassy Cooking Competition Indonesian Cuisine, yakni selama 60 menit memasak “Nasi Goreng Indonesia,” yang diikuti tiga peserta. Yakni perwakilan dari Kedubes Malaysia, Kedubes Rusia, dan Kedubes Inggris yang ada di Jakarta.

Komisioner (Konselor) Dagang Malaysia External Trade Development Corporation (Matrade) – Kantor Dagang pada Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia – Har Man Ahmad, menyatakan mendukung penggunaan kompor listrik (induksi) pada acara kompetisi memasak Embassy Cooking Competition Indonesian Cuisine tersebut. Apalagi dia juga menggunakan kompor listrik sebagai cadangan kompor gas di rumah.

“Jadi kalau satu saat kehabisan gas, masih bisa menggunakan kompor listrik untuk memasak," ujar Ahmad.

Begitu juga di Malaysia, lebih banyak yang menggunakan kompor listrik – induksi dibanding menggunakan kompor gas. Namun menggunakan kompor listrik (induksi) berbeda ‘feel’nya dibandingkan kompor gas.

"Kalau menggunakan kompor gas dengan penggunaan kuali, maka saya lebih dapat feel-nya. Jika menggunakan kompor listrik, harus lebih waspada, sebab jika agak terlalu lama proses memasaknya, masakan menjadi matang terbakar, sehingga mempengaruhi hasil masakan," terangnya.

Peserta kompetisi sebagai Sekretaris Kedua dari Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Nikita Ivanov menyatakan, mendukung penggunaan kompor listrik –induksi. Namun, mengingat di sekitar perumahan Kedubes Rusia yang tersedia baru kompor gas, maka dirinya menyatakan, apabila harus berpindah menggunakan kompor listrik, dirinya pasti mendukung perubahan tersebut.

Pemenang kompetisi lainnya, Christopher (Chris) Agass selaku tim ekonomi kantor Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, mengemukakan penggunaan kompor induksi – listrik lebih ramah lingkungan dibanding penggunaan kompor gas.

Namun penggunaan kompor listrik lebih lama waktu memasaknya, dibanding menggunakan kompor gas. Begitu juga dalam hal harga, berbeda jauh dibanding apabila menggunakan kompor gas.

Dia yang baru 4 bulan ini berada di Indonesia, menganggap kompetisi memasak nasi goreng ini adalah ide yang bagus, karena melibatkan keterkaitan antara negara-negara yang berbeda, dan kompetisinya berjalan dengan menyenangkan. Dampaknya dirasakan cukup positif dalam rangka mendukung kerjasama perdagangan internasional.

Ketua Umum APJI Irwan Iden Gobel dalam kesempatan tersebut mengatakan, diselenggarakannya Embassy Cooking Competition Indonesian Cuisine ini, bertujuan membangun persahabatan di antara Indonesia dan sejumlah negara lainnya dalam kerangka (format) kuliner.

“Dengan komposisi penilaian 20 persen untuk penyajian makanan, penilaian rasa makanan 50 persen, serta kreativitas dan variasi (hiasan) pada makanan 30 persen, akhirnya dewan juri Chef Ari Galih dan Chef Sabir dari PPJI memutuskan tiga peserta ini memenangkan kompetisi memasak nasi goreng,” jelas Irwan Iden.

Eric Rossi Pryo Nugroho selaku Manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan PLN Yogyakarta, usai penyelenggaraan Friday Innovation Night, mengemukakan, kesempatan tersebut digunakan oleh pihak PLN untuk mengenalkan tema besar electrical lifestyle yakni eco living – eco lifestyle – dan eco moving.

“Sebagai bagian dari electrical lifestyle, kami memperkenalkan penggunaan kompor induksi kepada masyarakat, (listrik) ini bebas polusi, menggunakan nyala api menjadi lebih aman, juga praktis, dan tinggal colok tanpa menggunakan tungku secara khusus, bahkan tidak menggunakan tabung gas," papar Eric.

Jika selama ini menggunakan tabung gas dengan potensi bocor, kemudian kita harus memerhatikan bagaimana kualitas tabung, maka itu tidak terjadi dengan adanya kompor induksi. Penggunaan kompor induksi ini, bisa dikendalikan pada saat kita memasaknya, yakni dengan menggunakan timer (pengatur waktu).

Dengan menggunakan kompor listrik, selain mengatur daya listrik, kita juga bisa melakukan pekerjaan lainnya, seperti menonton televisi atau mengasuh anak bermain. Jadi dengan menggunakan kompor gas, nyala api bisa dikontrol.

Tetapi dengan menggunakan kompor listrik, maka besarnya daya juga dapat dilihat (diatur). Sebab pada kompor listrik tercantum daya dari 160 watt sampai 2 ribu watt, sehingga dapat diatur sesuai kebutuhan. (esy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler