Lovie Nyaris Putus Asa Gara –gara PPDB Sistem Zonasi

Sabtu, 15 Juni 2019 – 14:41 WIB
Lovie Harleyna Murti sempat putus asa gara-gara PPDB sistem zonasi. Foto: dok pribadi for JPNN.com

jpnn.com - Mendengar kabar bahwa PPDB (penerimaan peserta didik baru) 2019 kuota terbanyak untuk jalur zonasi, Lovie langsung murung. Semangat belajar siswa kelas 3 SMPN 1 Boyolali itu merosot tajam.

“Tidak ada semangat belajar padahal saat itu sudah menjelang Ujian Nasional,” cerita Triono, ayah Lovie kepada JPNN, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Ganjar Pranowo Menilai Aturan PPDB 2019 Berpotensi Picu Gejolak

Soetomo Samsu – Boyolali

Lovie Harleyna Murti, nama lengkap siswi berdomisili di Dusun Temusari, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, itu. Tidak jauh dari Gunung Merapi. Hanya beberapa kilometer dari lokasi wisata New Selo, jalur pendakian ke puncak Merapi.

BACA JUGA: PPDB 2019, Siswa dari Kabupaten Tidak Bisa Daftar ke Kota Malang

Sejak kelas 1 SMP, si gadis cantik kelahiran 2003 itu merenda mimpi, ingin mewujudkan cita –cita menjadi dokter. Dia paham bahwa cita – cita harus ditapaki secara berjenjang. Dia harus bisa masuk ke SMAN 1 Boyolali, yang dikenal sebagai sekolah favorit.

Namun, beberapa bulan jelang Ujian Nasional tingkat SMP, kabar menyeruak bahwa PPDB 2019 menggunakan sistem zonasi. Yang membuatnya “lemas”, Kecamatan Selo tidak masuk radius zonasi SMAN 1 Boyolali.

BACA JUGA: PPDB Sistem Zonasi Bakal Diikuti Rotasi Guru

UN dilakoni. Nilai lumayan bagus dia kantongi. Empat mata pelajaran yang diujikan di UN, dia mendapat nilai 384,5. Matematika mendapat nilai sempurna. 100.00.

Tapi seperti tidak ada gunanya. Sempat bingung, ingin sekolah di SMAN 1 Kediri, Jatim. Sempat berpikir agar kerabatnya di Kediri memasukkan nama Lovie di Kartu Keluarga (KK) di Kediri. Tapi toh akan sia – sia karena KK untuk syarat pendaftaran harus terbitan minimal 6 bulan terakhir, atau Januari 2019.

BACA JUGA: Ganjar Pranowo Menilai Aturan PPDB 2019 Berpotensi Picu Gejolak

Beruntung, Lovie ingat bahwa dirinya pernah menjadi Juara III Bidang Seni tingkat kabupaten. “Nyinden,” kata Triono, sang ayah.

Sertifikat Juara III tarik suara tradisional tingkat kabupaten itu ternyata masih disimpan rapi. Semangat Lovie mulai terlihat dari wajahnya yang mulai bisa tersenyum.

Ada peluang ikut PPDB di SMAN 1 Boyolali lewat jalur prestasi, dengan berbekal sertifikat juara III tersebut. Pendaftaran baru dimulai 1 – 5 Juli mendatang. Semoga lolos ya.

Kisah seperti Lovie barangkali juga dialami banyak anak-anak pintar, yang selama ini memacu belajar demi bisa melanjutkan ke sekolah favorit. Beruntung Lovie yang juga punya prestasi non-akademik, bisa menggunakan PPDB jalur prestasi yang kuotanya hanya 5 persen saja.

PPDB jalur zonasi, kata Mendikbud Muhadjir Effendy, bertujuan untuk pemerataan kualitas pendidikan. Tapi, sesungguhnya ini juga tidak fair, seperti dikatakan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Mestinya, kata Ganjar, anak – anak pintar diberi keleluasaan untuk memilih sekolah di mana pun yang dia mau.

Dulu, pemerintah menciptakan sekolah – sekolah favorit yang dilabeli Sekolah Bertaraf Internasional alias SBI. Beberapa tahun kemudian, istilah itu dihapus. Kini, dengan penuh semangat mendikbud bilang tidak ada lagi istilah sekolah favorit. Semua sama.

Nilai UN tidak boleh dipakai sebagai alat seleksi PPDB. Harus hanya berdasar jarak rumah ke sekolah, untuk jalur zonasi.

BACA JUGA: PPDB 2019: Nilai UN Jangan Dijadikan Syarat Seleksi Jalur Zonasi

Kebijakan ini mendapat celotehan dari masyarakat. “Sistem zonasi membuat anak malas belajar,” tulis Albert Martinus dalam kolom komentar berita di JPNN.com.

“Lantas buat apa ada Ujian Nasional, yang bikin anak repot ikut bimbingan belajar, waktu dan pikiran tersita, tetapi nilai tidak dipakai?,” celoteh yang lain. “Sistem zonasi yang enak bagi yang rumahnya dekat sekolah saja,” imbuhnya.

BACA JUGA: Pendaftaran PPDB 2019, Inikah Penyebab Ortu Siswa Rela Menginap di Sekolah?

“Ya kecewa sekalilah. Percuma anak dapat nilai tinggi, kalau yang diterapkan sitem zonasi seperti ini. Mending kemarin anak saya enggak usah belajar sekalian, terus kami tinggal dekat dengan sekolah saja biar bisa diterima,” keluh Nuriza, ortu siswa di Tarakan.

Yang lebih sulit dimengerti, seleksi kelulusan ternyata juga berdasar waktu pendaftaran. Kasus di Karanganyar, Jateng, para ortu dan calon siswa rela menginap di sekolah demi mendapat nomor antrian awal untuk pendaftaran. Apakah ini adil? ***

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... PPDB 2019 Langgar Aturan, Anggaran Pendidikan ke Daerah Dipotong


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler