jpnn.com, JAKARTA - PPDB (penerimaan peserta didik baru) yang mayoritas kuotanya untuk jalur zonasi diterapkan sejak 2016. Tujuannya untuk mewujudkan pemerataan akses layanan dan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, zonasi digunakan mulai dari penerimaan siswa baru. Terutama untuk memberikan akses yang setara, adil, kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang kemampuan atau pun perbedaan status sosial ekonomi.
"Pada dasarnya anak bangsa memiliki hak sama. Karena itu, tidak boleh ada diskriminasi, hak eksklusif, kompetisi yang berlebihan untuk mendapatkan layanan pemerintah," ujar Menteri Muhadjir, Jumat (14/6).
BACA JUGA: PPDB 2019 Langgar Aturan, Anggaran Pendidikan ke Daerah Dipotong
BACA JUGA: Pendaftaran PPDB 2019, Inikah Penyebab Ortu Siswa Rela Menginap di Sekolah?
Zonasi tidak hanya digunakan untuk PPDB, tapi juga membenahi berbagai standar nasional pendidikan. "Mulai dari kurikulum, sebaran guru, sebaran peserta didik, kemudian kualitas sarana prasarana. Semuanya nanti akan ditangani berbasis zonasi," terangnya.
Dijelaskan Menteri Muhadjir, zonasi juga mendorong kebijakan redistribusi tenaga pendidik dan kependidikan di setiap zona untuk mempercepat pemerataan kualitas pendidikan. Setiap sekolah harus mendapatkan guru-guru dengan kualitas yang sama baiknya. Rotasi guru di dalam zona menjadi keniscayaan sesuai dengan amanat undang-undang.
"Pemerataan guru diprioritaskan di dalam setiap zona itu. Apabila masih ada kekurangan, guru akan dirotasi antarzona. Rotasi guru antarkabupaten/kota baru dilakukan jika penyebaran guru benar-benar tidak imbang dan tidak ada guru dari dalam kabupaten itu yang tersedia untuk dirotasi," tuturnya.
BACA JUGA: Demi Honorer K2, Pak Menteri Imbau Pemda Buka Rekrutmen PPPK
BACA JUGA: PPDB 2019: Nilai UN Jangan Dijadikan Syarat Seleksi Jalur Zonasi
Menteri Muhadjir meminta agar orangtua siswa tidak perlu resah dan khawatir berlebihan dengan penerapan zonasi pendidikan pada PPDB. Dia mengajak para orangtua agar mengubah cara pandang dan pola pikir terkait sekolah favorit.
"Prestasi itu tidak diukur dari asal sekolah, tetapi masing-masing individu anak yang akan menentukan prestasi dan masa depannya. Pada dasarnya setiap anak punya keistimewaan dan keunikannya sendiri. Kalau itu dikembangkan secara baik itu akan menjadi modal untuk masa depan," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA JUGA: Penjelasan Mendikbud soal Rotasi Guru Besar â besaran Tahun Ini
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Lebaran Semua Guru Dirotasi Demi Pemerataan Kualitas Pendidikan
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad