Loyalisme yang Memerahkan Thailand

Jumat, 02 April 2010 – 04:24 WIB
Seorang demonstran Baju Merah. Foto: AFP.
DALAM beberapa pekan terakhir, Thailand, khususnya ibukota Bangkok, ibarat telah berubah warna bak tengah dalam momen perayaan atau karnaval khususMerah ada di mana-mana, tapi tak ada hubungannya dengan Tahun Baru China

BACA JUGA: Militer Thailand, Pemain yang Diam

Merah yang ini, adalah warna sekaligus simbol penentangan dari para pendukung setia mantan PM Thaksin Shinawatra, yang telah lebih dari tiga tahun lalu turun dari singgasana kekuasaannya itu.

Ya, apa yang diusung dan diperjuangkan ribuan orang berbaju dan beraksesoris warna merah itu sendiri, memang sebenarnya berpangkal dari kejadian yang sudah cukup lama
September 2006 tepatnya, momen ketika Thaksin yang telah cukup lama berkuasa, akhirnya harus dijatuhkan dari pucuk pemerintahan lewat aksi kudeta.

Lantaran merupakan mantan penguasa, kala itu juga sebenarnya kelompok pro-Thaksin telah berupaya langsung memberikan perlawanan

BACA JUGA: AS Himbau Resolusi Damai di Thailand

Bahkan, sekitar setengah tahun berikutnya, di bawah pemerintahan sementara yang diserahkan pada pemimpin militer, kelompok ini sempat coba mengikuti Pemilu (2007)
Namun gagal, karena tekanan memang ada di mana-mana, terutama dari kelompok yang telah mengambil alih kekuasaan.

:TERKAIT Adalah Abhisit Vejjajiva, PM yang kemudian duduk menggantikan posisi Thaksin di pemerintahan

BACA JUGA: Pendukung Demo, Thaksin Keliling Dunia

Sementara Thaksin sendiri, lantas memutuskan tinggal di luar negeri sejak itu, sekaligus menghindarkan dirinya dari upaya hukum dan peradilan di dalam negeri, yang dengan gencarnya dilancarkan oleh pemerintah penggantiTapi meski di luar, Thaksin masih memelihara kekuatannya di Thailand.

Kelompok masyarakat itulah, yang disebutkan rata-rata berasal dari warga kawasan pinggir kota di Thailand, nyaris tak henti melancarkan aksi massanya dari waktu ke waktuTermasuk yang memasuki puncaknya sejak sekitar tiga pekan lalu, ketika massa berbaju merah itu berkumpul dalam jumlah besar di kawasan perkantoran pemerintah di Bangkok.

Dalam hal ini, terkait dengan aksi yang berkelanjutan dari massa yang berkekuatan besar di bawah pengaruh Thaksin itu, sejumlah pengamat memandang bahwa memang pada dasarnya Abhisit dan pemerintahan koalisinya tidak ada apa-apanyaMereka memandang bahwa Abhisit dan koalisinya yang rapuh, saat ini mampu bertahan hanya berkat adanya dukungan militer, terutama di bawah kepemimpinan Jenderal Anupong Paojinda.

"Kepemimpinan militer saat ini, beserta kalangan Demokrat di bawah Abhisit, sama-sama merupakan kelompok keras anti-Thaksin..Karena itulah mereka bersama," ucap Paul Chambers, pakar Thailand di Heidelberg University, Jerman.

Banyak orang memang meyakini, kendati tak kentara sampai ke permukaan, kekuatan militer lah yang memainkan peran besar dalam pelaksanaan kekuasaan saat ini, karena memang kelompok bersenjata itu pula yang menjalankan kudeta tahun 2006 laluSementara dari pihak massa Baju Merah, justru sebenarnya ada tudingan bahwa mantan PM Thailand terdahulu, Prem Tinsulanonda yang saat ini menjadi Kepala Penasehat Raja Bhumibol Adulyadej, sebagai tokoh di balik semua ini.

Bagaimanapun itu peran tokoh-tokoh di balik layarnya, kenyataan yang ada sekarang adalah bahwa massa loyalis terhadap seorang Thaksin, kini kembali siap beraksi di jalanan menentang keras pemerintahan AbhisitIni terutama setelah gagalnya perundingan putaran kedua antara kedua belah pihak kemarin.

:POLLING Sementara, kendati menyempatkan diri menyemangati para pendukungnya dalam berdemo melalui video jarak jauh, Thaksin sendiri sebanarnya tenang-tenang saja di mancanegara sanaIa malah diberitakan belakangan kerap jalan kesana-kemari, mulai dari Dubai (UEA), Swedia, Rusia, ke Brunei, memeriksa tambang intan di Afrika Selatan, menyeruput kopi di jet pribadinya, hingga berjumpa para pimpinan negara Sri Lanka, Papua Nugini, atau Maldives.

Terhadap kelanjutan krisis yang diyakini masih akan dihangatkan oleh berbagai aksi demonstrasi di jalanan ini, berbagai pihak pun segera bersuaraTak kurang dari AS pun akhirnya menyemangati kedua belah pihak, untuk kembali bersedia melanjutkan perundingan yang sudah coba dijalankanSementara terhadap aksi-aksi turun ke jalan, Gedung Putih yang melontarkan komentarnya melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, hanya berpesan agar tak sampai mengarah pada kekerasan.

Apakah tidak ada peran dari negara sekawasan, khususnya di lingkup organisasi ASEAN, dalam meredakan atau setidaknya ikut menyampaikan pendapat maupun solusi terhadap persoalan negeri itu? Bisa saja, dan barangkali agenda KTT ASEAN yang bakal berlangsung di Vietnam dalam beberapa hari ini, memang akan ikut menjadi wadah pembicaraan mengenai ituSebagaimana juga negara-negara ASEAN telah senantiasa cukup berperan dalam masalah-masalah yang dihadapi beberapa negara Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam, Kamboja dan MyanmarSebab tentu, ASEAN tidak ingin 'merahnya' Thailand, harus sampai membuat merah pula kawasan ini(ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gaji Nunggak, Pramugari Bugil di Kalender


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler