Militer Thailand, Pemain yang Diam

Jumat, 02 April 2010 – 02:06 WIB
Personil militer Thailand saat berjaga di kawasan pusat pemerintahan di Bangkok. Foto: Getty Images.
BANGKOK - Ketika gerakan massa di jalanan seolah memerahkan Bangkok, kalangan tentara (setempat) hanya berupaya menjalankan perannya dengan tenangNamun meski terlihat diam-diam saja, menurut sejumlah pengamat, militer justru memiliki peran vital serta dapat menentukan bagaimana krisis politik ini berlanjut.

Sebagaimana diberitakan Reuters, Kamis (1/4) sore, para pengamat sendiri sebenarnya berbeda pendapat soal pihak manakah yang bakal menang dalam pertentangan yang masih berkepanjangan ini

BACA JUGA: AS Himbau Resolusi Damai di Thailand

Apakah kubu pemerintah saat ini, yang dipimpin PM Abhisit Vejjajiva yang lulusan Oxford, ataukah kelompok 'Baju Merah' yang loyal pada PM sebelumnya, sosok kaya-raya Thaksin Shinawatra? Namun hampir semua menyepakati bahwa sebagian besar di antara pemain sebenarnya berada di belakang layar.

Kalangan militer, yang diyakini bertanggungjawab terhadap tak kurang dari 18 kudeta maupun percobaan kudeta, sejak tahun 1932 lalu, akhirnya menjatuhkan Thaksin pada September 2006 lalu
Mereka pun segera menunjuk seorang jenderal demi memimpin pemerintahan interim kala itu, yang langsung mengesahkan sebuah undang-undang baru di tahun kekuasaannya.

Kelompok sekutu Thaksin lantas mencoba ikut serta dalam Pemilu 2007, namun harus menghadapi serangkaian tuntutan hukum serta gerakan protes yang cukup keras

BACA JUGA: Pendukung Demo, Thaksin Keliling Dunia

Mereka akhirnya dikalahkan oleh sebuah keputusan pengadilan pada 2008, yang sekaligus mengesahkan berkuasanya Abhisit lewat pemungutan suara parlemen.

"Kudeta itu masih tetap tercatat sebagai suatu peristiwa besar dalam panggung politik (Thailand)," ungkap Thongchai Winichakul, seorang pengamat Thailand dari Universitas Wisconsin-Madison di AS.

"Kudeta tahun 2006 itu seolah telah melepaskan jin dari dalam botolnya," tambah Thongchai sambil menyatakan bahwa perubahan konstelasi kekuasaan, menawarkan militer untuk masuk dan menata kembali negeri itu
"Tentu saja, mereka tidak menolak undangan untuk terlibat dalam kekuasaan," katanya pula.

Kelompok 'Baju Merah' sendiri menuding bahwa mantan PM Thailand terdahulu, Prem Tinsulanonda, yang saat ini menjadi Kepala Penasehat Raja Bhumibol Adulyadej, merupakan otak dari aksi penggulingan kekuasaan lebih dari tiga tahun lalu itu

BACA JUGA: Gaji Nunggak, Pramugari Bugil di Kalender

Namun, sosok berusia 82 tahun itu sebenarnya lebih dikenal sebagai kekuatan pendamai dalam setidaknya enam dekade penuh gonjang-ganjing politik di Thailand, meski cenderung menjauh dari krisis yang belakangan terjadi.

Para pengamat sendiri memandang bahwa Abhisit dan pemerintahan koalisinya yang rapuh, saat ini mampu bertahan hanya berkat adanya dukungan militer, termasuk lewat sosok pemimpin mereka, Jenderal Anupong Paojinda"Kepemimpinan militer saat ini, beserta kalangan Demokrat di bawah Abhisit, sama-sama merupakan kelompok keras anti-Thaksin," ucap Paul Chambers, pakar masalah Thailand di Heidelberg University, Jerman.

"Pemimpin militer mengendalikan pasukan dan kesatuannya, sementara Abhisit menguasai koalisi yang tengah berkuasaOleh karena adanya kesamaan pandangan itulah, mereka tetap bersama (saling dukung)," ujar Chambers pula, sembari menyatakan bahwa  militer pulalah yang diyakini berada di belakang setujunya Abhisit untuk berdialog dengan kelompok 'Baju Merah' beberapa hari terakhir, setelah sebelumnya menolak sama sekali sepanjang demonstran masih ada di jalanan(ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Model Malaysia Dibebaskan dari Hukum Cambuk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler