Sebagaimana diberitakan Reuters, Kamis (1/4) sore, para pengamat sendiri sebenarnya berbeda pendapat soal pihak manakah yang bakal menang dalam pertentangan yang masih berkepanjangan ini
BACA JUGA: AS Himbau Resolusi Damai di Thailand
Apakah kubu pemerintah saat ini, yang dipimpin PM Abhisit Vejjajiva yang lulusan Oxford, ataukah kelompok 'Baju Merah' yang loyal pada PM sebelumnya, sosok kaya-raya Thaksin Shinawatra? Namun hampir semua menyepakati bahwa sebagian besar di antara pemain sebenarnya berada di belakang layar.Kalangan militer, yang diyakini bertanggungjawab terhadap tak kurang dari 18 kudeta maupun percobaan kudeta, sejak tahun 1932 lalu, akhirnya menjatuhkan Thaksin pada September 2006 lalu
Kelompok sekutu Thaksin lantas mencoba ikut serta dalam Pemilu 2007, namun harus menghadapi serangkaian tuntutan hukum serta gerakan protes yang cukup keras
BACA JUGA: Pendukung Demo, Thaksin Keliling Dunia
Mereka akhirnya dikalahkan oleh sebuah keputusan pengadilan pada 2008, yang sekaligus mengesahkan berkuasanya Abhisit lewat pemungutan suara parlemen."Kudeta itu masih tetap tercatat sebagai suatu peristiwa besar dalam panggung politik (Thailand)," ungkap Thongchai Winichakul, seorang pengamat Thailand dari Universitas Wisconsin-Madison di AS.
"Kudeta tahun 2006 itu seolah telah melepaskan jin dari dalam botolnya," tambah Thongchai sambil menyatakan bahwa perubahan konstelasi kekuasaan, menawarkan militer untuk masuk dan menata kembali negeri itu
Kelompok 'Baju Merah' sendiri menuding bahwa mantan PM Thailand terdahulu, Prem Tinsulanonda, yang saat ini menjadi Kepala Penasehat Raja Bhumibol Adulyadej, merupakan otak dari aksi penggulingan kekuasaan lebih dari tiga tahun lalu itu
BACA JUGA: Gaji Nunggak, Pramugari Bugil di Kalender
Namun, sosok berusia 82 tahun itu sebenarnya lebih dikenal sebagai kekuatan pendamai dalam setidaknya enam dekade penuh gonjang-ganjing politik di Thailand, meski cenderung menjauh dari krisis yang belakangan terjadi.Para pengamat sendiri memandang bahwa Abhisit dan pemerintahan koalisinya yang rapuh, saat ini mampu bertahan hanya berkat adanya dukungan militer, termasuk lewat sosok pemimpin mereka, Jenderal Anupong Paojinda"Kepemimpinan militer saat ini, beserta kalangan Demokrat di bawah Abhisit, sama-sama merupakan kelompok keras anti-Thaksin," ucap Paul Chambers, pakar masalah Thailand di Heidelberg University, Jerman.
"Pemimpin militer mengendalikan pasukan dan kesatuannya, sementara Abhisit menguasai koalisi yang tengah berkuasaOleh karena adanya kesamaan pandangan itulah, mereka tetap bersama (saling dukung)," ujar Chambers pula, sembari menyatakan bahwa militer pulalah yang diyakini berada di belakang setujunya Abhisit untuk berdialog dengan kelompok 'Baju Merah' beberapa hari terakhir, setelah sebelumnya menolak sama sekali sepanjang demonstran masih ada di jalanan(ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Model Malaysia Dibebaskan dari Hukum Cambuk
Redaktur : Tim Redaksi