LPTK Siap Menjadi Penyedia Layanan Jasa Pendidikan

Sabtu, 26 Desember 2015 – 04:36 WIB
Dari kiri : I Wayan Dasna, Muchlas Samani, dan Nur Kholis. Foto : panji/jpnn

jpnn.com - Penyebaran guru masih tidak merata di Jawa Timur. Kondisi ini yang memicu adanya upaya meningkatkan kualitas guru oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) melalui pelatihan-pelatihan di masing-masing kabupaten/kota.

“Masih ada rasa gengsi pada diri seorang guru ketika dia ditanya orang lain di mana sekolah tempatnya mengajar dan ternyata jawabannya bukan sekolah favorit,” ujar Prof Dr Muchlas Samani MPd, Higher Education Consultant Usaid Prioritas.

BACA JUGA: Irman Gusman: Sekolah Ya Nak, Saya Biayai

Kondisi ini juga dijumpai di Surabaya. Jumlah guru di sekolah favorit yang notabene berada di tengah kota lebih banyak dibanding di pinggiran. Wali murid pun kerap beranggapan pendidikan yang diberikan di sekolah favorit lebih baik dibanding yang berada di pinggiran.

Dipicu hal itulah, maka Usaid Prioritas menggandeng LPTK di berbagai kabupaten/kota untuk meningkatkan pelatihan guru pendidikan dasar dan menengah, baik pra dan dalam jabatan. Termasuk LPTK-LPTK di Provinsi Jawa Timur.

BACA JUGA: 75 Persen Butir Soal Ujian SD dan Madrasah Dibuat Pemda

“Guru harus dilatih, ditingkatkan kemampuannya. LPTK berperan mengupayakan kualitas pendidikan dan output-nya dari suatu sekolah bagus,” imbuh mantan Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.

LPTK dapat dikembangkan sebagai service provider (penyedia layanan) untuk provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka pelatihan guru dan konsultasi untuk manajemen pendidikan dasar dan menengah. LPTK sendiri dapat bekerja sama dengan universitas-universitas yang telah siap menyediakan dosen-dosennya untuk melatih para guru di kabupaten/kota.

BACA JUGA: Usulkan Sertifikasi, Transfer Dana dan Tunjangan Guru Diurus Pusat

“Pelatihan itu berguna untuk meningkatkan kemampuan si guru ketika mengajar siswanya di kelas. Setidaknya mereka dipersiapkan untuk mengganti guru-guru yang akan pensiun,” jelas Prof Muchlas. 

Regenerasi ini diibaratkan penugasan kepada anggota TNI. “Dibutuhkan atau tidak, para prajurit dipersiapkan untuk menjadi perwira. Mereka ditugaskan dulu ke daerah-daerah terpencil. Ketika ada kebutuhan mendadak, mereka sudah siap,” tegasnya.

Nah, sama dengan guru. Tempat berlatihnya adalah di sekolah-sekolah pinggiran sembari dibekali dengan pelatihan-pelatihan yang materinya memang dibutuhkan untuk menghasilkan siswa berkualitas.

“Output sekolah yang baik tergantung dari proses belajar mengajarnya yang baik pula di sekolah itu,” ujar Prof Muchlas.

Apalagi saat ini, hampir semua guru sudah menerima sertifikasi guru. Apakah dengan sertifikasi tersebut sudah dapat dipastikan kualitas si guru baik? Idealnya, ketika seorang guru dianggap sebagai tenaga profesional karena adanya program sertifikasi guru tadi, maka harus diikuti dengan peningkatan kualitas kinerja guru.

“Guru-guru pasca sertifikasi guru masih perlu dilatih lagi. Mereka masih wajib memenuhi penilaian kinerja guru atau PKG,” kata Prof Dr Ali Mudlofir MAg, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya.

“Perlu adanya mapping guru berdasarkan kemampuan mereka. Ini tugas LPTK sehingga pelatihan yang diberikan langsung mengena pada kebutuhan di masing-masing sekolah,” jelas Prof Ali.

Keterlibatan LPTK sebagai service provider dalam kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) serta Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) inilah yang dibahas dalam TTI Strategic Business Planning Workshop yang diadakan Usaid Prioritas. Acara yang digelar di Hotel Santika Premiere Gubeng, Surabaya, pada 22-23 Desember 2015 itu dihadiri para pengambil kebijakan penting dari mitra Usaid Prioritas yakni Universitas Negeri Malang, Uinsa, Unesa, serta konsorsium LPTK yaitu konsorsium UNESA (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas PGRI Kediri); konsorsium UINSA (IAIN Tulungagung, STAIN Ponorogo); dan konsorsium UM (IKIP PGRI Madiun, Universitas Jember).

Dr I Wayan Dasna MSi Med, Wakil Rektor IV Universitas Negeri Malang (UM) mengungkapkan, pihaknya memiliki sumber daya yang kompeten untuk menyelenggarakan beragam kegiatan PKB namun dananya terbatas. Sementara itu kabupaten/kota memiliki anggaran yang cukup besar untuk pengembangan keprofesian guru, namun sumber dayanya terbatas. (pda)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rano Karno: Guru dan Seniman Sama-Sama Gila


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler