jpnn.com - JAKARTA - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfarabi mengatakan, seharusnya tidak ada perbedaan hasil hitung cepat atau quick count pada Pemilihan Presiden 2014.
Pasalnya selisih suara antar dua kandidat yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla cukup jauh.
BACA JUGA: Ini Alasan Dahlan Iskan Gelar Rapat Sabtu Pagi
"Selisih lembaga survei kurang lebih 4-5 persen. Selisih tinggi bagi kami tidak mungkin ada perbedaan hasil quick count ketika dilakukan dengan metode yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan," kata Adjie dalam diskusi "Republik Quick Count" di Cikini, Jakarta, Sabtu (12/7).
Adjie menyatakan, quick count menghitung data real di TPS, bukan lagi melihat atau bertanya persepsi pemilih terkait kandidat capres dan cawapres. Misalnya saja dengan menanyakan siapa capres yang dipilih.
BACA JUGA: Setelah Lebaran Kasus BLBI Dibuka Kembali
"Kita ambil suara aktual di TPS. Dengan quick count, hasil yang baru diketahui setelah 10 hari bisa diketahui hasilnya dalam hitungan 2-3 jam dengan sample yang representatif bisa menggambarkan suara nasional," ujar Adjie.
Dikatakan Adjie, data aktual yang diambil dalam quick itu berasal dari perhitungan suara yang sudah sah di TPS. "Data yang ada dikirim secara cepat ke server pusat. Server pusat muncul dalam bentuk angka atau grafik," ucapnya.
BACA JUGA: Pakar Hukum: Lembaga Survei Tak Berhak Salahkan KPU
Adjie mengungkapkan, quick count tidak mungkin bisa diintervensi. Hasilnya, lanjut dia, tidak akan berbeda jauh dengan hasil hitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Quick count tidak mungkin bisa diintervensi dan dengan metode yang bisa dipertangungjawabkan tidak akan jauh hasilnya dengan hasil KPU," tandasnya. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demokrat Klaim Prabowo-Hatta Menang
Redaktur : Tim Redaksi