Luapkan Emosi, Balita Tantrum

Selasa, 27 Januari 2015 – 03:28 WIB

jpnn.com - ANAK yang tidak mendapatkan keinginannya, lantas mengamuk, menangis sambil bergulung-gulung mungkin pernah kita lihat. Menurut dr Nining Febriyana SpKJ(K) dari Divisi Psikiatri Anak dan Remaja RSUD dr Soetomo, Surabaya, kondisi itu tergolong normal. Dalam istilah medis, hal itu disebut temper tantrum atau amarah yang meledak-ledak.

Anak usia balita, menurut psikiater anak dan remaja tersebut, belum mampu mencerna penjelasan boleh dan tidak. Makanya, kalau tidaksesuai dengan mood si kecil saat itu, emosi langsung meluap. Temper tantrum tersebut dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya, faktor genetik, pola asuh, lingkungan, organik (akibat penyakit), maupun gangguan mental.

BACA JUGA: Ini Dia Makanan yang Memerangi Peradangan

Nining menjelaskan, pada dasarnya memang ada anak yang dari sononya terlahir dengan temperamen ’’sulit’’(difficult child). Anak itu sulit diatur dan mudah marah jika keinginannya tidak dipenuhi.

Namun, ledakan emosi tersebut juga bisa dipupuk dari faktor lingkungan. ’’Anak dimanja, lingkungan yang keras, dan banyak mempertontonkan kekerasan bisa memicu temper tantrum pada anak,’’ tutur spesialis kesehatan jiwa lulusan FK Unair tersebut.

BACA JUGA: Pelaku Kriminal Rawan Demensia

Pada kasus anak yang kemauannya sering dituruti orang tuanya, tantrum menjadi senjata. Mereka akan mengamuk agar keinginan dikabulkan ayah dan ibu.

Meski demikian, keluarga dan orang tua bukan satu-satunya pemicu ledakan emosi. Lingkungan sekolah atau tetangga sekitar yang banyak mempertontonkan luapan emosi berlebih juga bisa memunculkan tantrum. Bedanya, gangguan itu bersifat sementara. Jika tidak ada contoh dari tetangga atau teman sekolah, anak tidak akan memunculkan emosi yang meledak-ledak.

BACA JUGA: Ingin Awet Muda dengan Kulit Bersinar? Coba Ini...

Untuk kasus-kasus tertentu, ada pula tantrum yang dipicu penyakit. Misalnya, epilepsi, trauma kepala, ataupun radang selaput otak. Nining menjelaskan, penyakit itu memengaruhi produksi hormon yang berperan dalam mengatur emosi seseorang.

Sementara itu, gangguan mental yang berkaitan dengan tantrum meliputi autisme, ADHD (gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas), serta gangguan tingkah laku. Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan tersebut, anak dan orang tua hendaknya berkonsultasi dengan ahli jiwa.

Nining menegaskan, penanganan anak dengan temper tantrum butuh ketelatenan. ’’Orang tua harus tahu akar penyebab luapan emosi tersebut. Caranya, perhatikan saat apa saja si anak mulai mengamuk,’’ ucapnya.

Selain itu, ayah dan ibu hendaknya menerapkan pola pengasuhan yang benar. Misalnya, anak diberi tahu lewat kata-kata yang menenteramkan. Dia menerangkan, anak akan menurut jika dibimbing lewat kata-kata yang memotivasi, positif, dan menyenangkan. Pengasuhannya pun harus kontinu, tegas, dan penuh kasih sayang.

Meski merupakan reaksi normal, waspadai tantrum yang sudah melebihi batas. ’’Segera konsultasikan dengan ahli kejiwaan yang memahami anak agar tak membahayakan diri sendiri dan orang lain,’’ sarannya.(jawapos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kami Astronot Cantik dari Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler