Luhut Binsar Sebut Tanpa Nikel Indonesia, Pasar EV Amerika Terpuruk

Jumat, 03 Mei 2024 – 12:36 WIB
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: Kenny Kurnia Putra/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan tanpa nikel Indonesia, pasar kendaraan listrik Amerika akan terpuruk.

Sebab, Indonesia punya cadangan logam terbesar di dunia.

BACA JUGA: Sekuriti Perusahaan Tambang Nikel Ilegal di Kolaka Tewas Tertimbun Longsor

Hal itu dituliskan Luhut dalam artikel kolom yang diterbitkan oleh situs majalah Foreign Policy asal Amerika Serikat yang berjudul “Without Indonesia’s Nickel, EVs Have No Future in America” pada 1 Mei 2024.

"Beberapa anggota Kongres AS, yang bekerja sama dengan pesaing asing dari Indonesia, telah memutuskan untuk menghalangi impor nikel olahan dari Indonesia. Adapun kini paksaan kepada perusahaan-perusahaan di sana untuk beralih dari penjualan kendaraan bertenaga gas, pada akhirnya pekerja otomotif AS lah yang akan dirugikan," tulis Luhut. 

BACA JUGA: Soal Pro Kontra Kenaikan Pangkat Prabowo, Jokowi Sebut Nama Luhut & Susilo Bambang Yudhoyono

Luhut melanjutkan keberatan para senator tersebut cenderung berfokus pada masalah lingkungan hidup lantaran banyak smelter di Indonesia yang menggunakan bahan bakar batu bara. 

Bagi sebagian anggota kongres hal itu kurang bisa diterima meskipun ada manfaat karbon bersih dari penghentian mesin pembakaran kendaraan di jalan nantinya.

Menurut Luhut, cara pandang seperti itu pada akhirnya merugikan diri mereka sendiri.

"Agar pengurangan emisi di AS bisa signifikan, rakyat AS harus lebih banyak menggunakan kendaraan bertenaga listrik. Sektor transportasi adalah penghasil emisi terbesar di negara ini, sementara sekarang kurang dari satu persen kendaraan di AS adalah kendaraan listrik. Penerapannya secara luas akan bergantung pada keterjangkauan," kata Luhut. 

Luhut pun mengatakan nikel Indonesia bisa menjadi lebih ramah lingkungan. 

Namun, agar ini terwujud, pembangunan ekonomi sangatlah penting lewat penerimaan ekspor atau investasi asing langsung.

"Inisiatif pemerintah juga ada dengan batasan dan pajak atas emisi karbon yang akan diberlakukan tahun ini, dan di saat yang sama pembangkit listrik tenaga batu bara baru sudah dilarang. Namun, transisi hijau di Indonesia pada akhirnya bergantung pada modal," kata Luhut. 

Luhut menyebut kekhawatiran anggota parlemen AS terhadap lingkungan hidup atas usulan perjanjian perdagangan bebas juga didukung oleh ketegangan antara Beijing dan Washington. 

Perusahaan Tiongkok hadir dalam pemurnian nikel di Indonesia. Namun, demikian pula dengan perusahaan-perusahaan Korea Selatan dan bahkan Amerika.

"Jika AS memutuskan untuk menerapkan larangan menyeluruh terhadap nikel Indonesia hanya karena kehadiran negara lain dalam industri tersebut, tindakan seperti itu akan bertentangan dengan jaminan Menteri Keuangan AS Janet Yellen bahwa sekutu Amerika di Indo-Pasifik tidak boleh dipaksa untuk memilih antara Tiongkok atau AS. Pada akhirnya, nikel Indonesia akan diekspor ke suatu tempat," kata Luhut. 

Luhut menegaskan Indonesia ingin bermitra dengan semua pihak. 

"Terserah Washington apakah mau berjabat tangan untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau. Namun, negara saya tidak akan menunggu tanpa batas waktu," tegas Luhut.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler