Profesor Duncan Ivison dari Universitas Sydney menilai, dunia perbankan seperti Commonwealth Bank Australia kini justru membutuhkan filsuf, sejarawan dan antropolog. Mengapa demikian

Setelah skandal asuransi CommInsure, bank ini bisa menggunakan orang-orang terlatih untuk berpikir tentang identitas dan etika. Sebuah survei perbankan global terbaru yang dilakukan oleh Ernst & Young menemukan, empat dari lima nasabah Australia mengatakan mereka tak percaya bahwa bank menempatkan kepentingan nasabah terlebih dahulu.

BACA JUGA: Ribuan Pekerja di Melbourne Protes Pemotongan Upah Lembur

"Ini adalah masalah etika. Ini adalah masalah nilai-nilai. Ini adalah masalah bagaimana Anda menyesuaikan diri anda di masyarakat," kata Prof. Ivison, seorang filsuf yang juga mantan dekan Fakultas Seni di Universitas Sydney dan saat ini menjabat wakil rektor bidang penelitian.

Ia percaya, lulusan seni lebih bernilai dari sebelumnya bagi dunia usaha, "di saat lisensi bagi komunitas bisns untuk beroperasi di tengah masyarakat menjadi lebih kompleks”.

BACA JUGA: NAIF Batal Ke Melbourne, Artiumnation Tampilkan Tarian Nusantara

Universitas Sydney telah bermitra dengan beberapa perusahaan untuk sebuah program yang bernama ‘Arts Career Ready’ (Seni Siap Berkarir). Idenya adalah untuk mengenalkan mahasiswa seni kepada perusahaan pencari karyawan -sesuatu yang dilihat Profesor Ivison sebagai pelatihan analisis dan fleksibel untuk mahasiswa. Sue Horlin dari PwC mengatakan, perusahaannya terbuka untuk menerima lulusan apapun untuk posisi apapun.

ABC RN: Laura Brierley Newton

BACA JUGA: Polisi Australia Sita Setengah Ton Narkoba dalam Kaleng Bubuk Protein

Pada bulan November tahun lalu, Universitas Sydney dan Universitas Nasional Australia (ANU) bersama-sama menyelenggarakan seminar berjudul ‘A Conversation on Business and the Humanities’ (Sebuah Percakapan tentang Bisnis dan Humaniora), di mana CEO Dewan Bisnis Australia, yakni Jennifer Westacott, menjadi salah satu pembicara.

Profesor Ivison mengatakan, di Amerika Utara dan Eropa, keberadaan para pebisnis yang memiliki gelar humaniora jauh lebih lazim.

"Ketika saya pertama kali datang ke sini dari Kanada 11 tahun lalu, saya terkejut akan betapa sempitnya fokus perusahaan soal perekrutan mereka," sebutnya.

Mungkin kini kondisinya sudah berubah. Dihadapkan dengan persyaratan teknis yang terus berubah dan kondisi operasi dalam perekonomian global, para perusahaan menyadari, mereka membutuhkan keragaman dan fleksibilitas.

Di perusahaan konsultan raksasa, PwC, kesempatan telah terbuka lebar. Tak ada persyaratan gelar khusus bagi 95 persen posisi di organisasi itu, kata Sue Horlin, mitra pengelola untuk sumber daya manusia. Hal ini merupakan perubahan yang cepat.

"Jika Anda kembali 10 tahun lalu, hanya ada sejumlah kecil gelar yang akan kami cari. Kami sekarang benar-benar terbuka untuk mengambil orang dari gelar apapun, untuk posisi apapun dai perusahaan kami," terangnya. Meski aslinya seorang apoteker, Vanessa Banh tak menyangka dipekerjakan oleh PwC.

ABC RN: Laura Brierley Newton

Hal itu sebagian mencerminkan jangkauan pekerjaan konsultasi yang lebih luas yang kini dilakukan PwC, selain itu, hal ini juga tentang perburuan "sumber daya yang tangkas, beragam, digital".

Vanessa Banh adalah seorang apoteker berkualitas ketika ia banting setir dan menempuh pendidikan Magister IT. Ia begitu bersemangat tentang IT tapi masih terkejut karena dipekerjakan oleh PwC tahun lalu untuk tim strategi teknologi mereka: ia tak yakin apakah dirinya memiliki keahlian yang cukup.

"Saya tak memulai pendidikan di bidang IT dan telah mendengar bahwa, kadang-kadang, organisasi lebih memilih orang yang selalu berada di jalur IT, yang mulai melakukan proyek IT di SMA,” tuturnya.

"Tapi PwC benar-benar mendukung dan mengatakan, segala jenis keterampilan teknis yang saya butuhkan untuk pekerjaan tertentu, mereka akan melatih saya," sambungnya.

Vanessa diberitahu bahwa PwC menyukai kepercayaan dirinya, energinya, "dan betapa saya senang berbicara dengan orang dan mengenal mereka, yang merupakan keterampilan yang benar-benar penting bagi seorang konsultan". Dan ada kemauan untuk belajar.

"Proyek terbaru -yang merupakan favorit saya sejauh ini -adalah sebuah bank start-up. Mereka tak yakin bagaimana memanfaatkan teknologi terbaru untuk membuat bank mereka benar-benar inovatif bagi nasabah. Jadi kami bergabung dan membantu mereka melihat sistem yang berbeda mereka yang akan mereka butuhkan, dan itu benar-benar menarik," jelas Vanessa. Kate McDonell menyelesaikan gelar doktoral bidang nanoteknologi, sehingga bekerja di PwC adalah langkah yang drastis.

ABC RN: Laura Brierley Newton

Sebagai putri dari pengungsi Vietnam asal China, ia mengatakan, timnya tak memiliki budaya dominan: "Kami punya semuanya sedikit-sedikit." Dan pelatihnya, yang adalah seorang manajer senior, adalah seorang perempuan asal China.

Di dalam organisasi ini secara keseluruhan, kondisinya kurang beragam. Dua pertiga dari staf berkebangsaan Anglo-Australia, yang mencerminkan masyarakat lebih luas. Tapi PwC memperkenalkan beberapa langkah-langkah berani untuk membangun percampuran akademik, budaya, gender dan bahkan karakteristik kepribadian.

Dokumen CV baru saja dihapuskan bagi para pelamar pascasarjana. Sue Horlin mengatakan, ia tak ingin tahu sekolah atau universitas apa yang diambil pelamar. "Orang-orang yang beruntung lebih mungkin untuk mendapat dukungan dalam membuat CV, yang akan terlihat tepat untuk sebuah organisasi layanan profesional yang besar," sebutnya.

PwC justru memiliki tes daring, yang meliputi penilaian atribut tertentu: kepemimpinan, hubungan, ketajaman bisnis, ketajaman global dan kemampuan teknis. Perusahaan ini bahkan tak bertanya tentang nilai kuliah. Fergus Dye kuliah teknik sebelum mendapat pekerjaan di Credit Suisse.

ABC RN: Alex McClintock

Apakah itu menghapus insentif pendidikan dalam gelar, apalagi jika diraih dengan baik? Tidak, kata Sue Horlin, karena dalam proses belajar, Anda akan membangun kapasitas yang dicari perusahaan. "Tapi kami menyadari, beberapa orang membangun kapasitas mereka dengan cara lain, dan kami juga ingin orang-orang itu mendapat kesempatan.”

Kate McDonell, yang baru saja mulai bekerja di PwC, menghabiskan masa belajar selama bertahun-tahun. Pertama untuk gelar ganda dalam perdagangan dan teknik sipil, dan kemudian untuk gelar doktoral dalam bidang nanoteknologi eksperimental dan komputasi. Salah satu aplikasi potensial dari penelitiannya adalah kabel untuk lift yang suatu hari nanti mungkin bisa digunakan di ruang angkasa.

Itu bukanlah proyek yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Kerja Kate akan lebih membosankan: ia berada di tim real estate. Kate mengatakan, gelar PhD-nya mengajarinya bahwa ia bisa belajar apapun. Dan ia terinspirasi oleh potensi untuk bekerja pada proyek-proyek yang bermanfaat secara sosial, seperti merancang panti jompo, yang ia lakukan saat magang sebelumnya.

Bahkan pada bank investasi global ‘Credit Suisse’, di mana peran pekerja cukup spesifik, merekrut staf telah berubah di luar latar belakang perdagangan, hukum dan ekonomi. Fergus Dye adalah pegawai yang masuk dalam perekrutan terbaru di kantor Sydney. Ia baru saja menyelesaikan gelar di bidang teknik mesin. CEO Credit Suisse Australia, John Knox, mengatakan, bahkan bank investasi lebih terbuka dalam hal perekrutan.

ABC RN: Alex McClintock

Musim panas tahun lalu, ia magang di Credit Suisse, dan menemukan bahwa ia memiliki sesuatu untuk ditawarkan. "Sebagian besar bersinggungan dengan pemahaman umum dari angka. Tapi juga kemampuan pemrograman ringan yang saya rasakan benar-benar berguna dalam otomatisasi pekerjaan demi menghemat waktu."

John Knox, CEO Credit Suisse Australia, mengatakan, bank investasi "tampak jauh lebih luas dalam merekrut karyawan yang ingin mereka pekerjakan". Mereka tertarik pada kemampuan pemecahan masalah kritis yang ditawarkan beberapa gelar.

"Kami harus membedakan diri dari para pesaing. Kami harus memecahkan masalah unutk klien kami. Dan jika kami bisa menemukan lulusan teknik mesin yang cerdas, atau mahasiswa pintar lainnya dari jurusan lain, kami akan rekrut dan mempekerjakan mereka," terangnya.

Diterjemahkan Pukul 10:00 AEST 14 Maret 2017 oleh Nurina Savitri. Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.

Lihat Artikelnya di Australia Plus

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sapi Australia Hadapi Persaingan Kian Ketat di Pasar Daging Indonesia

Berita Terkait