Lulusan SMK Dinilai Belum Siap Bersaing

Kamis, 14 Maret 2019 – 15:50 WIB
Psikolog Industri dan Organisasi (paling kanan). Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia dinilai tidak mampu bersaing di pasar tenaga kerja, apalagi dalam era revolusi industri 4.0. Kemampuannya jauh di bawah rata-rata karena sekolah lebih mengandalkan nilai akademis ketimbang kemampuan hard skill dan soft skill.

Padahal, menurut Ade Hanie, Psikolog Industri & Organisasi, sebagai sekolah vokasional mestinya yang diajarkan lebih banyak praktik kerja dan bukan didominasi teori atau prediksi. Inilah yang menjadi masalah besar antara SMK dan dunia usaha maupun industri.

BACA JUGA: Sistem Zonasi PPDB 2019, Cek Domisili Siswa Gunakan Aplikasi

BACA JUGA: Kemendikbud Klaim Makin Banyak Lulusan SMK Diserap Industri

"Lulusan SMK usianya rata-rata 17-18 tahun sehingga menyulitkan perusahaan menghadapi mereka. Menghadapi yang lulusan perguruan tinggi saja susah apalagi yang usianya antara anak baru gede dan remaja," kata Ade dalam konpers tentang pengenalan aplikasi Jojoba sebagai solusi rekrutmen lulusan SMK, di Jakarta, Kamis (14/3).

BACA JUGA: Sekolah Diminta Tingkatkan Penjagaan Barang Inventaris Jelang UNBK

Hal inilah menurut Ade, menjadi target Jojoba untuk meningkatkan kompetensi dan menyiapkan keahlian para lulusan SMK agar siap diserap industri. Salah satu caranya melalui tes psikometrik.

Dari hasil tes psikometrik yang dilakukan sejak 2017, Ade mengungkapkan, rerata lulusan SMK lemah pada 12 kompetensi soft skill. Terutama pada perencanaan, evaluasi, kemampuan kepemimpinan, komunikasi bersama, kemampuan memengaruhi orang lain.

BACA JUGA: Pengamat Anggap Aneh Janji Prabowo Angkat Semua Honorer jadi PNS

"Jadi lulusan SMK kita kurang percaya diri. Mengapa? Karena sekolah jarang bereksplorasi. Sekolah masih berpikir industri akan menerima SDM dilihat dari nilai akademis, padahal kan enggak," tuturnya.

Hasil tes psikometrik juga menunjukkan, lulusan SMK lebih tertarik pada pekerjaan administrasi, office, sales. Meskipun ada juga yang tertarik dengan teknologi informasi (TI).

Ade menambahkan, hasil tes psikometrik bisa dianalogikan sebagai sebuah peta untuk pencari kerja. Dengan adanya peta, pencari kerja akan mengetahui posisi mereka saat ini. Lalu, dapat memetakan langkah apa perlu dilakukan dalam rangka pengembangan diri, guna menjadi pribadi yang lebih unggul, sehingga mempermudah mereka dalam mendapatkan pekerjaan.

Pada praktiknya, jika lulusan SMK tahu kemampuan komunikasinya masih kurang, artinya harus lebih banyak berlatih dan mengambil kesempatan di kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan ide-ide. Sehingga semakin lama kepercayaan diri juga tumbuh.

"Dengan mengikuti tes psikometrik Jojoba, tentu saja pencari kerja akan lebih dahulu mendapatkan umpan balik (feedback) mengenai kapabilitasnya sebagai individu, melalui laporan tes psikometrik," tandasnya.(esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Employer Branding, Program PLN Cari Talenta Terbaik di Unair


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler