Lupa Nazarnya, akan Ditagih Melalui Mimpi

Sabtu, 17 Desember 2016 – 00:07 WIB
Tiang ini satu-satunya saksi bisu sejarah Masjid Al Karomah di Banua Halat. Foto: Sunarti/Radar Banjarmasin/JPNN.com

jpnn.com - SALAH satu tiang Masjid Al Karomah Banua Halat di Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, dianggap keramat oleh sebagian warga sekitar.

Pamornya membuncah terutama saat digelarnya acara Baayun Maulid yang dirayakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal, Senin (12/12). Bagaimana kisah soal tiang keramat ini?

BACA JUGA: Anak-anak SD yang Dilukai dengan Pisau Dapur Sudah Mulai Pulih

SUNARTI, Rantau

Menurut cerita Kabid Seni dan Budaya Kantor Disporabudpar Kabupaten Tapin Ibnu Masud, tiang keramat ini merupakan saksi sejarah berdirinya masjid keramat Al Karomah di Banua Halat.

BACA JUGA: Saya Begitu Senang hingga Berpikir untuk Menangis

Karena tiang ulin ini satu-satunya tiang asli setelah masjid ini pernah dua kali terbakar di zaman Belanda dulu.

“Bangunan masjidnya terbakar, dan yang tersisa hanya satu tiang ini saja, sejak itulah tiang ini di keramatkan warga sekitar,” ujar Ibnu.

BACA JUGA: Mata Langsung Berkaca-kaca Begitu Dengar Tiket Sudah tak Ada

Sebenarnya tiang ulin ini ada dua, satu di Desa Batung Kecamatan Piani, dan satunya lagi yang ada di masjid di Banua Halat.

“Kalau yang ada di Batung, letaknya di samping rumah salah seorang warga, di mana tiang ulinnya berdiri miring dan juga dikeramatkan warga di lereng Meratus,” kisah Ibnu.

Diceritakan Ibnu, masjid Banua Halat ini dibangun oleh Datu Ujung. “Datu Ujung lah yang mencari tiang kayu ulin di Desa Batung. Sebenarnya ada empat tiang. Tiga kayu ulin disambung menjadi satu, dengan kesaktian yang dimilikinya dan dilarutkan di Sungai Tapin hingga sampai di Banua Halat,” ujar Ibnu.

Tiga kayu yang dikirim, ternyata cukup untuk membangun masjid, sedangkan satu tiangnya akhirnya ditinggal di Batung, kata Ibnu. Jadi antara warga Desa Batung dan Piani mempunyai kekerabatan yang kuat.

“Kalau orang Batung yang tinggal di Lereng Meratus ingin ke Banua Halat tapi tidak mempunyai uang untuk ongkos transportasinya, maka mereka cukup mendatangi tiang keramat di desanya saja. Tapi mereka harus bernazar kalau sudah mempunyai uang, akan mengunjungi masjid di Banua Halat, begitu juga sebaliknya,” kata Ibnu.

Dari tutur masyarakat di Banua Halat, kata Ibnu, dikisahkan kalau tiang yang ada di Batung tidak hancur, maka tiang yang ada di Banua Halat juga tidak akan hancur, itu kepercayaan yang diyakini masyarakat.

Ditambahkan Ibnu, banyak orang yang percaya dan bernazar jika sembuh dari sakit atau nazar lainnya dikabulkan Allah, maka mereka meletakkan minyak likat di tiang. Nah, minyak likat inilah yang kemudian dipakai oleh pengunjung lainnya, dan bernazar.

“Selain menempelkan minyak likat di tiang, ada juga yang memasang kain kuning, kembang di tiang yang dikeramatkan tersebut. Tapi masyarakat tetap percaya yang mengabulkan hajat dan doa mereka adalah Allah SWT,” ujar Ibnu.

Termasuk ada yang menempelkan uang kertas di tiang dengan harapan minyaknya menempel dan dijadikan papikat, bahkan banyak juga yang memeluk dan mencium tiang ini sambil berdoa dan mengucapkan nazarnya.

“Sudah banyak kejadian yang dialami para pengunjung masjid keramat ini, apa yang mereka nazarkan kesampaian dan mereka membayar nazarnya. Tapi tidak sedikit juga yang lupa akan nazarnya, dan itu akan ditagih melalui mimpi hingga orang yang bersangkutan datang dan membayar apa yang menjadi nazarnya di masjid keramat ini,” ujar Ibnu.

Seperti apa yang dilakukan Acil Basnah dari Basirih, yang jauh-jauh datang untuk ikut merayakan kelahiran Nabi Muhammad, juga untuk memalitkan uang kertas sepuluh ribuan miliknya di tiang keramat.

“Uang ini untuk simpan dan dijadikan papikat untuk berdagang di Banjarmasin,” ujarnya singkat. (yn/ram/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Silakan Petik Sendiri, Makan Sepuasnya, Boleh Bawa Pulang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler