jpnn.com - Tersiar kabar bahwa uji klinis pertama dari obat antivirus potensial untuk corona (COVID-19), remdesivir, dilaporkan gagal.
Keterangan itu menyusul bocornya rancangan dokumen yang tak sengaja diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terkait rincian database uji klinis di Tiongkok, dan menunjukkan obat itu gagal.
BACA JUGA: 325 Petugas Medis Positif Corona, Terungkap Fakta 70% Bukan karena Tertulari Pasien
Mengutip dailymail, dokumen itu menuliskan bahwa obat yang diuji tidak memperbaiki kondisi pasien atau mengurangi kehadiran patogen dalam aliran darah.
Dokumen juga menunjukkan bahwa para peneliti mempelajari 237 pasien, memberikan obat ke 158 dan membandingkan kemajuan mereka dengan 79 yang tersisa, yang diberi plasebo.
BACA JUGA: Lupakan Sejenak Solidaritas Muslim, Malaysia Dekati India demi Obat Corona
Setelah sebulan, 13,9 persen dari pasien yang memakai obat itu meninggal ketimbang dengan 12,8 persen dari mereka yang menerima plasebo. Percobaan dihentikan lebih awal karena efek samping.
Remdesivir tidak dikaitkan dengan manfaat klinis atau virologi.
BACA JUGA: Kapan Virus Corona Minggat dari Indonesia? Simak Hasil Uji Simulasi
Bocornya data tersebut langsung membuat WHO mengkalrifikasi terkait unggahannya dan diakui itu langkah yang ceroboh.
Sementara itu, pembuat obat remdesivir di AS, Gilead Sciences, membantah keterangan WHO tersebut, mengatakan dokumen itu telah salah menafsirkan studi uji coba obat potensial itu.
"Kami percaya pos itu memasukkan karakterisasi studi yang tidak sesuai," kata Juru Bicara Gilead.
Kendati demikian, pengujian terhadap remdesivir akan terus berlanjut sampai menghasilkan gambaran yang lebih jelas.
Remdesivir dikembangkan oleh perusahaan Gilead Sciences yang berbasis di California, untuk pengobatan Ebola.
Obat itu telah terbukti dapat memerangi virus korona seperti sindrom pernafasan akut yang parah (SARS), yang merupakan sepupu dari virus baru (covid-19). (Dailymail/mg8/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha