PADANG -- Berlarut-larutnya kemacetan truk di Pelabuhan Bakauheuni, Lampung, menuju Pelabuhan Merak, Banten, mendapat perhatian serius Ketua Organda Sumbar Budi Syukur dan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumbar, Bambang WinarnoMereka menilai persoalan menunjukkan ketidakpedulian pemerintah terhadap perekonomian wilayah Sumatera, terutama sektor angkutan.
"Kita belum melihat keseriusan pemerintah mengatasi persoalan ini
BACA JUGA: Makam Pahlawan jadi Tempat Mesum
Harusnya ada langkah konkret, jangan sekadar melihat dan meninjau, tanpa diikuti flow up jelas," kata Budi Syukur dihubungi Padang Ekspres (Grup JPNN) tadi malam (6/3)BACA JUGA: Penadah Kulit Harimau Sumatera Dibekuk
Artinya, tak lagi memasok kebutuhan pulau Jawa.Akibat kemacetan itu, tambah Budi, mengakibatkan kerugian Rp500 ribu per truk per hari
BACA JUGA: Gorontalo Didorong Gelar Kongres Jagung Internasional
Bisa dihitung sendiri berapa kerugiannya, tinggal kalikan saja jumlah armada dan lama macetAngka Rp500 ribu berasal dari rata-rata cicilan per hari pengusaha terhadap dialerOrganda sendiri, tambahnya, sudah berkali-kali menyurati pemerintah segera mengatasi kemacetan iniNamun, sampai sekarang belum terlihat keseriusannya, termasuk janji mendatangkan kapalKetua Apindo Sumbar, Bambang Winarto, melihat ini bentuk merupakan kelalaian pemerintahSeharusnya, kejadian yang selalu terjadi dua kali dalam satu tahun itu, telah menjadi perhatian serius pemerintah.
"Kejadian seperti ini sudah menjadi bencana secara nasionalKalau hal seperti itu masih terus dibiarkan, maka akan banyak dari pengusaha yang akan gulung tikarIni akibat lambatnya barang-barang mereka masuk ke Jakarta atau ke kawasan Sumatera," ujar Bambang secara terpisah kepada Padang Ekpsres, kemarin (6/3).
Saat ini, kata Bambang, omset pengusaha masih belum terasa turunTapi kalau masalah itu tidak dapat terselesaikan segera oleh pemerintah, maka omset para pengusaha yang menggantungkan usahanya melalui transportasi darat, dan harus menyeberang di pelabuhan Merak dan Bakauhuni itu akan turun secara drastisSaat ini yang baru terlihat baru pendapatan para pengusaha yang berkurang, akibat macetnya tranportasi di Bakauhuni menuju pelabuhan Merak tersebut.
Selama ini kapal yang selalu menghubungkan antara pelabuhan Bakauheuni dengan pelabuhan Merak itu berjumlah 33 kapalSaat ini, dari 33 jumlah kapal tersebut yang beroperasi hanya 17, yang menjadi pertanyaan kemana 16 kapal lagi"Akibat hilangnya 16 kapal itu semula perjalanan dari Sumbar ke Jakarta hanya memakan waktu 36 jam, saat ini terpaksa harus ditempuh selama empat sampai enam hari perjalanan, Akibatnya pendapatan pengusaha menjadi berkurang," jelas Bambang.
Diakui Bambang, untuk truk yang membawa makanan atau sayuran memang mendapatkan fasilitas lebih dari pihak pelabuhanBiasanya mereka di dahulukan, dibandingkan truk yang membawa barang-barang lain, walaupun demikian tetap akan berimbas, dan akan menimbulkan kerugian kepada pengusaha.
Dengan adanya persoalan seperti itu, bagi pengusaha sayuran dan makanan untuk menghindari kerugian mereka harus memindahkan usaha mereka sementara waktu ke daerah Utara atau hanya sampai di kawasan Lampung sajaHal itu harus mereka lakukan, untuk menghindari kerugian yang lebih besar"Dengan kejadian yang telah berulang-ulang menandakan pemerintah tidak mengurus kapal-kapal dengan baik dan benarSeharunya pemerintah telah perhatian infrastruktur, sehingga bencana nasional seperti ini tidak akan terulang kembali dan merugikan masyarakat banyak," paparnya.
Dari pelabuhan Bakauheuni ke pelabuhan Merak dalam satu hari membutuhkan kapal sebanyak 24 unitJadi kalau pemerintah serius, dari 33 kapal, dan 24 unit yang beroperasional, maka delapan kapal lainnya bisa diperbaiki sehingga kejadian yang menelantarkan masyarakat untuk menyeberang tidak akan terkendala lagi(rdo/kd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Enam Kapal Bantuan Urai Kemacetan di Merak
Redaktur : Tim Redaksi