Magelang Makin Mencekam

Sabtu, 06 November 2010 – 07:02 WIB
Puing-puing akibat keganasan awan panas terlihat setelah letusan Merapi Jum'at dinihari (5/11). Motor, bangunan dan ternak hancur di dusun Bronggang, desa Argo Mulyo, kecamatan Cangkringan Sleman. Bahkan beberapa mayat ditemukan di dusun yang berdekatan dengan sungai Gendol ini. Foto: Boy Slamet/Jawa Pos

MAGELANG-- Erupsi Gunung Merapi yang kembali terjadi dini hari kemarin membuat ribuan warga di kawasan Gunung Merapi panikBeberapa diantaranya terpaksa harus berpisah dengan anggota keluarganya

BACA JUGA: Pengungsi Merapi Lari Ke Gunungkidul

Menurut pemerintah Kabupaten Magelang, saat terjadi erupsi tersebut 80 persen pengungsi yang berada di zona 20 km dari puncak gunung merapi dievakuasi ke tempat yang lebih aman
Hal itu menyusul diperluasnya zona aman oleh badan vulkanologi dan mitigasi bencana geologi yang semula 15 km menjadi 20 km.

Suasana mencekam tanpa penerangan disertai kencangnya hujan abu vulkanik membuat proses evakuasi terganggu

BACA JUGA: Lereng Merapi Seperti Kota Mati

Ribuan warga juga banyak yang mengungsi sendiri lantaran situasi yang sangat mendesak
Kondisi ini membuat beberapa warga setempat kehilangan anggota keluarganya

BACA JUGA: Korban Terbanyak dari Daerah Aman

Seperti yang dialami oleh Asrah, 35, warga Kapuhan Sawangan yang trerpisah dengan istrinyaSaat erupsi merapi, istrinya diangkut menggunakan mobil TNI ke Kecamatan Mungkid"Tapi saya sudah cari kemana-mana tidak ketemu," katanya.

Hal yang sama juga dialami Sutras, 48 warga Dusun Bawangan Desa Kapuhan SawanganDia harus berpisah dengan anak dan istrinya saat proses evakuasi"Malam itu sangat gelap, tahunya naik truk dan mencari tempat amanKok sekarng saya tidak bersama lagi dengan istri dan anak sayaDi mana mereka saya juga belum tahu," paparnya.

Hingga kemarin, gelombang pengungsi di Kabupaten Magelang telah mencapai 60 ribu orangMeningkatnya jumlah pengungsi ini membuat pemerintah kabupaten kewalahanAkhirnya, para pengungsi ditampung di sejumlah kantor dinas setempatJuga di rumah dinas Ketua DPRD setempat""Tempat pengungsian lama sudah ditinggalkan pengungsi dan dikosongkan atas inisiatif mereka sendiri maupun dijemput petugas," jelas Ketua Bidang Data Penanggulangan Bencana Merapi, Rohadi Pratoto di sela memantau pengungsian di Posko Induk Bencana Merapi, kemarin

"Kita masih akan mencarikan tempat bagi mereka, pasalnya jumlah pengungsi sangat besar," kata dia.Sekteraris Daerah (Sekda) setempat, Utoyo menyebutkan jumlah pengungsi yang direlokasi sebanyak 20.000 orang"Dan saat ini, jumlah pengungsi mencapai 60.000 orang," sebutnyaMereka dicarikan tempat mengungsi di sejumlah kantor dan gedung yang ada di Sawitan Kota Mungkid, serta balai desa, sekolah dan gedung-gedung yang ada di Kecamatan Muntilan, Ngluwar, Borobudur, Mertoyudan, Candumulyo bahkan Kota Magelang.

Para pengungsi di lokasi baru ini banyak yang mengalami keterlambatan logistikNamun, Utoyo mengungkapkan, ketika warga sudah mengungsi, maka mereka akan menjadi tanggung jawab PemerintahIa mengatakan, untuk pengungsi baru yang menempati gedung pemerintah di Mungkid, makanan pada hari Jumat kemarin diberi nasi dosAdapun pengungsi di balai desa, pihaknya meminta warga desa setempat untuk mencarikan logistik pada pengungsi"Biaya untuk logistik itu kami ganti hari itu juga," jelas Utoyo.

Jumlah pengungsi yang didata pemkab ini belum termasuk pengungsi yang berasal dari Kecamatan NgluwarMeski berada di jarak hampir 25km dari puncak merapi, warga di sana mengaku khawatir bahaya letusan merapi"Warga umumnya takut karena pada zaman dahulu desa mereka pernah juga diamuk awan panasJadi mereka mengungsi sendiriKemungkinan mereka belum didata," kata tokoh pemuda Di Desa Plosogede Kecamatan Ngluwar, Habib Saleh, kemarin.

Begitu juga dengan 845 santri dan 100 guru Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Darul Qiyam, Gontor 6 yang berada di Desa Mangunsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten MagelangMereka harus mengungsi ke ponpes pusat yaitu Ponpes Gontor 2 di Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa TimurEvakuasi dilakukan di ponpes yang berada di radius 17 km itu untuk menghindari bahaya letusan Gunung Merapi yang sudah berkali-kali dan sangat membahayakan ratusan santri.

Pimpinan Pondok Modern Darul Qiyam, Gontor 6, Ustadz H Muhammad Suja'i, menyatakan seluruh santri diangkut dengan 3 buah bus dan beberapa mobil elf didampingi beberapa orangtua santri yang sengaja menjenguk anaknya dengan menggunakan mobil"Orangtua santri merasa khawatir sehingga mereka sengaja menjenguk anaknya beberapa hari lalu setelah mendengar bahwa Gunung Merapi berkali-kali meletus," tegas Muhammad Suja'i.

Suja'i menegaskan, proses evakuasi ini dilakukan setelah pemerintah kabupaten (Pemkab) Magelang melalui Satkorlak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menerima rekomendasi BPPTK bahwa daerah Desa Mangunsari, Kecamatan Sawangan, Magelang masuk dalam wilayah penduduk yang harus diungsikan.

Sementara itu, sebagian kawasan di Kabupaten Magelang masih lumpuhHujan abu vulkanik disertai material merapi nyaris memporak porandakan tujuh kecamatan di Kabupaten MagelangDiantaranya adalah Kecamatan Sawangan, Salam, Muntilan, Mungkid, Srumbung, Dukun dan NgluwarDi kecamatan itu, sejumlah pohon bertumbangan karena tidak kuat menahan beban pasir yang turun sejak beberapa waktu laluBeberapa rumah juga ada yang tertimpa pohon

Pantauan Radar Semarang (grup JPNN), kondisi ini terlihat hampir di kawasan Kecamatan Mungkid pusat kota Kabupaten MagelangBahkan, pohon beringin besar di lapangan Drh Soepardi juga roboh"Kita masih akan data kerusakananyaKarena hampir merusak seluruh pohonHampir tidak ada yang berdiri," kata Kepala Bidang Penanggulangan Bencana, Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Penanggulangan Bencana (Kesbangpol dan PB) Kabupaten Magelang, Heri Prawoto(vie)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Pantai Laskar Pelangi, Lokasi Tambang Timah Dibatasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler