Magma Gunung Merapi Sudah Mendekati Permukaan Kawah

Kamis, 12 November 2020 – 10:52 WIB
Puncak Merapi terlihat dari Argomulyo, Cangkringan, Sleman, (5/11). Foto: ELANG KKHARISMA DEWANGGA/RADAR JOGJA

jpnn.com, SLEMAN - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta untuk sementara menyimpulkan posisi pergerakan magma Gunung Merapi sudah mendekati permukaan kawah.

BPPTKG mencermati posisi magma salah satunya dari pusat kegempaan atau hiposenter yang terjadi.

BACA JUGA: Situasi Gunung Merapi Belum Terlalu Menakutkan Buat Warga Sidorejo, Ini Ceritanya

Kepala Seksi Merapi, BPPTKG, Agus Budi Santoso menyebutkan, terjadi gempa vulkanik dangkal yang kedalamannya berada di atas 1,5 kilometer jika diukur dari puncak Merapi.

BPPTKG pun untuk sementara menyimpulkan posisi pergerakan magma Merapi saat ini sudah mendekati permukaan kawah.

BACA JUGA: Deformasi Gunung Merapi Cenderung ke Arah Magelang

“Maksudnya 1,5 kilometer itu tekanan gasnya, kalau magma kan tentu sampai bawah,” ujarnya, Rabu (11/11) sore.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida juga meluruskan informasi salah kaprah, bahwa Gunung Merapi belum sekalipun mengeluarkan lava atau magma yang ada di permukaan sejak penetapan status Siaga.

BACA JUGA: Nasib Sapi di Lereng Gunung Merapi

“Jadi kalau Merapi terjadi guguran, itu bukan lava-lava yang terbentuk sekarang melainkan sisa erupsi terdahulu,” katanya.

“Misalnya lava 48 atau lava 88 itu lava yang terbentuk tahun 1948 atau tahun 1988. Lava itu masih di dalam Merapi karena saat erupsi silam belum terlontarkan,” sambung Hanik.

Dia mengatakan guguran yang terjadi saat ini kemungkinan besar disebabkan lava-lava tua yang sudah mulai lapuk, sehingga tidak lagi kuat menahan getaran akibat intesitas kegempaan Merapi yang kian kuat.

“Jadi lava yang baru sekarang belum muncul, makanya kalau ada informasi mengatakan ‘muntahan lava’ itu bukan lava yang baru,” ujarnya.

Sedangkan lava baru atau yang disebut kubah lava sudah mendekati permukaan kawah Gunung Merapi. Namun untuk laju kecepatan dan volumenya masih belum diketahui.

Hanik pun menjelaskan seputar erupsi Merapi yang kadang sering membingungkan dan membuat publik bertanya kepastian, kapan sebenarnya Merapi akan erupsi.

Gunung Merapi sendiri telah mengalami erupsi sejak 2018 sampai sekarang.

Pada 21 Juni 2020 lalu juga mengalami erupsi dengan banyak sekali gempa vulkanik dalam.

Namun setelah Juni itu, gempa vulkanik dalam Merapi hanya muncul sekali saja.

Sejak pertengahan September 2020, lanjut Hanik, sampai saat ini tidak terjadi gempa vulkanik dalam. Kemudian vulkanik dangkal muncul berbarengan dengan MP (multi phase).

“Terjadi kenaikan intensitas kegempaan yang signifikan sehingga kami naikkan status itu dari waspada ke siaga. Kalau dilihat dari energinya terjadi peningkatan,” jelasnya.

Pihaknya masih terus melakukan evaluasi perkembangan aktivitas gunung Merapi. Sebab untuk menaikkan status dari level III atau siaga menjadi level IV atau awas harus didasari dengan berbagai indikator.

Di antaranya indikator seismik, guguran, gempa vulkanik, deformasi atau Electronic Distance Measurement (EDM), termasuk ancaman bahayanya.

Status Merapi saat ini masih di level III atau siaga dan potensi ancaman lontaran materialnya diperkirakan sejauh maksimal 5 kilometer dari puncak.

“Yang terpenting dari fenomena erupsi Merapi adalah ancaman bahayanya. Kalau ancaman bahaya mulai membesar, maka BPPTKG akan menaikkan statusnya,” tegasnya. (sky/tif/radarjogja)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler