jpnn.com, KLATEN - Dari tiga desa di Klaten Jawa Tengah yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi, baru dua yang warganya telah melakukan evakuasi mandiri ke tempat evakuasi sementara (TES) hingga Selasa (11/11) malam.
Sementara satu desa lagi, warganya masih bertahan.
BACA JUGA: Deformasi Gunung Merapi Cenderung ke Arah Magelang
Dua desa yang warganya sudah berada di TES yakni Balerante dan Tegalmulyo. Sementara warga Desa Sidorejo belum juga melakukan evakuasi mandiri.
Padahal, ada tiga dusun di Desa Sidorejo yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III. Meliputi Dusun Petung, Kembangan, dan Deles.
BACA JUGA: Siaga! Terdengar 3 Suara dari Gunung Merapi Pagi Ini
Jaraknya kurang dari radius 5 km yang diperkirakan BPPTKG Jogja menjadi daerah bahaya erupsi Merapi.
“Kami memang telah menerima informasi dari BPPTKG Jogja terkait kenaikan status dari waspada ke siaga. Namun, tidak terlalu menakutkan karena Merapi masih bisa dilihat visualnya. Apalagi secara teori BPPTKG memperkirakan erupsi ini tidak terlalu besar dibanding 2010,” ujar salah seorang warga Dusun Kembangan, Desa Sidorejo, Sarjino (42).
BACA JUGA: Nasib Sapi di Lereng Gunung Merapi
Sarjino menjelaskan, warga melihat kondisi Gunung Merapi dengan mata telanjang.
Apabila tertutup kabut, warga akan mendapat sinyal seismograf maupun alarm terkait aktivitas Merapi.
Meski warga terlihat santai dengan tetap melakukan berbagai aktivitas di rumah, tetapi mereka tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan.
Menurut dia, warga KRB III di Desa Sidorejo sudah paham terkait apa yang harus dilakukan ketika terjadi erupsi.
Apalagi mereka sudah memiliki protap ketika melakukan evakuasi mandiri.
Termasuk menyelamatkan ternak masing-masing ke lokasi yang aman.
“Pembaruan data terus kami lakukan. Sejak meningkatnya status menjadi siaga, kami perbarui setiap hari. Mulai jumlah jiwa, balita, lansia, ternak hingga armada. Apalagi dengan kondisi saat ini ternak bisa saja dijual,” katanya.
Kesiapsiagaan ditunjukkan dengan sudah mengemasi seluruh surat-surat administrasi penting dalam satu wadah.
Bahkan hal itu sudah dilakukan sejak status Merapi meningkat menjadi waspada.
Begitu juga kendaraan milik warga juga sudah diarahkan ke jalur evakuasi. Sehingga jika tiba-tiba terjadi erupsi, mereka tidak kebingungan.
Sarjino menilai jika terburu-buru melakukan evakuasi mandiri dengan melihat kondisi Merapi saat ini, maka justru kasihan warganya.
Terlebih lagi kelompok rentan yang berada di TES, siapa yang akan merawatnya.
Karena itu, evakuasi perlu dilakukan dalam waktu yang tepat agar tidak terlalu lama di barak pengungsian.
“Warga di RT 27 RW 9 Dusun Kembangan di tempat saya terdapat 68 jiwa dengan enam balita dan lansia empat orang. Sedangkan sapi 48 ekor dan kambing sembilan ekor. Semoga kondisi Merapi seperti ini saja,” ucapnya.
Camat Kemalang Budi Prasetyo mengungkapkan, sebenarnya telah disiapkan TES bagi warga KRB III Desa Sidorejo di GOR Kalimosodo.
"Jika radius daerah bahaya erupsi Merapi berkembang, maka akan ditempatkan di tempat evakuasi akhir (TEA). Untuk warga Sidorejo berada di selter pengungsian Menden, Kecamatan Kebonarum,” katanya.
Dia melanjutkan, warga KRB III di masing-masing desa memiliki akses secara langsung dengan BPPTKG Jogja terkait perkembangan Merapi.
Mereka siap kapan pun untuk melakukan evakuasi mandiri jika aktivitas Merapi semakin meningkat.
"Tentunya sudah disepakati bersama oleh warga," pungkas dia. (ren/bun/ria/radarsolo)
Redaktur & Reporter : Adek