jpnn.com - SALEMBA – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional. Tiga mahasiswa mereka, yakni Beladenta Amalia, Arini Purwono, dan Setyo Budi Premiaji Widodo, menjuarai Poster Session di European Students Conference (ESC), Berlin, Jerman, pada 17–20 September lalu.
Koordinator Humas dan IRO FKUI dr Kartiwa Hadi Nuryanto mengatakan, ESC merupakan ajang konferensi biomedik terbesar di dunia. Ajang itu ada sejak 1989 dan berhasil menarik minat para peneliti muda berbakat, mahasiswa kedokteran, mahasiswa pascasarjana kedokteran, dan semua orang yang tertarik pada riset biomedik untuk hadir. ”Lebih dari lima ratus peserta ikut acara ini untuk melihat tren terbaru di bidang biomedik,” katanya.
BACA JUGA: Hamil, Pelajar Dipaksa Keluar dari Sekolah
Dalam ESC ke-25 yang mengusung tema Rethinking Medical Research-how do we achieve innovation? itu, perjuangan mahasiswa FKUI untuk menjadi jawara tidak mudah. Ada beberapa seleksi yang harus dilewati. Salah satunya, seleksi awal pendaftaran abstrak pada Mei 2014. Dari ribuan yang masuk, terpilih 500 abstrak yang berasal dari 40 negara.
Nah, pada tahap itu, selain abstrak milik Beladenta, Arini, dan Setyo Budi, ada 13 abstrak lain dari mahasiswa FKUI yang diterima dan mendapat letter of acceptance untuk dipresentasikan di Poster SessionESC 2014. Namun, hanya tiga mahasiswa itu yang menorehkan prestasi gemilang.
BACA JUGA: Dilatih K-13, Guru Tambah Bingung
Beladenta berhasil meraih juara pertama pada kategori infectious disease. Judul abstraknya adalah Colonization of Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) and History of Hospitalization: How Do They Correlate in ICU Patients. Setyo juara pada kategori public health dengan judul Factors Affecting Adherence on Hypertension Treatment: A Qualitative Study. Kemudian, Arini juara pada kategori microbiology genetics dengan judul Infection of Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Producing Enterobacteriaceae and Its Association with Antibiotic Use in Patients of Central ICU RSCM in 2011.
Baladenta, Setyo, dan Arini sepakat bahwa rasa percaya diri sangat dibutuhkan dan membantu saat presentasi. Mereka juga sepakat bahwa tidak dibebani ekspektasi yang berlebihan, riset yang unik dengan tema khas Indonesia, serta kepiawaian dalam presentasi justru menjadi nilai tambah. Akhirnya mereka pun terpilih sebagai yang terbaik.
BACA JUGA: Kebijakan SPP Kuliah Murah, Dana BOPTN Naik Rp 1,5 T
Yang menarik, Setyo juga terpilih sebagai presentan terbaik dan meraih penghargaan World Health Summit Award. Dengan award tersebut, Setyo berhak atas grant berupa fasilitas akomodasi dan transportasi (travel administration) 900 Euro untuk berpartisipasi pada World Health Summit. Ajang itu akan berlangsung pada 19–22 Oktober 2014 di Berlin, Jerman. (puj/co1/ind
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepala BKN Sebut Jumlah Guru di Indonesia Berlebih
Redaktur : Tim Redaksi