Seorang mahasiswa gay di Australian National University (ANU) dipaksa meninggalkan asrama setelah berbulan-bulan mengalami ancaman homofobia dari pelaku yang tidak diketahui.
ANU mengakui sulit menjamin keamanan mahasiswa LGBTI lainnya di Ursula Hall milik universitas, karena pelaku tidak pernah diidentifikasi.
BACA JUGA: Pasar di Melbourne Mulai Larang Kantong Plastik
Mahasiswa baru itu mulai menerima pelecehan sesaat setelah pindah ke kampus pada awal tahun lalu. Saat itu kata "homo" ditulis berulang kali di pintunya.
Mahasiswa itu melapor ke kepala Ursula Hall, yang kemudian menyurati penghuni asrama kalau perbuatan itu tidak pantas dan jika pelakunya tertangkap akan dikeluarkan.
BACA JUGA: Kabar Pembangunan Pangkalan Militer China Di Vanuatu Picu Kekhawatiran
"Dan kemudian itu terus terjadi," kata mahasiswa itu.
"Saya ke kamar mandi dan seseorang menyelipkan surat di bawah pintuku mengatakan 'pergi atau aku akan memukulmu'."
BACA JUGA: Australia Dikabarkan Akan Kurangi Kuota Imigran
"Saya takut. Takut akan kenyataan seseorang mengancamku. Saya tidak tahu apa yang akan dia lakukan," katanya. Photo: Secarik kertas bertuliskan pesan homofobia yang diselipkan di bawah pintu seorang mahasiswa (Supplied)
Frustrasi
Selama beberapa bulan, mahasiswa itu menerima surat ancaman di bawah pintu kamarnya.
Dia terus membawa soal ini ke pengelola kampus, tetapi frustrasi oleh tanggapan mereka.
"Tanggapan kampus sama: mengeluarkan surat, bicara sedikit saat makan malam, tidak ada yang mendasar," katanya.
"Saya tidak terlalu peduli jika orang memanggil saya homo. Kata-kata adalah kata-kata. Tapi ketika orang mengancam keselamatan saya, terutama di kampus, buatlah inisiatif yang lebih proaktif." Photo: Salah satu dari beberapa pesan ancaman yang diterima mahasiswa gay di ANU dari bawah pintunya. (Supplied)
Mahasiswa itu terpaksa tinggal di tempat pacarnya saat itu karena takut. Dia akhirnya meminta dipindahkan dari Ursula Hall pada Oktober lalu, setelah upaya mengidentifikasi penulis surat gagal.
"Datang ke sini, saya memiliki pikiran terbuka. Saya pikir akan menjadi pengalaman hebat," katanya.
"Bukan itu yang terjadi. Saya membayar justru untuk diserang."ANU tak yakin tidak akan terulang
Dalam sebuah pernyataan, ANU mengatakan sangat sedih dengan pelecehan di Ursula Hall.
"Kami menyampaikan permintaan maaf setulusnya untuk tekanan yang terjadi atas mahasiswa akibat perilaku ofensif mahasiswa lainnya," sebut pernyataan itu.
"Kami tidak dapat menerima kalau seorang mahasiswa merasa menjadi korban dan dilecehkan di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri." Photo: Secarik kertas berisi pesan ancaman bagi mahasiwa gay di asrama kampus ANU. (Supplied)
Pengawas Universitas, Mike Carlford, menambahkan akan sulit untuk meyakinkan mahasiswa LGBTI lainnya di Ursula Hall kalau mereka juga tidak akan dilecehkan.
"Seperti yang kita tahu belum ada insiden lebih lanjut. Tapi sangat sulit bagi saya untuk meyakinkan di sana, karena pelaku tidak teridentifikasi," katanya.
Carlford mengatakan universitas sedang meninjau kebijakan dan prosedurnya sehubungan dengan insiden tersebut.
"Kejadian semacam ini memicu peninjauan kami terhadap prosedur dan kebijakan," katanya. "Kami menganggap ini sangat serius."Pindahkan pelaku, bukan korban
Matthew Mottola dari asosiasi mahasiswa queer ANU mengatakan, memindahkan korban merupakan solusi problematik.
"Saya pikir mencari siapa pelakunya harusnya menjadi prioritas pertama. Memindahkan pelakunya dari lokasi, bukan memindahkan korban," kata Mottola.
Mahasiswa itu mengungkapkan kekesalannya kalau ia merasa jadi tanggung jawabnya untuk menyelesaikan masalah itu.
"Saya suka universitas ini. Saya tidak berpikir kejadian itu mencerminkan seluruh komunitas. Hanya saja tanggung jawab untuk memperbaiki harus ada di pihak perguruan tinggi," katanya.
Mottola mengatakan universitas perlu mengarahkan perubahan budaya di kampus.
"Seringkali tampaknya hanya diserahkan kepada mahasiswa untuk mengubah budaya dan untuk melakukan pekerjaan yang tidak dilakukan universitas," kata Mottola.
"Fakta bahwa hal-hal jelek seperti itu masih terjadi di kampus adalah sangat buruk. Ini menunjukkan pertarungan masih belum berakhir bagi orang-orang yang dianggap lain," ujarnya.
"Bahkan dalam pekerjaan ini, setelah isu kesetaraan perkawinan sudah terwujud, ada yang bertanya apakah saya masih punya kerjaan. Tentu saja, masih banyak yang harus dilakukan."
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di ABC Australia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak 10 Tahun Yakinkan Kota Cairns Berhenti Pakai Sedotan Plastik