Mahasiswa Harus Pahami Wawasan Kebangsaan  

Sabtu, 10 Februari 2018 – 19:24 WIB
Suhardi Alius. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, BANDUNG - Tidak bisa dimungkiri bahwa di era globalisasi selama ini banyak mahasiswa yang berprestasi yang kena radikalisme.

Artinya tidak ada satu pun wilayah yang steril, walaupun hal tersebut sebenarnya tergantung pada pribadi masing-masing orang apalagi dengan pesatnya dunia teknologi informasi digital yang ada sekarang ini.

BACA JUGA: Kepala Daerah Diajak Tanggulangi Terorisme

Hal itu disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius usai memberikan kuliah umum mengenai Resonansi Kebangsaan dan Bahaya Serta Pencegahan Radikalime  kepada hampir 3.000 mahasiswa ITB, di Gedung Sabuga ITB, Bandung, Sabtu (10/2).

“Ruang-ruang itu menjadi sarana yang luar biasa. Dan sekarang dengan kemampuan teknologi informasi digital itu jadi sangat cepat dan sengat sulit memonitornya. Kalau dulu kita gampang melihat secara fisik, tapi sekarang kalau orang diam dan yang dibukanya konten-konten semacam itu (radikal) gimana? Kita juga mesti aktif,” ujar Suhardi.

BACA JUGA: BNPT Segera Gelar Rekonsiliasi Teroris dan Korban Teror

Untuk itu, alumnus Akpol tahun 1985 ini meminta peran serta dosen, sesama teman di lingkungan pendidikan untuk sama-sama bisa mencegah hal itu agar tidak terjadi di lingkungan kampus.

“Tadi saya kasih penjelasan mengenai tahapan-tahapan untuk menjadi radikal agar mereka bisa menidentifikasi ‘oh teman saya ini (terpapar paham radikal’ lalu menginformasikan, jangan salah jalan dan saling mengingatkan. Mereka masa depan indonesia,” ujar mantan Kapolda Jawa Barat ini.

BACA JUGA: Waspadalah, Kampus Rawan Diserang Virus Radikalisme

Jenderal berpangkat bintang tiga kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini menjelaskan, tujuan dirinya memberikan kuliah umum agar para mahasiwa mempunyai wawasan, mengenal, mengidentifikasi khususnya masalah radikalisme di lingkungan pendidikan.

Untuk itu dalam kuliah umum tersebut dirinya menambahkan mengenai masalah kabangsaan.

“Kenapa saya bahas masalah kebangsaan lalu saya bahas radikalisme? Karena  itu mempunyai korelasi yang sangat kuat. Kita harus dapat mempertanggungjawabkan dan harus tetap ada NKRI  yang lahir sebelum kemerdekaan. Karena mahasiswa ini adalah masa depan bangsa Indonesia. Mari kita selamatkan dengan kita cekoki dengan hal-hal yang betul-betul membangkitkan nasionalisme mereka itu. Dan sambutannya sungguh luar biasa,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini

Dia menambahkan, di tengah era globalisasi yang sangat luar biasa ini di tengah perubahan nilai-nilai yang sangat luar biasa, bangsa ini  masih bertumpu kepada generasi muda Indonesia.

Sebab, dari para mahasiswa inilah yang akan memimpin, memiliki dan membangun  negeri ini pada 10-20 tahun mendatang.

“Satu yang saya pesan, ketika kalian punya idealisme, saya lihat debat-debat itu. Ketua BEM itu, dari sisi saya melihatnya senang, luar biasa idealisme itu. Bangun terus idealisme itu. Tapi satu pesan saya, ketika nanti kalian diberikan amanah, jangan ubah idealisme itu, ” ujarnya.
 
Mantan Kadiv Humas Polri ini  juga sangat menyayangkan ketika orang-orang yang masih muda dulunya memiliki idealisme tinggi, namun katika sudah diberikan amanah ternyata mulai tidak komitmen dengan idealismenya.

“Idealismenya sudah surut. Artinya kita tantang itu, pertahankan idealisme itu. Bangsa ini dibangun karena idealisme. Dan salah satu pendiri bangsa ini lulusan ITB, namanya Ir. Soekarno,” tuturnya.

Dia menambahkan, di tengah era globalisasi yang terjadi di kalangan mahasiswa sekarang ini yang adalah generasi milenial dirasakan ‘menurun’ nasionalismenya.

“Kita identifikasi generasi milenial itu melihat pendekatan secara fungsional, tidak secara historikal, kalau bermanfaat buat saya saya ambil, kalau tidak bermanfaat buat saya saya tinggal,” ujarnya menyayangkan.

 

Para generasi muda, menurutnya, adalah sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia. Usia para mahasiswa adalah masa yang penuh dinamika sehingga harus di nikmati dengan sebaik-baiknya namun harus mampu berakselerasi dengan kehidupan di masa depan.

Dirinya menggambarkan, tahun 2017 lalu BNPT mendapatkan jatah dari Menpan RB sebanyak  60 CPNS. Lalu yang mendaftar sebanyak 15.000 orang yang semua berpendidikan sarjana.

“Di satu sisi saya bangga dan senang. Tapi di sisi lain ada kesedihan di hati saya, yang 14 ribu sekian orang ini mau ke mana? Itu baru BNPT, belum kementeraian lainnya,” ujar mantan Kapolres Metro Jakarta Barat  ini.

Untuk itu dirinya meminta generasi muda mempersiapkan dirinya dengan baik serta berhati-hati dengan bonus demografi.

Pasalnya, kalau sampai sekian banyak jumlah intelektual di negeri ini yang tidak terserap tentunya juga sangat rawan diinfiltrasi terhadap radikalisme.

Sebab, perjuangan bangsa ini tentunya lebih berat, karena yang dihadapi adalah kawan sendiri, sebangsa dan setanah air.

 

“Kalau zaman penjajahan dulu sangat jelas kontak fisiknya melawan tentara Belanda, tentara Jepang dan pakai senjata banbu runcing . Kalau sekarang yang ada saling menjelekkan, hate speech diantara kita semuanya. Sejarah itu yang dilupakan. Maka saya berkepentingan untuk menyampaikan pesan moral ini karena berkorelasi dengan masalah radikalisme yang terjadi di negeri ini,” ujarnya.

Menurutnya, ada konsesnsus dasar yang ada di bangsa kita ini yang harus dapat menjadi pedoman dalam mempersatukan bangsa ini yakni Pancasila, Undang-undnaga Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.  

“Ini yang harus kita jaga dengan baik. Demikian juga dengan pembangunan nasional, itu ada di alinea 4 UUD 1945 yang menjadi tujuan kita. Siapa pun yang nanti memimpin negara ini, itu tujuan kita. Jangan kanan-kiri ikut kepentingan kelompok dan golongan. Jadi permasalahan apapun spektrum tantangan nanti ini bukan hanya tingkat nasional saja, tetapi sudah tingkat global. Saling memengaruhi, kita tidak bisa tertutup Itu yang kalian hadapi nanti,” ujarnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Soft Approach BNPT Bikin Pemerintah Kazakhstan Terkesan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler